Tentara Belanda Meninggalkan Yogyakarta
Persiapan di Yogyakarta
Sesudah perundingan Roem-Royen, pada tanggal 27 Mei 1949 Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Menteri Negara merangkap Kordinator Keamanan Dalam Negeri mengeluarkan pengumuman bahwa sesudah Belanda mengundurkan diri, setiap orang juga mereka yang telah bekerja pada Pemerintah Federal Sementara, dengan tidak membeda-bedakan bangsa dan agama dijamin keamanan diri dan keselamatan harta bendanya.
Tentara Belanda nampaknya masih gamang. Pada tanggal 28 Mei 1949 pukul 12.30 sepasukan Tentara Belanda dengan tiba-tiba dan dengan tidak memberi tahu kepada Sri Sultan Hamengkubuwana IX mendatangi Gedung Kepatihan Yogyakarta yang merupakan Kantor Persiapan Pemulihan Pemerintah Pusat Republik. Banyak pegawai Republik Indonesia ditangkap dan dokumen-dokumen disita.
Pada tanggal 10 Juni 1949, Sri Sultan Hamengkubuwana IX membentuk Komisi Timbang Terima Yogyakarta dari tangan Belanda.
Kordinasi Pemerintah Republik
Pada tanggal 5 Juni 1949, Wakil Presiden Mohammad Hatta dengan pengiring tiba di Kotaraja untuk mengadakan kontak dan berunding dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia.
Sementara itu pada tanggal 17 Juni 1949, satu delegasi dari wali wali negara Sumatra Timur, Sumatra Selatan, Madura dan Jawa Timur ; Kepala Daerah Kalimantan Barat,para Perdana Menteri dari Indonesia Timur dan Pasundan, berkunjung ke Bangka untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Perhatian Internasional
Sekitar lima belas orang wartawan Amerika Serikat tiba di Jakarta pada tanggal 19 Juni 1949 atas undangan pemerintah Belanda di Indonesia. Pada tanggal 21 Juni 1949, para wartawan itu mengunjugi Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta di Bangka.
Pada tanggal 22 Juni 1949 UNCI mengeluarkan komunike yang menyatakan bahwa antara Republik Indonesia dan Belanda telah diperoleh “meeting of minds” mengenai tujuan dan cara Konferensi Meja Bundar (KMB). Tujuan KMB adalah untuk menyelesaikan perselisihan Indonesia-Belanda dengan mencapai persetujuan penyerahan kedaulatan yang nyata, penuh dan tidak bersyarat kepada Negara Indonesia Serikat.
Penarikan Tentara Belanda
Pada tanggal 25 Juni 1949 Tentara Belanda mulai ditarik dari Wonosari, Gunung Kidul, DIY. Peristiwa itu disaksikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Kolonel van Langen Komandan Tentara Belanda di Yogyakarta, peninjau militer dari UNCI dan wartawan dari dalam dan luar negri.
Pada tanggal 29 Juni 1949 kota Yogyakarta ditinggalkan oleh Tentara Belanda. Dengan demikian seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta sudah di tangan Republik (Supeni, 2001 : 299-300).
Komentar
Posting Komentar