Koinsidensi



Hari ini tgl 6 Syawal 1439 H. Saya ingat dulu nenek dan bupuh bupuh saya menyelenggarakan kenduri sederhana di penghujung hari sebagai tanda akhir puasa sunat syawalan selama enam hari sejak tgl 2 Syawal. Ini disebut bakdho kupat (lebaran ketupat). Sekarang nampaknya tradisi itu mulai memudar.

Kepada sdr sdr yang berpuasa syawal saya mengucapkan selamat meraih kemenangan. Itu sesuai dengan tujuan puasa sunah syawal. Syawal berarti meningkat. Meningkat dalam peribadatan keimanan keihlasan ketakwaan kedermawanan dan kemanusiaan. Kalau diibaratkan bahwa puasa di bulan Ramadan adalah madrasah maka bulan Syawal adalah momentum penerapan dari apa yang sudah diperoleh dari penggemblengan jiwa raga selama sebulan yang lalu.

Hari ini juga bersamaan dengan tgl 21 Juni. Tanggal ini adalah tanggal wafatnya Bung Karno sekian puluh tahun yang lalu. Roh Bung Karno seperti ether yang mengisi atmosfir. Tidak ada ruang hampa Bung Karno. Suka dan tidak suka kemana pun kita menghadap di negri Indonesia di situ ada roh Bung Karno mengisi relung relung jiwa bangsa dengan segala apinya yang terus menyala menerangi negri dan membakar semangat bangsa Indonesia. Sayang saya tidak bisa datang ke Blitar untuk menziarahi beliau PYM PBR. Meski begitu saya tak mungkin tidak berdoa untuk beliau mengingat akan apa yang pernah beliau persembahkan untuk negri yang sering disebutnya dengan takzim : Ibu Pertiwi. Ya Allah Yang Maha Rahman dan Rahim berilah kebahagiaan bagi Bung Karno di alam kubur. Aamiiin.

Hari ini juga hari kelahiran Presiden RI yang kesekian. Para lovers dan haters sama sama sibuk. Yang satu merayakannya dalam doa dan harapan agar Joko Widodo terpilih lagi. Yang lain sibuk mencari alternatif pengganti seperti Erdogan Prabowo Amin Anis atau Habib. Sebagai hamba yang bersyukur saya berterima kasih Allah SWT telah memberi bangsa ini Presiden yang sederhana, seorang tukang kayu yang berasal dari pinggir sungai dari sebuah kota yang dipandang sebelah mata oleh seseorang.

Itu yang saya katakan sebuah koinsidensi. Tapi apakah peristiwa peristiwa itu berkorelasi satu sama lain. Saya berani mengatakan ya. Mengapa ? Karena di singgasananya yang megah yang disangga oleh para malaikat yang perkasa Allah SWT berfirman, " dan tidaklah Aku ciptakan alam semesta ini dengan sia sia."

Dan mata saya pun berkaca kaca. Bagaimana tidak ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan