Postingan

Menampilkan postingan dari 2009

Angklung in Heart of Singapore

Gambar

Sejarah Komik Indonesia

Generasi 1930an Merujuk kepada Boneff maka komik Indonesia pada awal kelahirannya dapat di bagi menjadi dua kategori besar, yaitu komik strip dan buku komik. Kehadiran komik-komik di Indonesia pada tahun 1930an dapat ditemukan pada media Belanda seperti De Java Bode dan D’orient dimana terdapat komik-komik seperti Flippie Flink and Flash Gordon. Put On,seorang peranakan Tionghoa adalah karakter komik Indonesia yang pertama-tama merupakan karya Kho Wan Gie yang terbit rutin di surat kabar Sin Po. Put On menginspirasi banyak komik strip lainnya sejak tahun 30an sampai 60-an seperti pada Majalah Star(1939-1942) yang kemudian bertukar menjadi Star Weekly. Sementara itu di Solo, Nasroen A.S. membuahkan karya komik stripnya yang berjudul Mentjcari Poetri Hidjaoe melalui mingguan Ratu Timur. Di awal tahun 1950-an, salah satu pionir komik bernama Abdulsalam menerbitkan komik strip heroiknya di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, salah satunya berjudul “Kisah Pendudukan Jogja”, berceri...

KOMIK SEBAGAI SENI

Komik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri. Terminologi Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, dimana ia mendefinisikan komik sebagai "tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik." Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan eknis dan struktur komik sebagai sequential art, "susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide". Dalam buku Understanding Comics (1993) Scott McCloud mendefinisikan seni sequential dan komik sebagai "juxtaposed pictorial and other images in deliberate seque...

History of Comic Books

Comic books are, at least, as old as movies. Their first steps were set in the beginning of XXth Century, in the search of new ways of graphic and visual communication and expression. Usually, comic books are also associated with the prehistoric paintings in caves and Egyptian hieroglyphics, all of them visual narratives of juxtaposed images. The existence of words was not mandatory, but with the adoption of symbols to represent them -- letters --, they were soon added to give more information and boost the narrative flow. The improvement of press and printing technology were strong factors to the development of the medium. Among the precursors can be mentioned Swiss Rudolph Töpffer, German Wilhelm Bush, French Georges ("Christophe") Colomb and brazilian Angelo Agostini, but it is usual to associate the first comic book to Richard Fenton Outcalt's creation, The Yellow Kid, in 1896. Outcalt essentially synthesized what had been made before him and introduced a new elemen...

Image of Sukarno

Gambar

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan

Museum diperlukan untuk mengumpulkan, ,menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan benda-benda bukti material hasil budaya manusia,alam dan lingkungannya. Hal itu berlaku juga untuk komik Indonesia tentunya. Artikel ini menggambarkan fungsi museum dalam mengamankan komik Indonesia sebagai benda hasil budaya. Setiap benda yang menjadi koleksi museum harus memperhatikan criteria sebagai berikut: pertama, memiliki nilai sejarah dan ilmiah; kedua, memiliki identitas menurut bentuk dan wujudnya, tipe dan gayanya, fungsi dan asalnya secara historis, geografis, serta periodesasi; ketiga, dapat menjadin monument sejarah dan budaya (Perda Propinsi Jawa Barat No. 7 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional danMuseum). Koleksi Koleksi museum tentunya harus didokumentasikan secara verbal dan visual dengan ketentuan teknis permuseuman. Koleksi tidak boleh diperjualbelikan atau dipindahtangankan, tetapi boleh dipinjamkan untuk kepentingan pelayanan masyaraka...

