Partai Partai Poltik Setalah Proklamasi
Ricklefs menulis pada Bab Revolusi 1945-1950 dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 yang diterbitkan di Indonesia tahun 2001 mengenai pembentukan partai partai politik. Tidak semua partai disebutkan, melainkan beberapa parpol saja. Uniknya meskipun dia menulis mengenai pembentukan parpol, tidak lupa dia juga menyebutkan TNI sebagai kekuatan politik yang seolah oleh menjadi partai politik tersendiri. Karena itu TNI pun saya masukkan di sini.
a. PKI.
Partai Komunis Indonesia terbentuk kembali pada bulan Oktober 1945. Setelah mengalami banyak pertikaian internal dan suatu bentrokan dengan satuan-satuan tentara Republik pada bulan Februari 1946, maka pada April 1946 PKI telah dikuasai oleh para generasi tua yang berorientasi internasional ortodoks, yang kebanyakan adalah mantan aktivis dari tahun 1920-an yang kini bebas dari tahanan (2001 : 445).
b. PSI.
Pada bulan November 1945, para pengikut Amir Sjarifuddin dalam gerakan-gerakan pemuda bawah tanah membentuk Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia). Para pengikut Amir bergabung dengan pengikut Sjahrir membentuk Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada bulan Desember 1945. Partai ini menjadi golongan pendukung pro pemerintah selama Sjahrir dan Amir memerintah, kemudian pecah pada tahun 1947 (2001 : 446).
c. Masyumi.
Di dalam Masyumi ada Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Pada bulan November 1945, para politisi Islam modernis perkotaan yang dipimpin Sukiman Wirjosandjojo, Natsir dan lain lain memperoleh kembali kekuasaan dari para pemimpin Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang didukung Jepang (2001 : 446).
d. PNI.
Pada bulan Januari 1946, PNI (Partai Nasional Indonesia) bangkit lagi. Dukungan bagi PNI datang dari kaum abangan Jawa dan khususnya birokrasi Jawa. Mekipun demikian PNI mendapat dukungan pula di Sumatera (2001 : 446).
e. TNI.
Meskipun bukan merupakan partai politik, TNI muncul sebagai suatu kekuatan politik. Mereka terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama adalah mantan prajurit Peta, Heiho dan laskar-laskar nonreguler. Kelompok ini diwakili oleh Soedirman yang diangkat sebagai Panglima pada bulan November 1945. Kelompok kedua adalah mantan serdadu tentara kolonial Belanda. Kelompok ini meliputi A.H. Nasution dan T.B. Simatupang. Pada bulan Mei 1946, Nasution menjadi Panglima Divisi Siliwangi di Jawa Barat. Amir dan Sjahrir lebih mendukung kelompok Nasution ini sehingga Soedirman dan para pengikutnya gencar menentang pemerintah Republik (2001 : 447).
Rincian dari parpol tersebut insya Allah saya sampaikan pada tulisan tersendiri dengan sumber yang lain yang lebih terinci.
Komentar
Posting Komentar