Revolusi Sosial di Sumatra Timur.


Kelompok-kelompok bersenjata yang sebagian besar terdiri atas orang-orang Batak dan dipimpin oleh kaum kiri menyerang raja-raja Batak Simalungun dan Batak Karo. (Berdasarkan catatan Ricklefs 1981 dll).

 

Peristiwa ini terjadi tanggal 3 Maret 1946, dengan tujuan melenyapkan raja-raja dan kaum bangsawan yang memihak Belanda sejak era kolonial. Mereka ragu-ragu dalam menerima kemerdekaan dan berharap Belanda akan berkuasa kembali. Di samping usaha pelenyapan raja-raja dan kaum bangsawan, juga untuk menguasai harta kekayaan yang luar biasa dari raja-raja itu yang mereka peroleh dari keistimewaan yang diberikan pemerintah kolonial Belanda. Dengan alasan tersebut, mereka melakukan serangkaian perampokan, penculikan dan pembunuhan di hampir seluruh wilayah Sumatera Timur, seperti di Karo, Simalungun, Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Tanjung Balai dan lain-lain.

 

Di Tanah Karo, dengan alasan mengadakan rapat Persatuan Perjuangan (PP) di Kota Berastagi, para pemuda dari laskar-laskar tersebut menangkap dan mengasingkan para raja Urung dan Sibayak yang diundang hadir dalam rapat itu. Sebagian dari mereka sebanyak tujuh belas orang ditangkap dan diasingkan ke Aceh.

 

Di Simalungun, Barisan Harimau Liar (BHL), yang sebagian besar terdiri dari pemuda Simalungun, pada tanggal 3 Maret malam menangkap raja dari Pane beserta keluarganya, lalu merampas harta benda mereka. Raja dan keluarganya ini lalu dibawa ke suatu tempat yang sedang diadakan pesta, kemudian mereka dibunuh. Selanjutnya para pemuda menangkap raja Simalungun lainnya, membunuh mereka dan merampok harta benda milik raja-raja tersebut.

 

Di Tanjung Balai, Asahan 3 Maret 1946 sejak pagi ribuan massa telah berkumpul. Mereka mendengar bahwa Belanda akan mendarat di Tanjung Balai. Namun kerumunan itu berubah haluan mengepung istana Sultan Asahan. Awalnya gerakan massa ini dihadang TRI namun karena jumlahnya sedikit, massa berhasil menyerbu istana sultan. Para Aristokrat tak luput dari sasaran mereka antara lain, Teuku Musa, pejabat pendukung kerajaan yang keras dan beristrikan orang Belanda beserta keluarganya semua dibunuh. Besoknya, semua bangsawan Melayu pria di Sumatera Timur ditangkap dan dibunuh.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan