Tim Sukses
Seingat saya istilah ini muncul sejak era reformasi. Istilah ini bukan istilah baku hanya sebuah kelaziman. Biasanya istilah bakunya adalah Tim Pemenangan. Tim ini biasanya dibuat untuk membantu seseorang mencapai suatu jabatan tertentu pada suatu organisasi baik organisasi kemasyarakatan maupun kenegaraan. Baik jabatan itu diperoleh melalui pemilihan maupun maupun melalui penunjukan. Tim ini setahu saya bersifat ad hoc alias sementara.
Seingat saya, saya pernah "memiliki" beberapa tim sukses. Pertama saat saya mencalonkan diri menjadi ketua senat mahasiswa di fakultas saya. Tidak saya bentuk secara formal atau diberi nama formal melainkan terbentuk begitu saja dari teman teman dekat yang sering makan bersama di warung atau yang sering tidur berdesak desakan di kamar kost atau belajar bareng. Ada juga tim sukses terselubung yaitu para dosen di prodi saya. Nyatanya tim sukses ini berhasil membantu saya menjadi ketua senat mahasiswa selama dua tahun. Sebagai imbalan hampir semua tim sukses saya masuk struktur organisasi senat mahasiswa.
Tim sukses kedua saya dibentuk secara formal saat saya diminta oleh teman teman menjadi bakal bupati bandung. Saat itu ide ini datang dari kang Aa Umbara (calon bupati KBB) saat kami ngobrol di rumah almarhum pak Tri Wartono, aktivis politik kala itu. Obrolan ini ditindaklanjuti dengan membuat tim sukses formal dan membuat proposal. Diketuai oleh kang Nandang Afipudin dan beranggotakan pengurus partai yang dinonaktifkan, tim ini mampu menggalang dukungan 2/3 ketua partai tingkat kecamatan di Bandung, Cimahi dan Bandung Barat. Tim ini juga mencarikan partner untuk saya yaitu Pak Use, sekda kabupaten Bandung kala itu. Bukan hanya itu tim ini juga mampu menggalang dukungan dari para pengusaha yang digalang oleh Pak Tan. Dalam satu pertemuan mereka berkomitmen membantu dana Rp 1 miliar. Sayang nama saya tidak direkomendasi oleh partai. Maka tim sukses saya kemudian di hire oleh kandidat lain yang kemudian menjadi walikota Cimahi.
Tim sukses saya yang ketiga adalah saat saya mencalonkan diri menjadi anggota parlemen tahun 2009. Tim ini bukan tim profesional melainkan kumpulan para tetangga di kompleks tempat tinggal saya yang ingin mengantarkan saya ke Senayan. Ketuanya seorang pensiunan kepala SMP wakilnya pensiunan kantor geologi anggotanya ada tukang service peralatan elektronik, pegawai IPTN yang dirumahkan, seorang ustadz yang merangkap menjadi marbot dan seorang mantan manajer yang beralih menjadi juragan becak karena mengalami disabilitas. Tim ini lumayan bagus hasilnya. Dengan dana pribadi sekitar Rp 50 juta kami mendapat sekitar 9 - 10 ribu suara. Tentu tidak bisa mengejar suara Bang TK dan Oneng. Karena itu mimpi para tetangga mengantar saya ke Jakarta belum mampu diwujudkan.
Nah itulah cerita tim sukses. Sayapun beberapa kali menjadi tim sukses untuk orang lain. In sya Allah akan saya ceritakan di lain waktu.
Seingat saya, saya pernah "memiliki" beberapa tim sukses. Pertama saat saya mencalonkan diri menjadi ketua senat mahasiswa di fakultas saya. Tidak saya bentuk secara formal atau diberi nama formal melainkan terbentuk begitu saja dari teman teman dekat yang sering makan bersama di warung atau yang sering tidur berdesak desakan di kamar kost atau belajar bareng. Ada juga tim sukses terselubung yaitu para dosen di prodi saya. Nyatanya tim sukses ini berhasil membantu saya menjadi ketua senat mahasiswa selama dua tahun. Sebagai imbalan hampir semua tim sukses saya masuk struktur organisasi senat mahasiswa.
Tim sukses kedua saya dibentuk secara formal saat saya diminta oleh teman teman menjadi bakal bupati bandung. Saat itu ide ini datang dari kang Aa Umbara (calon bupati KBB) saat kami ngobrol di rumah almarhum pak Tri Wartono, aktivis politik kala itu. Obrolan ini ditindaklanjuti dengan membuat tim sukses formal dan membuat proposal. Diketuai oleh kang Nandang Afipudin dan beranggotakan pengurus partai yang dinonaktifkan, tim ini mampu menggalang dukungan 2/3 ketua partai tingkat kecamatan di Bandung, Cimahi dan Bandung Barat. Tim ini juga mencarikan partner untuk saya yaitu Pak Use, sekda kabupaten Bandung kala itu. Bukan hanya itu tim ini juga mampu menggalang dukungan dari para pengusaha yang digalang oleh Pak Tan. Dalam satu pertemuan mereka berkomitmen membantu dana Rp 1 miliar. Sayang nama saya tidak direkomendasi oleh partai. Maka tim sukses saya kemudian di hire oleh kandidat lain yang kemudian menjadi walikota Cimahi.
Tim sukses saya yang ketiga adalah saat saya mencalonkan diri menjadi anggota parlemen tahun 2009. Tim ini bukan tim profesional melainkan kumpulan para tetangga di kompleks tempat tinggal saya yang ingin mengantarkan saya ke Senayan. Ketuanya seorang pensiunan kepala SMP wakilnya pensiunan kantor geologi anggotanya ada tukang service peralatan elektronik, pegawai IPTN yang dirumahkan, seorang ustadz yang merangkap menjadi marbot dan seorang mantan manajer yang beralih menjadi juragan becak karena mengalami disabilitas. Tim ini lumayan bagus hasilnya. Dengan dana pribadi sekitar Rp 50 juta kami mendapat sekitar 9 - 10 ribu suara. Tentu tidak bisa mengejar suara Bang TK dan Oneng. Karena itu mimpi para tetangga mengantar saya ke Jakarta belum mampu diwujudkan.
Nah itulah cerita tim sukses. Sayapun beberapa kali menjadi tim sukses untuk orang lain. In sya Allah akan saya ceritakan di lain waktu.
Komentar
Posting Komentar