Postingan

Pemilihan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS)

Gambar
  Pada tanggal 14 November 1949, KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) melakukan sidang pleno untuk menerima Persetujuan KMB dengan 226 pro, 62 anti dan 31 abstain. Bertempat di Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta dilaksanakan penandatanganan Undang-undang Dasar Sementara RIS oleh wakil-wakil negara bagian. Berdasarkan KMB Negara Republik Indonesia berubah dari negara kesatuan menjadi negara serikat (Supeni, 2001 : 305). Bertempat di Kepatihan Yogyakarta pada tanggal 16 November 1949 dilangsungkan pemilihan Presiden RIS yang pertama oleh wakil-wakil negara bagian. Dengan suara bulat Presiden Sukarno dipilih menjadi Presiden Pertama RIS. Pada tanggal 17 November 1949, Presiden RIS dinobatkan di Bangsal Siti Hinggil Yogyakarta. Pada tanggal 20 November 1949, Presiden RIS menunjuk formatur kabinet terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Anak Agung Gde Agung dan Sultan Hamid II. Hatta menjadi PM RIS. Pada tanggal 20 Desember 1949 dibentuklah Kabinet

Hukuman Mati Terhadap Wolter Monginsidi

  Bertentangan dengan semangat persetujuan, pemerintah Belanda melaksanakan hukuman mati terhadap seorang pemuda pejuang, Wolter Monginsidi, pahlawan kemerdekaan di Sulawesi pada tanggal 2 September 1949. Tindakan Belanda itu menimbulkan kritik dan protes keras dari seluruh masyarakat Indonesia (Supeni, 2001 : 304). Sumber yang lain mengatakan bahwa hukuman mati terhadap Wolter dilakukan pada tanggal 5 September 1949. Robert, yang akrab dengan panggilan Bote, dilahirkan di desa Malalayang, Sulawesi Utara. Ia anak ketiga. Ayahnya seorang petani kelapa. Robert tidak sempat menamatkan pendidikannya di MULO karena pecan Perang Pasifik pada tahun 1942. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Guru di Ujungpandang pada saat Jepang berkuasa. Ia kemudian masuk ke Sekolah Nasional yang didirikan oleh Dr. Sam Ratulangi dan Lanto Daeng Pasewang setelah Indonesia merdeka. Sewaktu pasukan pendudukan Australia mendarat di Sulawesi dengan diboncengi pasukan Belanda (NICA), Robert segera

Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo

Gambar
  Kartosuwiryo lahir di Cepu, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Blora pada tanggal 7 Januari 1907. Ayahnya seorang mantri candu. Dimasa kecilnya, Kartosuwiryo diketahui memulai pendidikannya di Tweede Inlandsche School. Tamat dari sana, ia kemudian dikirim ke Rembang, Jawa Tengah di Hollandsch Inlandsche School. Tak lama kemudian orang tuanya kemudian menyekolahkan pemimpin Darul Islam itu di Europeesche Lagere School. Itu merupakan sebuah sekolah elit untuk anak belanda dan para bangsawan di Bojonegoro, Jawa Timur. Tamat dari sana, orang tuanya kemudian menyekolahkannya di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), sekolah kedokteran yang berada di Surabaya. Disinilah ia kemudian mulai mengenal dan tertarik dengan dunia pergerakan. Dikutip dari buku Seri Tempo: Kartosuwiryo yang ditulis oleh Tim Buku Tempo (2016), disebutkan bahwa ide-ide kebangsaan bahkan cenderung ‘kiri’ diperolehnya dari buku bacaan sosialisme milik pamannya yang bernama Mas Marco Kartodikromo. Pamann

Persiapan-Persiapan Menjelang KMB (Konferensi Meja Bundar)

Gambar
  Sebelum terlaksananya KMB, ada p ersiapan yang cukup panjang di Indonesia   seperti adanya   pertemuan dalam Konferensi Inter Indonesia (Konferensi Antar Indonesia 1 dan 2. Selain itu juga ada pertemuan dan kegiatan kegiatan lainnya. Konferensi Antar Indonesia (1)     Konferensi Antar Indonesia Pertama KAI Pertama, ada juga yang menyebutnya Konferensi Inter Indonesia, dilakukan antara pemimpin-pemimpin republik yang dipimpin Drs. Moh. Hatta dan pemimpin-pemimpin BFO di antaranya Sultan Abdul Hamid II dan Anak Agung Gde Agung.   Perundingan dilakukan di Yogyakarta pada tanggal 23 Juli 1949. Hasilnya : (1) konferensi menyetujui bahwa Negara Indonesia Serikat nanti akan dinamakan Republik Indonesia Serikat; (2) konferensi sepakat bahwa bendera kebangsaan adalah Sang Merah Putih; (3) konferensi sepakat bahwa   lagu kebangsaan ialah lagu Indonesia Raya; (4) konferensi sepakat bahwa bahasa nasional ialah bahasa Indonesia; (5) konferensi menetapkan bahwa hari nasional adalah tangga