Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Sidang-sidang KNIP

  a.        Sidang pleno pertama   dan kedua KNIP diadakan di Jakarta. Sidang pleno pertama, 16-17 Oktober 1945, menghasilkan keputusan untuk mengirim surat kepada Presiden, yang kemudian dijawab oleh Wakil Presiden dengan Maklumat X. b.       Sidang pleno kedua, 25-27 November 1945, menghasilkan mosi kepercayaan kepada Sjahrir untuk menjadi Perdana Menteri yang bertanggungjawab kepada KNIP/BP KNIP dengan 81 suara setuju, delapan menolak. Pada saat itu terjadi lah perubahan dalam sistem pemerintahan, yaitu dari sistem kabinat presidensial ke sistem kabinet parlementer. Perdana Menteri Sjahrir harus bertanggungjawab kepada parlemen, dalam hal ini KNIP. c.        Sidang pleno ketiga KNIP , 28 Februari- 3 Maret 1946, berlangsung di Solo. Dalam sidang ini terjadi perdebatan sengit mengenai program kabinet, antara Program Tujuh Pasal rancangan Persatuan Perjuangan yang dipimpin oleh Tan...

Pengangkatan Soedirman sebagai Panglima Besar.

Gambar
          Pada 18 Desember 1945, Soedirman diangkat sebagai Panglima Besar. Selama tiga tahun berikutnya, Soedirman menjadi saksi kegagalan negosiasi dengan tentara kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia, yang pertama adalah Perjanjian Linggarjati –yang turut disusun oleh Soedirman – dan kemudian Perjanjian Renville –yang menyebabkan Indonesia harus mengembalikan wilayah yang diambilnya dalam Agresi Militer I kepada Belanda dan penarikan 35.000 tentara Indonesia (indonesiamandiri.id). Panglima Tentara Keamanan Rakyat yang resmi dan sudah ditunjuk pemerintah saat itu adalah Soepriyadi. Soepriyadi dikenal sebagai pemimpin gerakan pemberontakan PETA di Madiun. Masalahnya, sejak ditunjuk sampai dengan merdeka, dan situasi tentara dalam krisis kepemimpinan, Soepriyadi ini tidak pernah tampil. Belakangan diduga ia tewas terbunuh oleh tentara Jepang. Pemerintah Soekarno-Hatta dan Perdana Menteri Soetan Syahrir pun meminta harus ada p...

Karawang-Bekasi (Chairil Anwar)

Gambar
  Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami. Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir ...

Peristiwa Kerawang Bekasi

  Apa yang melatarbelakangi penyair terkenal Chairil Anwar menulis puisi berjudul Karawang Bekasi sehingga sang maestro menuangkan pertempuran Karawang-Bekasi pada masa Revolusi menjadi terkenal. Peristiwa yang terjadi pada 13 Desember 1945 ini, telah meluluhlantakkan Kota Bekasi, Jawa Barat. Lebih dari 3.000 rumah dibakar oleh tentara Inggris yang saat itu tergabung dalam pasukan Sekutu. Tindakan brutal tentara Inggris ini sempat dikecam dunia internasional. Peristiwa yang banyak menimbulkan korban jiwa ini sempat terekam dalam sebuah film dokumenter koleksi saksi sejarah, Des Alwi.   Menurut Alwi, gempuran Inggris telah memaksa mundur tentara dan laskar rakyat hingga ke Karawang. "Pasukan Inggris dengan kekuatan pesawat tempur dan tank-tanknya terus melebarkan sayapnya hingga perbatasan Bekasi," kata Alwi saat ditemui SCTV beberapa tahun yang lalu. Alwi menambahkan, serangan ini dipicu balas dendam Inggris menyusul jatuhnya pesawat Dakota   yang mengangkut 25 pe...

Palagan Ambarawa

Gambar
  Palagan Ambarawa terjadi di daerah Ambarawa , Semarang pada 12-15 Desember 1945, dipimpin Kolonel (TKR) Sudirman.   Kedatangan SekutuPasukan Sekutu yang terutama terdiri dari tentara Gurkha, mendarat di Semarang tanggal 20 Oktober 1945. Mereka datang dengan kapal perang HMS Glenroy dan HMS Sussex. Sementara itu belasan pesawat terbang tempur milik Sekutu juga mendarat di lapangan terbang Kalibanteng, Semarang. Sekutu juga mendaratkan pasukan artileri berat pimpinan Brigjen RWB Bethell. Tentara NICA ikut membonceng dan menjadi penunjuk jalan. Enam hari kemudian Sekutu sudah membuat pertahanan di Magelang. Kedudukan Sekutu di Magelang yang hanya berjarak satu jam perjalanan dari Yogya merupakan ancaman serius bagi ibukota RI. TKR dari Yogyakarta, Kedu dan Purwokerto segera mengadakan penerbuan-penyerbuan ke Magelang, sehingga tentara Sekutu mundur ke Ambarawa pada tanggal 21 November 1945 dengan berjalan kaki. Di Bedono mereka dicegat oleh pasukan TKR. 15 tentara Sekutu tewa...