merayakan datangnya agustus

Gambar

Rampokan Jawa

Saat berjalan-jalan di antara stand pameran kriya dari Dekranasda Kota Bandung, mata tertarik pada sebuah kaos oblong buatan Mahanagari yang dihiasi drawing Savoy Homann Bandoeng Java. Uniknya kaos itu dihiasi latar belakang gambar komik. Gambar diambil dari "Rampokan Jawa" karya Peter van Dongen terbitan Amsterdam, 1966. Rampokan menurut tradisi Jawa merujuk pada macan atau harimau--simbol kemarahan pada penguasa kolonial-- yang tertangkap dan akan dibunuh pada upacara akhir Ramadhan. "Rampokan" dibuat melalui penelitian sumber-sumber sejarah dan studi gambar yang memakan waktu tiga tahun. Inilah yang menjadi dasar bagi Peter untuk membangun kembali dunia yang masih dihuni oleh nenek moyangnya. Termasuk sudut-sudut kota Bandung pada tahun 1946. Di antaranya Hotel Savoy Homann, sebuah hotel yang dirancang ulang oleh seorang arsitek terkenal, Aalbers, pada tahun 1936. Arsitektur Savoy sendiri sebenarnya didesain mirip dengan karya Aalbers sebelumnya yaitu D...

Pendidikan dan Kualitas Manusia

• Kualitas manusia berasal dari dua sumber , bawaan genetic dan kemampuan yang diperoleh . Pendidikan adalah sumber utama dari kemampuan yang diperoleh . Perbedaan antara suatu Negara dengan Negara lain dalam kemampuan yang diperoleh ( acquired abilities ) itulah yang merupakan modal manusia (human capital). Sejak tahun 1980-an konsep human capital menjadi substansi analisis ekonomi . • Idealnya seseorang dapat berpikir seperti Soedjatmoko , mampu mengekspresikan harapan dan keindahan seperti Rendra, berbicara sederhana namun berbobot seperti Hatta , dan menjadi pribadi public yang kuat dan bertanggungjawab seperti Bung Karno . • Pembentukan human capital oleh pendidikan menjadi agenda penelitian sejumlah ekonom . Dampak pendidikan terhadap aktivitas ekonomi adalah nyata . Sudah diketahui pula bahwa Investasi di bidang human capital telah meningkatkan pendapatan nasional .

Kerajaan Makna versi Phenix

Phenix ( Realms of Meaning ) mengatakan pada kerajaan makna ada enam rumpun makna. Rumpun pertama dinamakan simbolik yang terdiri dari bahasa sehari-hari, matematika dan bentuk-bentuk simbol non diskursif. Rumpun kedua dinamakan empirik yang terdiri dari ilmu fisika, biologi, psikologi dan sosial. Rumpun ketiga dinamakan estetik yang terdiri dari musik, seni visual, seni gerak dan sastra. Rumpun keempat disebut sinoetik yang terdiri dari pengetahuan personal. Rumpun kelima adalah etika yaitu pengetahuan moral. Rumpun keenam dinamakan sinoptik terdiri dari sejarah, agama dan filsafat. Tadinya saya pikir kalau komik itu masuk pada rumpun ketiga (estetika) karena merupakan seni visual, tapi komik itu bisa simbolik, empirik, esetetik, sinoetik, etik, dan sinoptik sekaligus. Tidak heran kalau ada komik tentang Das Kapital, Teori Newton dan ajaran Machiaveli. Nah kapan para komikus INDONESIA membuat komik tentang Pancasila ? Kutunggu.

Catatan Dari Seorang Teman

Catatan Dadang Kusnandar Minggu` 28 Juni 2009 sesaat menunggu istri dan anak pulang dari pasar tradisional, saya mengirimkan pesan pendek (tapi cukup panjang) kepada Tomi Johan Agusta di Denpasar, Mas Adji Klewang di Malang, dr Ribka Tjiptaning di Jakarta, Mas Cahyo Suryanto di Surabaya, Mas Harjoko di Bandung, Mas Dahono di Jakarta. Saya mentransfer kegelisahan sekaligus impian yang cukup lama terpendam: Museum Komik. Jika setiap selesai shalat Shubuh dan menyiapkan diri ke sekolah, anak saya menyalakan televisi 14 inchi terus memeloti film kartun luar, seketika terpikir betapa minimnya pengetahuan anak saya menyoal tokoh lokal. Meski anak saya yang baru saja naik kelas 8 di Cirebon itu tergolong rajin baca dan mengoleksi buku; tetap saja Naruto, dan sebagainya yang dikenal-- mungkin jadi idola. Saya agak yakin anak-anak lain pun melakukan hal yang sama, mungkin di seluruh Indonesia. Isi sms saya : Yang terpikir sekarang adalah, ingin ada yang mau bareng-bareng wujudkan mimpiku mendir...