Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Benteng Republik Indonesia

  Setelah naskah Persetujuan Linggajati ditandatangani, muncul reaksi pro dan kontra, baik di lingkungan bangsa Indonesia maupun Belanda. Di kalangan bangsa Indonesia, beberapa partai menyatakan menentang, yakni Masyumi, PNI, Partai Wanita Rakyat, Angkatan Komunis Muda (Acoma), Partai Rakyat Indonesia, Laskar Rakyat Jawa Barat, Partai Rakyat Jelata, Barisan Pemberontak RI,   Barisan Benteng dan KRIS. Pada tanggal 12 Desember 1946, mereka membentuk badan oposisi bernama Benteng Republik Indonesia. Sedangkan partai-partai yang mendukung adalah PSI, PKI, Pesindo, BTI, Laskar Rakyat, Partai Buruh Indonesia, SOBSI, Parkindo, dan Partai Katolik dan Partai Rakyat Pasundan . Pertentangan pendapat mengenai Persetujuan Linggajati ini berjalan terus, dan karena itu banyak hambatan dalam pelaksanaannya. pada tanggal 16 Desember 1946, Tweede Kamer mulai bersidanhg untuk membicarakan soal persetujuan Linggajati tersebut. Pada tanggal 30 Desember 1946, Pemerintah mengeluarkan Peratur...

Negara Indonesia Timur

Gambar
  Pada tanggal 7-24 Desember 1946   Konferensi Denpasar memutuskan berdirinya Negara Indonesia Timur   (NIT) dengan Sukawati sebagai Presiden dan Nadjamudin Daeng Malewa sebagai Perdana Menteri (Supeni, 2001 : 255). Pihak yang tidak menyetujui pembentukan NIT, secara berkelakar mempelesetkan kepanjangan NIT dengan “negara   ikut tuan” (Belanda).    Meski begitu ide-ide nasionalis tetap kuat. Lagu kebangsaan Indonesia Raya, dipakai sebagai lagu kebangsaan NIT, dan seorang Bugis yang pro Republik nyaris terpilih sebagai presiden. Selain di Indonesia Timur, sebuah negara yang terpisah pun dibuat di Kalimantan Barat di bawah Sultan Abdu Hamid II dari Pontianak pada bulan Mei 1947. Sjahrir memprotes pembentukan kedua negara yang dilakukan secara sepihak itu, namun sia-sia (Ricklefs, 2004: 452). Pembentukan NIT NIT dibentuk berdasarkan keputusan Konferensi Denpasar tanggal 7-24 Desember 1956. NIT meliputi 13 daerah, yakni : Sulawesi Selatan, Minahas...

Pertempuran Margarana

Pada bulan November 1946, di Bali sekitar 1500 pejuang pro-Rebublik dibagi menurut garis pemisahan seperti yang berlaku di Jawa antara kelompok yang lebih revolusioner secara politis, dan selanjutnya dibagi menurut kasta. Kelompok militer yang lebih profesional, dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai, sebagaian besarnya ditumpas habis oleh pasukan-pasukan kolonial. Ini mengakibatkan kaum Republik di Bali kebanyakan berada di tangan para pemimpin politik yang muda-muda yang berasal dari kasta yang lebih rendah. Kaum Republik di Bali ini lebih menekankan aktivitas di bidang politik daripada militer sampai sesudah “aksi polisional” Belanda pertama tahun 1947 (Ricklefs, 2005 : 451-453). Peristiwa penumpasan kelompok militer yang dipimpin oleh Letkol (TRI) I Gusti Ngurah Rai pada tanggal 20 November 1946 itu dikenal sebagai Pertempuran Margarana, karena terjadi di Margarana, Kabupaten Tabanan, Bali. I Gusti Ngurah Rai I Gusti Ngurah Rai berasal dari keluarga pamong praja (Camat). Se...