Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

Setelah Peristiwa Madiun CIA Mengirim Arturo Campbell ke Indonesia

Gambar
Keberhasilan Republik menumpas pemerontakan kaum komunis mengubah simpati samar-samar Amerika yang didasarkan atas sentimen-sentimen anti-penjajahan menjadi dukungan diplomatik yang didasarkan pada strategi global. Pemikiran strategi Amerika kini didominasi oleh ide bahwa “perang dingin” sedang berlangsung antara “dunia bebas” yang dipimpin Amerika dengan blok yang dipimpin Uni Sovyet. Di dalam kerangka ini, Republik Indonesia telah menunjukkan dirinya antikomunis dan patut mendapat dukungan Amerika. Ketika Belanda melaksanakan percobaan terakhir mereka menaklukkan Indonesia, Amerika Serikat memberikan dukungan diplomatik mereka kepada Indonesia (Ricklefs, 2005 : 462). Keberhasilan itu menjadi semacam berita gembira, di mana sebuah negara yang baru merdeka telah mampu berdiri tegak melawan penyebaran komunisme. Hal itu meyakinkan para pejabat AS bahwa para pemimpin Republik bukanlah orang-orang yang berhaluan komunis. Peristiwa itu juga menunjukkan besarnya kekuasaan dan pengaruh...

PON Pertama Diselenggarakan di Tengah Revolusi

Gambar
    Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama kali diadakan di Surakarta atau Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 9 – 12 September 1948. PON pertama tersebut diadakan tidak hanya sekedar sebagai ajang pertandingan olah raga, tetapi juga mengandung tujuan politik yaitu menunjukkan keberadaan dan eksistensi negara Republik Indonesia di mata dunia. PON I tersebut mampu menarik perhatian negara-negara di dunia, dan secara gencar diliput oleh media masa dunia meskipun Indonesia dalam tekanan NICA. Konferensi PORI Rencana penyelenggaraan PON pertama kali tercetus dan diputuskan di dalam konferensi PORI (Perhimpunan Olahraga Republik Indonesia) di Surakarta pada tanggal 2 dan 3 Mei 1948 yang dihadiri antara lain oleh utusan PORI daerah serta perwakilan dari Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia. Salah satu keputusan konferensi PORI adalah akan menyelenggarakan Kongres Olahraga II tanggal 9-11 September 1948 sekaligus menyelenggarakan PON I. ...

Soemarsono Orang Ketiga dalam Peristiwa Madiun

Gambar
Soemarsono yang lahir di Kutoarjo tahun 1921 adalah Gubernur Militer Madiun dan   menjadi orang ketiga setelah Amir Sjarifoedin dan Muso saat terjadi pemberontakan Madiun tahun 1948. Saat itu ia berpangkat Kolonel. Soemarsono adalah tokoh kedua setelah Bung Tomo dalam peristiwa 10 November 1945. Dialah pelaku perobekan bendera Belanda di hotel Yamato. Apabila Bung Tomo diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional, tidak demikian dengan Soemarsono. Dia menjadi buron dalam Madiun Affair, meskipun berhasil lolos dengan memasuki wilayah tentara Belanda. Saat Aidit menjadi Ketua PKI   tahun 50-an Soemarsono dihukum buang oleh Aidit selama 14 tahun dan dia pun dilarang mengaku sebagai anggota PKI. Selama pembuangannya itu dia menyamar sebagai guru di Pematang Siantar sebelum ditangkap penguasa Orde Baru setelah terjadinya peristiwa Gestok tahun 1965. Pada suatu kesempatan dia berhasil lolos ke Australia dan menjadi warga negara Australia. Setelah reformasi dia berkunjung ke ...

Biografi Singkat Muso

Gambar
  "MUSSO berasal dari keluarga berada buat ukuran zamannya. Lahir dengan nama Munawar Muso pada 1897, ia tumbuh di Desa Jagung, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Musso bersama Sidik, adiknya, hidup berkecukupan. Ayahnya, Mas Martoredjo, pegawai kantoran pada bank di Kecamatan Wates, tak jauh dari rumah. Ibunya bekerja di rumah, mengelola kebun kelapa dan kebun mangga" demikian menurut sebuah catatan yang saya peroleh.   Catatan lain menyebutkan bahwa nama   Muso (Musso) adalah Musodo. Ia pernah menjadi santri HOS Tjokroaminoto di Surabaya bersama-sama Sukarno dan   Kartosuwirjo.   Santri-santri Pak Tjokro adalah para pemuda / pelajar dari kalangan priyayi, pandai berbahasa Belanda dan   memiliki kapasitas akademik di atas rata-rata. Kelak kemudian hari santri-santri Pak Tjokro mengembangkan pemikiran dan   aliran politiknya sendiri-sendiri. Boleh dikata santri-santri Pak Tjokro mengharubiru sejarah Indonesia kontemporer bahkan h...