Perkembangan di Bulan Juli dan Jawa Akan Merdeka pada Bulan September.


Pada bulan Juli 1945, pihak Jepang berusaha mempersatukan gerakan-gerakan pemuda, Masyumi dan Jawa Hokokai ke dalam satu Gerakan Rakyat Baru. Akan tetapi, usaha tersebut gagal ketika para pemimpin pemuda menuntuapi, usaha tersebut gagal ketika para pemimpin pemuda menuntut langkah-langkah nasionalistis yang dramatis, yang tidak akan dilakukan oleh kebanyakan generasi tua yang lebih ketaku-takutan (dan lebih realistis). Pertemuan yang pertama berakhir dengan percekcokan sengit dan Gerakan Rakyat Baru pun mati sebelum lahir. Pihak Jepang menangkap Yamin yang mereka yakini telah mengobarkan semangat kaum aktivis muda, tetapi kini kejadian-kejadian bergerak terlalu cepat bagi pihak Jepang untuk kedua kalinya mempersatukan pemimpin-pemimpin yang tua dan muda.

Pada bulan Juli 1945 pula, semua unsur di kalangan Jepang sepakat bahwa kemerdekaan harus diberikan kepada Indonesia dalam waktu beberapa bulan. Hal itu terjadi karena AS telah berhasil merebut Iwojima (Maret), Koiso mengundurkan diri sebagai PM dan digantikan oleh Laksamana Suzuki Kantaro (April), Jerman menyerah (Mei), Rangoon jatuh (Mei), Okinawa jatuh dan Sekutu melakukan pengeboman besar-besaran terhadap Jepang (Juni).

Pada akhir bulan Juli 1945, para pemimpin Sekutu di Postdam mengeluarkan tuntutan agar Jepang menyerah tanpa syarat. Jepang tidak dapat lagi memikirkan kemenangan ataupun tindakan mempertahankan wilayah-wilayah pendudukannya. Tujuannya di Indonesia kini adalah membentuk sebuah Negara yang merdeka dalam rangka mencegah berkuasanya kembali Belanda, musuh mereka.
Pada akhir bulan Juli 1945 pula, Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang mengadakan pertemuan di Singapura guna merencanakan pengalihan perekonomian ke tangan bangsa Indonesia. Mereka memutuskan bahwa Jawa akan diberi kemerdekaan pada bulan September, sedangkan daerah-daerah lainnya menyusul (Ricklefs, 2005 : 424-425).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan