Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Pemberontakan Andi Aziz

Gambar
  Pada bulan Februari dan Maret 1950, di Makasar terjadi gelombang demonstrasi. Sebagian setuju dengan bentuk negara serikat , sebagian lagi menyokong negara kesatuan. Untuk menjaga keamanan dan menertibkan keadaan, pemerintah RIS mengirimkan satu batalyon TNI yang dipimpin oleh Mayor H. V. Worang. Kedatangan pasukan ini ditentang oleh Andi Aziz. Kapten Andi Aziz adalah perwira KNIL yang kemudian menjadi komandan kompi Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Pada tanggal 5 April 1950 Kapten Andi Aziz menggerakkan pasukannya menduduki beberapa objek vital, antara lain lapangan terbang dan gedung telekomunikasi. Mereka juga menyerang pos-pos Polisi Militer, menawan Letnan Kolonel A.Y. Mokoginta, yang waktu itu menjadi Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur. Pemerintah Pusat di Jakarta bertindak tegas. Tanggal 8 April 1950 dikeluarkan ultimatum, agar dalam waktu 2x24 jam Andi Aziz melapor ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan tindakannnya. Ia terlambat d...

Kebijakan Gunting Syafruddin

Gambar
  Pada masa sistem pemerintahan federal   (RIS), kabinet Hatta disibukkan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul akibat perang kemerdekaan maupun masalah-masalah intern   kehidupan suatu negara muda. Sebagai akibat dari perang kemerdekaan banyak prasarana yang hancur, keadaan ekonomi yang buruk, dan terdapat pula kerusakan mental di masyarakat. Masalah Ekonomi Di bidang ekonomi sendiri masalah utama adalah munculnya inflasi dan defisit dalam anggaran belanja. Untuk mengatasi masalah inflasi, pemerintah menjalankan suatu kebijakan dalam bidang keuangan yaitu mengeluarkan peraturan pemotongan uang pada tanggal 19 Maret 1950, yang dikenal dengan kebijakan gunting Syafruddin. Peraturan ini menentukan bahwa uang yang bernilai 2, 50 gulden atau Rp. 5 ke atas dipotong menjadi dua, sehingga nilainya tinggal setengah. Meskipun banyak pemilik uang yang terkena dampak peraturan ini, tetapi pemerintah mulai dapat mengendalikan inflasi agar tidak cepat meningkat. Di sampin...

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Gambar
  Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama. Desakan untuk kembali ke bentuk kesatuan terjadi di negara-negara bagian RIS. Negara-negara bagian RIS satu per satu membubarkan diri dan memutuskan bergabung dengan Republik Indonesia. Pemimpin partai Masyumi, Muhammad Natsir, merasa hasil Konferensi Meja Bundar seperti langkah Belanda untuk memecah Indonesia. Maka, Muhammad Natsir menyampaikan gagasan di DPRS RIS untuk kembalinya sistem pemerintahan Indonesia ke bentuk kesatuan. Gagasan Natsir dikenal sebagai Mosi Integral Natsir. Akhirnya, Presiden Sukarno membubarkan RIS pada 17 Agustus 1950 dan secara resmi kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (kesbangpolkulonprogo.co.id, 29 Agustus 2022). Menurut Rickleffs, ditangkapnya beberapa pemimpin Pasundan karena dicurigai terlibat dalam komplotan Westerling mendorong parlemen negara bagian itu meminta, pada tanggal 27 Januari 1950, agar Pasundan dibubarkan. Sampai akhir bulan Maret, sebagian besar negara...

Bergabungnya RI ke Dalam RIS

Gambar
  Penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Republik Indonesia Serikat dilakukan di Amsterdam dan Jakarta pada tanggal 27 Desember 1949 dan   pada hari yang sama di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan RI kepada RIS. Presiden RI saat itu adalah Mr. Asaat yang baru dilantik pada hari itu sedangkan Presiden RIS adalah Ir. Sukarno yang sudah dilantik pada tanggal 17 November 1949 di Sitinggil Yogyakarta. Yogyakarta (Supeni, 2001 : 305-306). Sehubungan dengan pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat)   dibentuklah kabinet pertama RIS yang dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta   sebagai Perdana Menteri. Di sisi lain dibentuklah kabinet ke-9   Republik Indonesia yang dipimpin oleh Perdana Menteri Dr. A. Halim (2001 : 232-233). Berikut ini saya sampaikan program kerja dari Kabinet ke-9 RI dan program kerja dari kabinet pertama RIS. Program Kerja Kabinet Pertama RIS (1)     Menyelenggarakan supaya pemindahan kekuasaan ke tangan bangsa I...