Sukarno Sebagai Penulis Naskah Drama







Semasa menjalani pengasingan di Bengkulu pada 1938 hingga 1942, Bung Karno diawasi dengan ketat. Di depan rumahnya ada rumah telik sandi yang mengawasinya 1x24 jam. Namun Bung Karno selalu punya cara untuk menyatu dengan rakyat. Jika di Ende Bung Karno mendirikan kelompok tonil Kelimutu dan menulis 13 naskah drama, di Bengkulu ia mendirikan kelompok tonil Monte Carlo. Di situ Bung Karno menjadi penulis naskah, sutradara, manajer, dan sekaligus produser kelompok sandiwara atau tonil tersebut.


Sejumlah naskah yang ditulis dan dipentaskan Bung Karno bersama Monte Carlo selama menjalani "interniran" atau masa pengasingan di Bengkulu antara lain berjudul "Dr Sjaitan", "Chungking Djakarta", "Koetkoetbi", dan "Rainbow (Poeteri Kentjana Boelan)". Beberapa naskah tersebut telah dibukukan. Sedangkan naskah "Hantoe Goenoeng Boengkoek", dan "Si Ketjil (Kleinduimpje)" dapat direkonstruksi melalui beberapa narasumber lokal.


Sebagai bukti dari adanya kelompok tonil itu, di rumah Bung Karno di Bengkulu terdapat satu lemari kayu dilapis kaca pada bagian depan yang menyimpan sekitar 30 kostum dan spanduk asli yang pernah digunakan pemain sandiwara Monte Carlo.Monte Carlo merupakan nama kelompok musik yang telah ada di Bengkulu sebelum Bung Karno datang. Nama Monte Carlo diambil dari sebuah nama wilayah tempat pesiaran di kerajaan Monaco yang berbatasan dengan negara Perancis. Monaco memiliki bendera yang sama dengan Indonesia yaitu bendera merah putih, hanya ukuran persisnya agak berbeda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan