Sukarno, Hatta dan Radjiman ke Saigon.



Bom atom pertama dijatuhkan di Jepang pada tanggal 6 Agustus 1945. Pada tanggal 7 sebuah kepanitiaan serupa PPKI dari pihak Jepang mengadakan pertemuan. Pada tanggal 8 Uni Sovyet mengumumkan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 9 bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki dan Uni Sovyet menyerbu. Pada hari itu, Sukarno, Hatta dan Radjiman terbang ke Saigon untuk menemui Panglima Wilayah Selatan, Terauchi Hisaichi, yang mereka temui di Dalath pada tanggal 11 Agustus. Terauchi menjanjikan kemerdekaan bagi seluruh bekas wilayah Hindia Timur Belanda, tetapi memveto penggabungan Malaya dan wilayah-wilayah Inggris di Kalimantan. Versi lain mengatakan Jepang memberi wewenang pada Sukarno dan Hatta untuk menentukan kemerdekaan Indonesia (Ricklefs, 2005 : 426; Purwoko, Harsrinuksmo, 2004 : 314.) Sukarno ditunjuk sebagai ketua PPKI dan dan Hatta sebagai wakil ketua. Pada tanggal 14 Agustus 1945,  Sukarno, Hatta dan Radjiman tiba kembali di Jakarta (Ricklefs, 2005: 426). Sekembalinya ke Indonesia, Sukarno berpidato bahwa “sebelum jagung berbunga Indonesia sudah merdeka.” Tindakan ini dikecam segolongan pejuang kemerdekaan. Ia dituduh berkolaborasi (bekerjasama) dengan Jepang dan dinilai bersikap lemah, pengecut dan rendah (ENI Vol. 15 : 2004 : 314).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan