Palagan Ambarawa

 

Palagan Ambarawa terjadi di daerah Ambarawa , Semarang pada 12-15 Desember 1945, dipimpin Kolonel (TKR) Sudirman. 

Kedatangan SekutuPasukan Sekutu yang terutama terdiri dari tentara Gurkha, mendarat di Semarang tanggal 20 Oktober 1945. Mereka datang dengan kapal perang HMS Glenroy dan HMS Sussex. Sementara itu belasan pesawat terbang tempur milik Sekutu juga mendarat di lapangan terbang Kalibanteng, Semarang. Sekutu juga mendaratkan pasukan artileri berat pimpinan Brigjen RWB Bethell. Tentara NICA ikut membonceng dan menjadi penunjuk jalan. Enam hari kemudian Sekutu sudah membuat pertahanan di Magelang.

Kedudukan Sekutu di Magelang yang hanya berjarak satu jam perjalanan dari Yogya merupakan ancaman serius bagi ibukota RI. TKR dari Yogyakarta, Kedu dan Purwokerto segera mengadakan penerbuan-penyerbuan ke Magelang, sehingga tentara Sekutu mundur ke Ambarawa pada tanggal 21 November 1945 dengan berjalan kaki. Di Bedono mereka dicegat oleh pasukan TKR. 15 tentara Sekutu tewas.

 Hadirnya Sekutu di Ambarawa membangkitkan harapan bekas interniran bangsa Eropa di Ambarawa dan Semarang bahwa penjajahan akan terulang kembali. Mereka yang ber jumlah sekitar 28.000 orang mereka mencoba menaikkan bendera Belanda. Pemuda Ambarawa segera bangkit dan menurunkan bendera itu. Insiden ini membuat suasana makin panas.

b.      Perang Total

Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman memanggil seluruh komandan sektor TKR dan pimpinan Laskar. Rapat dimulai pukul 16.00 dan membicarakan kemungkinan untuk merebut benteng Ambarawaq. Rapat membahas laporan mengenai jatuhnya benteng Banyubiru pada 5 Desember dan direbutnya lapangan terbang Kalibanteng oleh pasukan TKR sektor Kendal pada 9 Desember 1945. Rapat memutuskan, Ambarawa harus direbut, Sekutu harus diusir. Saat penyerangan ditetapkan pukul 04.30 dengan komando sektor TKR sebagai pemegang komando laskar rakyat sebagai pasukan pendukung.

Saat subuh, pertempuran dimulai. TKR yang didukung laskar menyerang dari semua lini, sementara pasukan Gurkha, Inggris, Belanda dan Jepang mencoba mempertahankan benteng mereka. Kolonel Sudirman turun langsung dibantu Letnan Kolonel Gator Subroto, dengan Kapten Surono selaku ajudan Panglima Sudirman merangkap perwira intel.

Sekutu kewalahan dan mendatangkan bala bantuan dari Semarang.  Setelah berusaha sehari penuh dan dibantu tembakan artileri laut dari kapal perang HMS Sussex bala bantuan itu tiba di Ambarawa. Pesawat pembom juga dikerahkan sekutu untuk membuka jalan.

Setelah bertahan selama tiga hari, pimpinan Sekutu di Jawa Tengah akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Ambarawa dan mundur ke Semarang. Pasukan Sekutu pun ditarik dari pedalaman Jawa Tengah (Harsrinuksmo, 2004 : 328-329).


Setiap 15 Desember diperingati sebagai Hari Juang Kartika untuk mengenang pertempuran pasukan infanteri Tentara Kemananan Rakyat (TKR) dan laskar rakyat melawan pasukan Sekutu di Ambarawa pada 1945. Peringatan untuk mengenang Palagan Ambarawa ini awalnya bernama Hari Infanteri. Namun, pada 1999 muncul Keputusan Presiden RI Nomor 163/1999 untuk mengganti nama Hari Infanteri menjadi Hari Juang Kartika (Kompas. com).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan