Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Chaerul Saleh

Chaerul Saleh gelar Datuk Paduko Rajo lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, 13 September 1916.Ayahnya bernama Achmad Saleh, dan ibunya Zubaidah binti Ahmad Marzuki. Ayahnya adalah seorang dokter yang sempat menjadi calon anggota Volksraad. Saat Chaerul berusia dua tahun, orang tuanya bercerai dan ia dibawa pulang oleh ibunya ke Lubuk Jantan, Lintau, Tanah Datar. Di usia empat tahun, giliran ayahnya membawa Chaerul ke Medan, dan menyekolahkannya di kota di Sumatera Timur yang sedang berkembang pesat itu. Setelah ayahnya berpindah tugas, ia bersekolah di Europeesche Lagere School, Bukittinggi. Lulus dari ELS ia pindah ke Hogereburgerschool (HBS) di Medan. Ketika sekolah di Medan ia sering pulang ke Bukittinggi. Dan disinilah ia bertemu dengan Yohana Siti Menara Saidah, putri Lanjumin Dt. Tumangguang, yang kelak menjadi istrinya. Karena Yohana lah, ia pindah sekolah ke Batavia. Di Batavia, dia bersekolah di Koning Willemdrie atau HBS 5 tahun di Jalan Salemba. Setelah lulus dari Koning...

Yusuf Kunto

Salah seorang pelaku dalam Peristiwa Rengasdengklok adalah Yusuf Kunto. Ia mati muda dalam usia 28 tahun karena radang paru-paru. Dalam biografi Singgih yang saya sampaikan kemarin, ada setidaknya tiga peranan Kunto: mengantar Chairul Saleh, mengawal Sukarno-Hatta dan menguhubungi para pemuda di Asrama Menteng 31. "Di Menteng 31 Singgih minta beberapa pemuda menemaninya mengambil Hatta dan Sukarno. Mula-mula ikut Sukarni, Jusuf Kunto dan dr. Muwardi yang mengantarkan Chairul Saleh ke rumah Danu Asmoro di jalan Pekalongan untuk meminjam mobil. Dari Sini, dua buah mobil, satu milik PETA dikemudikan Sampun dan satu milik Danu dikemudikan sendiri, menuju rumah Hatta di Jalan Diponegoro sekarang...Sementara itu para ‘pengawal’ disepakati untuk segera kembali ke Jakarta. Jusuf Kunto harus menghubungi Menteng 31, melaporkan rombongan telah tiba di tempat aman sementara dr. Soetjipto diminta Singgih menghubungi Cudanco Latief menceritakan apa yang sesungguhnya telah terjadi di mana an...

Singgih

Singgih adalah Kapten Peta (Pembela Tanah Air) yang menculik Sukarno-Hatta menjelang diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Bersama Sukarni, Kapten Singgih mengungsikan keluarga Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta dari Jakarta ke Rengasdengklok, Karawang. Tujuan gerakan itu adalah agar kedua pemimpin utama bangsa Indonesia itu tidak dimanfaatkan Jepang pada masa-masa krisis setelah kekalahan Jepang dari pihak Sekutu dan memuncaknya gerakan kemerdekaan di seluruh pelosok Indonesia. Penculikan dilaksanakan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Sukarno dan Hatta dikembalikan ke Jakarta pada malam harinya. Keesokan harinya kedua pemimpin itu memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Singgih lahir tahun 1920 dan wafat tahun ...  jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga Sunan Kalijaga, Demak Jawa Tengah (Soebagijo I.N., 2004). PPDSM (Pusat Persenjataan dan Sejarah Militer) dalam akun Facebooknya 26 April 2019, berjudul Kisah Seorang Penculik, menulis tentang Singgih sebagai ber...

Sukarni

Sukarni (Soekarni Kartodiwirjo) lahir pada tanggal 14 Juli 1916, di Desa Sumberdiran, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Ia anak keempat dari Sembilan bersaudara. Ayahnya adalah Kartodiwirjo dan ibunya bernama Supiah. Pekerjaan ayahnya pedagang di Pasar Garum. Sukarni mengikuti pendidikan di sekolah Mardisiswo, Blitar y ang didirikan oleh para pejuang kemerdekaan. Sekolah ini didirikan oleh tokoh pergerakan dari Banyumas yang bernama Ir. Anwari, seorang tokoh Partai Indonesia (Partindo). Pada tahun 1930 ia bergabung dengan Indonesia Muda yang merupakan organisasi kepemudaan Partindo. Anwari mengirimnya ke Bandung untuk mengikuti kursus pengkaderan. Diantara pengkadernya adalah Ir. Soekarno yang baru saja dibebaskan dari penjara oleh pemerintah kolonial Belanda. Indonesia Muda Setelah mengikuti kegiatan pengkaderan Partindo, Sukarni mendirikan organisasi Persatuan Pemuda Kita dan menjadikan rumahnya yang dikenal kemudian sebagai Rumah Garum, sebagai sekretariatnya. Ia ...

Wikana

Dari berbagai literatur saya mendapatkan beberapa nama pemuda revolusioner di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia, mereka itu adalah :  Wikana, Darwis, Sukarni, Singgih, Jusuf Kunto, BM Diah, Adam Malik, Chaerul Saleh,  dr. Muwardi, dr. Sutjipto, A.M. Hanafi, Pardjono, Pandu Kartawiguna, Djohar Noer, S.K. Wijoto, Ridwan Bazar, Aidit, S.K. Trimurti dan Latif Hendraningrat  (Anderson, 1988 : 96, Hanafi,  dll). Biografi beberapa nama dari mereka tidak ditemukan sama sekali dalam lema di ensiklopedia nasional. Saya kemudian  mendapatkan keterangan dari buku-buku memoar maupun artikel-artikel di koran online, wikipedia maupun blog. Saya akan mulai dari Wikana, dalang penculikan Sukarno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945. Wikana Wikana bersama dengan sembilan anggota lain membentuk Panitia Khusus yang dipimpin B.M. Diah. Panitia ini dibentuk dalam pertemuan rahasia kalangan pemuda di Jakarta pada 3 Juni 1945. Pertemuan ini dilakukan lagi pada tanggal 15 Ju...

Aspek Sufistik Proklamasi

Pemilihan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hari proklamasi kemerdekaan Indonesia selain karena pandangan mistik Sukarno secara pribadi, nampaknya juga dipengaruhi oleh pandangan sufistik para ulama. Fakta ini diungkapkan oleh Kyai Moch. Muchtar bin Alhaj Abdul Mu’thi di Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah di Losari, Ploso, Jombang, Jawa Timur. Menurut beliau,  kurang lebih lima bulan sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamirkan Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Sukarno mencari ulama tasawuf yang mempunyai tingkat mukasyafah atau inkisyaf. Sukarno berhasil menemukan empat orang ulama tasawuf yaitu : Syeikh Musa Sukanegara (Ciamis), K.H. Abdul Mu’thi (Madiun), Sang Alif atau R. Sosrokartono (Bandung), dan K.H. Hasyim Asy’ari Tebuireng Cukir (Jombang). Kesimpulan dari pertemuan Sukarno dengan keempat ulama tasawuf tersebut adalah : “Tidak lama akan ada berkat rahmat Allah besar turun di Indonesia, di bulan Ramadan, tanggal 9 tahun 1364 H, hari Jumat Legi, bila...

Proklamasi dan Mistik

Para pemuda mendesak Sukarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Mereka menghendaki proklamasi dibacakan pada tanggal 16 September 1945 lepas dari PPKI dan mereka sudah menyiapkan jaringannya untuk mendukung Sukarno karena Sjahrir tidak bersedia membacakan proklamasi. Para pemuda pun menculik Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok. Sementara sekelompok pemuda lainnya memproklamasikan kemerdekaan di Cirebon tanggal 16 Agustus 1945. Sukarno bersikeras tidak mau memproklamasi kemerdekaan Indonesia sebelum waktunya. Ia telah memilih tanggal yang menurutnya tepat untuk itu, 17 Agustus 1945. Bukan suatu kebetulan, tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan hari  Jumat di bulan Ramadan. Dalam biografinya, Sukarno berkata : “Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita...

Jepang Menyerah Tanpa Syarat

Pada tanggal 6 Agustus 1945 pagi, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima. Pada saat Jepang diambang kekalahan, pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Sovyet ikut ikut memaklumkan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua jatuh di kota Nagasaki. Kaisar Hirohito akhirnya mengumumkan dalam pidato radio tanggal 14 Agustus 1945 bahwa Jepang menyerah kalah. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Tanggal 2 September 1945, di atas geladak kapal Missouri milik Amerika Serikat yang berlabuh di Teluk Tokyo, para pejabat Jepang menandatangani piagam penyerahan tanpa syarat. Menteri Luar Negeri Jepang Mamoru Shigemitsu menandatangani dokumen yang menyatakan penyerahan diri Jepang di geladak kapal perang USS Missouri disaksikan Jenderal Richard K Sutherland. Penyerahan diri Jepang ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya Perang Dunia II. Sebelum Jepang, pada Mei 1945, Jerman sudah lebih dulu menyerah sekaligus mengakhiri PD II di B...

Pelantikan KNIP

Pembentukan KNIP didasarkan pada keputusan sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Pada sidang itu ditegaskan bahwa pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional. Keputusan itu dicantumkan pada Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945. Pada Sidang Keempat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Rapat Anggota tanggal 22 Agustus 1945 menetapkan soal-soal Komite Nasional dan Partai Nasional Indonesia.  Pembentukan PNI sebagai partai negara ditangguhkan dan kemudian hancur di tengah jalan.  Sedangkan Komite Nasional dibentuk di seluruh Indonesia dengan pusatnya di Jakarta. Dalam perkembangannya KNI dikembangkan menjadi KNIP. Sehingga hanya KNIP dan komite-komite nasional di tingkat daerahlah yang merupakan organ politik utama. Anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) berjumlah 137 orang dan dilantik oleh Presiden Sukarno pada tangal 29 Agustus 1945 di Gedung Permusyawaratan Golongan Bangsa-Bangsa di Jl. Gambir Selatan No.10 Jakarta (sekarang...

Layu Sebelum Berkembang

Para founding fathers Indonesia pernah memutuskan untuk membentuk sebuah partai negara. Pada Sidang Keempat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Rapat Anggota tanggal 22 Agustus 1945 menetapkan soal-soal Komite Nasional dan Partai Nasional Indonesia. Pada akhir bulan Agustus, pembentukan partai negara ditangguhkan.  Menurut sejarawan Ricklefs, awalnya Jawa Hokokai akan diteruskan sebagai partai negara dengan nama PNI (Partai Nasional Indonesia). Sjahrir dan para pendukungnya berkeberatan atas berlanjutnya secara mencolok suatu organisasi Jepang, dan tentu saja, atas berlanjutnya dominasi elite yang bekerja sama dengan Jepang yang ingin dipertahankan oleh PNI (2005: 431). Karena itu partai ini segara hancur.  Jawa Hokokai merupakan fusi dari golongan-golongan elite yang dipaksakan oleh Jepang yang kepentingan-kepentingannya sering kali berbeda-beda, sehingga tanpa paksaan dari pihak Jepang pun pun Jawa Hokokai  / PNI mengalami benturan internal.

Peta dan Heiho Dilucuti

Antara tanggal 18 – 25 Agustus 1945 , Jepang yang ada di Jawa dan di Sumatra melucuti serta membubarkan Peta /Gyugun dan Heiho, yang kebanyakan anggotanya belum mengetahui proklamasi kemerdekaan. Struktur komando yang merupakan dasar dari tentara nasional dibongkar. Angkatan bersenjata yang terbentuk kemudian merupakan hasil prakarsa para pemimpin lokal yang cakap, biasanya masih muda, serta memiliki kharisma dan memiliki akses terhadap persenjataan, bukan tentara yang terlatih, bersenjata dan berstruktur secara hirarkhis. Salah satu masalah pokok pada zaman Revolusi dan sesudahnya ialah menciptakan struktur militer yang rasional dan patuh pada pemerintah pusat dari struktur militer yang kacau ini (Ricklefs, 2005: 432).

Sekali Di Udara Tetap Di Udara

Pada tanggal 16 Agustus 1945, stasiun radio Hoshokyoku di Bandung mengirim dua teknisinya ke Jakarta untuk kepentingan pembacaan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka membawa mikrofon bermerk Siemens dan segala perlengkapannya. Namun siaran yang ditunggu-tunggu tidak kunjung tiba. Pada tanggal 17 Agustus 1945, kedua teknisi itu tiba di Bandung. Dari mereka diketahui bahwa Jepang telah menduduki studio. Tindakan Jepang untuk menghalangi tersiarnya proklamasi ternyata sia-sia karena hari itu Kantor Berita Domei di Bandung telah menerima kawat berisi teks proklamasi yang kemudian oleh para pemuda pgawai kantor berita itu dimuat di dalam buletin berita Domei. Para wartawan Tjahaja di Bandung dilarang Jepang memuat berita mengenai proklamasi tersebut. Para wartawan menggunakan cara lain, yaitu dengan menuliskan berita teks proklamasi kemerdekaan di papan tulis, lalu dipancangkan di depan kantor.  Masyarakat yang melewati segera mengerumuni papan tulis. Seorang w...

Proklamasi dari Cirebon

Suatu pagi seusai salat subuh, dari sebuah hotel di dekat Stasiun KA Cirebon, saya berjalan berdua dengan dr. Iwan menyusuri jalan menuju alun alun Cirebon. Tiba di perempatan Kejaksaan kami mengagumi sebuah tugu bersejarah di situ. Tentang tugu itu saya ingin berbagi cerita. Para pemuda yang kecewa kepada Sukarno dan Hatta yang lambat dalam memproklamasikan kemerdekaan meminta Sjahrir  untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sjahrir menolak ide tersebut. Meski begitu kawat untuk memerdekakan Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1945 sudah terkirim ke Cirebon. Kawat pembatalan belum sempat terkirim. Para pemuda Pesindo dan pengikutnya dalam PNI Pendidikan melakukan rapat  untuk membacakan proklamasi. Pengikut Sjahrir di Cirebon cukup banyak karena Cirebon adalah basis PNI Pendidikan di luar Bandung. Salah satunya adalah dr. Soedarsono yang merupakan seorang dokter dan kepala rumah sakit Kesambi di Cirebon . Soedarsono dipilih untuk membacakan teks proklamasi. (Soedarso...

Proklamasi

Pada tanggal 17-8-1945, 74 tahun yang lalu,  upacara proklamasi kemerdekaan RI berlangsung sederhana saja. Tanpa protokol, Latief Hendraningrat, salah  seorang anggota  PETA, segera memberi aba aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk berdiri. Serentak semua berdiri tegak dengan sikap sempurna. Latief kemudian mempersilahkan Soekarno dan Mohammad Hatta  maju beberapa langkah mendekati mikrofon. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi : "Saudara-saudara sekalian ! saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia  telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usah...