Pidato Kaityoo pada Upacara Pembukaan BPUPKI




Berikut ini pidato Dr. Radjiman Wediodiningrat, Kaityoo (Ketua) BPUPKI pata tanggal 28 Mei 1945.

“Hari ini pekerjaan Dokuritsu Zyunbi Tyoosa Kai, Badan Untuk Menyelidiiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan, dimulai.
Badan ini dibentuk atas titah Pemerintah Balatentara Dai Nippon pada hari Mulia Tentyoosetu pada tanggal 29 bulan 4 yang baru lalu, dan terdiri daripada 62 orang anggota dari segala golongan penduduk tanah Jawa serta 8 orang anggota istimewa bangsa Nippon.
Dari itu, kami sebagai Ketua Badan Penyelidik, atas nama segenap anggota menghaturkan diperbanyak terima kasih atas kepercayaan Pemerintah Balantentara Dai Nippon yang dilimpahkan kepada kita dengan diberi kesempatan untuk menjalankan kewajiban kita terhadap Negeri dan penduduk (bangsa) Indonesia.
Mudah-mudahan kepercayaan itu tiada sia-sia hendaknya, pun dapatlah kita memenuhi pengharapan Pemerintah serta masyarakat Indonesia.
Terbentuknya Badan Penyelidik ini menunjukkan keluhuran budi Pemerintah Balatentara Dai Nippon, yang dengan ikhlas serta kesuciannya akan memerdekakan Indonesia dan bagi kita suatu bukti pula, bahwa kita maju setindak lagi ke arah Kemerdekaan.
Oleh sebab itu, tanggungjawab Badan ini besar sekali, karena segenap anggotanya harus insyaf, bahwa mereka tidak hanya akan melahirkan pendiriannya sendiri saja, akan tetapi harus ingat dan insyaf pula, bahwa mereka itu menjadi wakil masyarakat dan berkewajiban menerima dan menimbang perasaan-perasaan dari kalangan rakyat. Usul-usul dari kalangan rakyat (masyarakat) mesti diperhatikan dan ditimbangkan dengan seksama. Perhubungan dengan masyarakat mesti senantiasa ada serta mesti erat. Akan tetapi dengan pasti boleh dipercaya bahwa segenap anggota akan bekerja segiat-giatnya dan dengan keinsyafan yang sedalam-dalamnya.
Kewajiban Badan ini tentu (tidak )*  mudah, karena lukisan tentang Negara yang Merdeka di dalam riwayat Indonesia pada dahulu kala sudah tidak terang, bahkan boleh dikatakan hampir lenyap, ialah akibat penindasan Belanda selama 3 1/2 abad setelah Kemerdekaan kita dihentikan olehnya.
Walau demikian, kita ini mengalami masa yang sangat genting, yakni Peperangan Suci yang sedang memuncak, yang dilakukan Dai Nippon Teikoku dan bermaksud akan membentuk lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya dengan bertindak memerdekakan negeri-negeri di Asia Timur Raya yang dintindas oleh keangkara-murkaan (imperialisme) Amerika, Inggris dan Belanda.
Pengalaman ini  berarti pula, bahwa Indonesia mendapat kesempatan untuk menemukan bahan-bahan yang akan menjadi dasar guna membentuk Negara Baru yang Merdeka, yang selalu kita idam-idamkan itu.
Di dalam peperangan ini kita diberi petunjuk dan dipimpin oleh Pemerintah Balatentara Dai Nippon, agar kita insaf akan maksud Perang Suci itu dan turut berjuang menuju hancur leburnya Amerika, Inggris dan Belanda.
Di situlah kita mendapatkan bahan-bahan untuk mencapai Kemerdekaan, karena kita mengerti dan insyaf, bahwa untuk memiliki Kemerdekaan kita harus membebaskan diri dari pada kelemahan hasrat guna mewujudkan persatuan di antara penduduk atas bangsa Indonesia, yakni musuh kita di dalam kita sendiri, dan membebaskan diri daripada musuh di luar, yakni musuh kita kaum sekutu.
Sudah tidak dapat disangkal lagi, bahwa perjuangan dan perbuatan kita di dalam peperangan sekarang ini mesti dipusatkan pada usaha turut serta memusnahkan musuh kita bersama itu.
Meskipun Jerman sudah menyerah kepada Sekutu dengan tiada memakai perjanjian suatu apapun, kita tetap dengan hati teguh melanjutkan perjuangan kita disamping Dai Nippon, dengan mengatasi segala kesukaran dan rintangan apapun juga, untuk membinasakan keangkara-murkaan sekutu, yang hendak menindas bangsa-bangsa di Asia Timur Raya, sampai tercapainya kemenangan akhir di pihak Dai Nippon.
Kita percaya sedalam-dalamnya dengan tiada ragu-ragu bahwa kemenangan akhir pasti jatuh di pihak kita, karena peperangan kita dengan pimpinan Dai Nippon ini ialah peperangan untuk membela Keadilan dan Kebenaran.
Berhubung dengan musuh kita di dalam kita sendiri, kita harus membangunkan sifat bangsa kita yang asli, agar kita mendapat hati dan hasrat yang teguh lagi kokoh untuk mempersatu-padukan penduduk dan bangsa Indonesia, dengan mengingati (dengan perkataan asing “bewust” dan “selfbewust”) bahwa kita harus melenyapkan Kepentingan Diri Sendiri dengan jalan senantiasa meneropong Diri Peribadi, sehingga kita akan membangunkan sifat kita tolong-menolong dan gotong-royong yang semurni-murninya.
Hanya dengan jalan demikianlah kita dapat membentuk Negara Indonesia Merdeka yang kekal-abadi, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sudah semestinyalah, bahwa Indonesia Merdeka yang dibentuk dengan dasar kekeluargaan Asia Timur Raya, pun dapat menyumbangkan bantuan yang kuat dan murni di dalam penghidupan bersama di lingkungan kemakmuran Asia Timur Raya, lagi pula akan tetap menghargai budi-jasa Dai Nippon yang dilimpahkan kepada kita.
Oleh karenanya maka akan timbullah dengan sendirinya Perdamaian Seluruh Kemanusiaan yang kekal abadi, bersendikan kekeluargaan seluruh manusia di dunia menurut dasar Hakko itu.
28-5-2605 (1945).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan