Sukarno Diasingkan ke Ende
Pada bulan Agustus 1933 Sukarno ditangkap untuk kedua kalinya dan tanpa proses peradilan ia dimasukkan ke penjara Sukamiskin. Sukarno kemudian diasingkan ke Pulau Flores. Bagaimana kisahnya, berikut saya saya sarikan tulisan Ramadhan KH.
Pada pagi hari, dari penjara Sukamiskin, Sukarno diantar ke Stasiun Bandung. Sartono turut mengantar dan melepas Sukarno masuk gerbong kereta. Pada gerbong lain ada Inggit Garnasih, istrinya; Amsi, mertuanya; Ratna Juami, anak angkatnya; Muhasan dan Karmini, pembantu setianya. Kereta bergerak menuju Surabaya di mana mereka menginap semalam. Sukarno ditempatkan di tahanan sementara keluarga serta pembantunya ditempatkan di hotel.
Keesokan harinya orang tua Sukarno, Sukemi dan Idayu, diberi kesempatan bertemu Sukarno dan istrinya. Setelah menerima nasihat dan pesan dari kedua orangtuanya, Sukarno berkata, "...Maafkan saya, Ibu, Bapak. Doakan kami. Sekali lagi, terima kasih."
Hari berikutnya Sukarno dan keluarganya dibawa ke Tanjung Perak. Orang orang berjejal di tepi jalan dengan melambai-lambai kan bendera merah putih dari kertas minyak. Sukarno dikawal memasuki kapal barang Van Riebek. Dari tangga ia tersenyum dan melambai-lambai kan tangannya . Setelah memasuki kamar, peluit kapal berbunyi dan meninggalkan pelabuhan.
Setelah delapan hari perjalanan laut, kapal tiba di Pulau Bunga. Mereka ditempatkan di Ambugaga, Ende. Mereka menyewa rumah tua beratap seng tanpa listrik dari Haji Abdul Amburawuh. Jika mandi, mereka lebih suka ke sungai Wola Wona yang berbatu-batu dan berair jernih.
Pada awalnya penduduk setempat menjauh dari Sukarno, tapi Sukarno berusaha mendekatkan diri. Raja Ende datang ke rumah Sukarno, meminta diajari berkebun , setelah melihat bagaimana kebun sayur Sukarno dipenuhi sayur mayur seperti kol, rades, lobak, bayam, kacang panjang, buncis dan andevi.
Di Ende, Sukarno mengangkat seorang anak angkat bernama Sukarti, putri Atmosoedirdjo, mantri ukur pada dinas pekerjaan umum. Sukarti kemudian diberi nama baru, Kartika.
Sukarno juga mendapat tujuh kawan baru di rumahnya: Bertha, Riwu, Karel, Willem, Paulus, Ja'far dan Markus. Semuanya orang dari Pulau Savu.
Sukarno memelihara beberapa ekor kucing dan empat ekor kera.
Di Ende inilah Sukarno memperdalam Islam. Soal ini akan saya sampaikan kepada para pembaca pada kesempatan berikut.
Pada pagi hari, dari penjara Sukamiskin, Sukarno diantar ke Stasiun Bandung. Sartono turut mengantar dan melepas Sukarno masuk gerbong kereta. Pada gerbong lain ada Inggit Garnasih, istrinya; Amsi, mertuanya; Ratna Juami, anak angkatnya; Muhasan dan Karmini, pembantu setianya. Kereta bergerak menuju Surabaya di mana mereka menginap semalam. Sukarno ditempatkan di tahanan sementara keluarga serta pembantunya ditempatkan di hotel.
Keesokan harinya orang tua Sukarno, Sukemi dan Idayu, diberi kesempatan bertemu Sukarno dan istrinya. Setelah menerima nasihat dan pesan dari kedua orangtuanya, Sukarno berkata, "...Maafkan saya, Ibu, Bapak. Doakan kami. Sekali lagi, terima kasih."
Hari berikutnya Sukarno dan keluarganya dibawa ke Tanjung Perak. Orang orang berjejal di tepi jalan dengan melambai-lambai
Setelah delapan hari perjalanan laut, kapal tiba di Pulau Bunga. Mereka ditempatkan di Ambugaga, Ende. Mereka menyewa rumah tua beratap seng tanpa listrik dari Haji Abdul Amburawuh. Jika mandi, mereka lebih suka ke sungai Wola Wona yang berbatu-batu dan berair jernih.
Pada awalnya penduduk setempat menjauh dari Sukarno, tapi Sukarno berusaha mendekatkan diri. Raja Ende datang ke rumah Sukarno, meminta diajari berkebun , setelah melihat bagaimana kebun sayur Sukarno dipenuhi sayur mayur seperti kol, rades, lobak, bayam, kacang panjang, buncis dan andevi.
Di Ende, Sukarno mengangkat seorang anak angkat bernama Sukarti, putri Atmosoedirdjo, mantri ukur pada dinas pekerjaan umum. Sukarti kemudian diberi nama baru, Kartika.
Sukarno juga mendapat tujuh kawan baru di rumahnya: Bertha, Riwu, Karel, Willem, Paulus, Ja'far dan Markus. Semuanya orang dari Pulau Savu.
Sukarno memelihara beberapa ekor kucing dan empat ekor kera.
Di Ende inilah Sukarno memperdalam Islam. Soal ini akan saya sampaikan kepada para pembaca pada kesempatan berikut.
(Disarikan dari : Ramadhan K.H., Kuantar ke Gerbang Kisah Cinta Inggit dengan Sukarno, 2002: 219-229).
Komentar
Posting Komentar