Pemberontakan PKI Tahun 1926
Sesudah kongres bulan Juni 1924, PKI tumbuh menjadi partai dengan jumlah anggota besar, sehingga partai kurang dapat melakukan kontrol dan menanamkan disiplin serta ideologi partai pada massanya. Sementara itu persiapan-persi apan ke arah pemberontakan dipersiapkan oleh Alimin dan pendukungnya. Tan Malaka yang saat itu bertugas sebagai wakil Komintern di Asia Timur telah memperingatkan Alimin dan beranggapan bahwa pemberontakan itu tidak mungkin berhasil karena massa belum siap. Karena golongan Alimin tidak mengindahkan nasihat Tan Malaka dan Semaun, akhirnya pada tanggal 13 November 1926 di Jakarta meletus pemberontakan, yang disusul dengan tindakan-tindak an kekerasan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam waktu satu hari pemberontakan di Jakarta dapat ditumpas. Dalam seminggu pemberontakan di seluruh Jawa dapat ditumpas. Di Sumatra Barat, baru pada tanggal 1 Januari 1927 pemberontakan PKI meletus. Dalam tiga hari pemberontakan dapat ditindas oleh pemerintah kolonial (Sudiyono, ENI Vol. 12, 2004: 206).
Para pemimpin PKI telah mengorbankan ribuan pengikutnya dan ribuan patriot non PKI yang terpengaruh untuk ikut berontak. Sekitar 13.000 orang ditangkap, 4.500 orang dipenjarakan dan ada pula yang ditembak. Ada 1.308 orang yang dibuang ke Tanah Merah, Digul Atas, Irian. Para pemimpin PKI ditangkap. Darsono diperbolehkan pergi ke Uni Sovyet atas biaya sendiri pada tahun 1927. Alimin dan Muso lari ke Singapura dan bergabung dengan Tan Malaka.
Dengan hancurnya PKI maka selama berlangsungnya zaman penjajahan rakyat desa tidak pernah lagi memainkan peranan aktif dalam pergolakan politik hingga Perang Dunia II. Pihak Belanda tidak pernah lagi bersifat toleran terhadap gerakan-gerakan anti penjajahan yang radikal.
Tahapan pertama kebangkitan nasional berakhir ketika pemberontakan PKI gagal. Antara tahun 1927 dan 1942 (runtuhnya negara jajahan Belanda oleh Jepang), kebangkitan nasional Indonesia mulai bergaya kurang semarak. Gerakan anti penjajahan tidak menghasilkan apa-apa. Hindia Belanda mengalami represi dan krisis ekonomi. Rezim Belanda memasuki tahapan yang paling menindas dan paling konservatif (Ricklefs, 2002: 372-374).
Berikutnya sejarah Indonesia akan diwarnai oleh munculnya tokoh muda bernama Sukarno yang kuliah di THS dan kemudian mendirikan PNI di Bandung pada tahun 1927.
Para pemimpin PKI telah mengorbankan ribuan pengikutnya dan ribuan patriot non PKI yang terpengaruh untuk ikut berontak. Sekitar 13.000 orang ditangkap, 4.500 orang dipenjarakan dan ada pula yang ditembak. Ada 1.308 orang yang dibuang ke Tanah Merah, Digul Atas, Irian. Para pemimpin PKI ditangkap. Darsono diperbolehkan pergi ke Uni Sovyet atas biaya sendiri pada tahun 1927. Alimin dan Muso lari ke Singapura dan bergabung dengan Tan Malaka.
Dengan hancurnya PKI maka selama berlangsungnya zaman penjajahan rakyat desa tidak pernah lagi memainkan peranan aktif dalam pergolakan politik hingga Perang Dunia II. Pihak Belanda tidak pernah lagi bersifat toleran terhadap gerakan-gerakan
Tahapan pertama kebangkitan nasional berakhir ketika pemberontakan PKI gagal. Antara tahun 1927 dan 1942 (runtuhnya negara jajahan Belanda oleh Jepang), kebangkitan nasional Indonesia mulai bergaya kurang semarak. Gerakan anti penjajahan tidak menghasilkan apa-apa. Hindia Belanda mengalami represi dan krisis ekonomi. Rezim Belanda memasuki tahapan yang paling menindas dan paling konservatif (Ricklefs, 2002: 372-374).
Berikutnya sejarah Indonesia akan diwarnai oleh munculnya tokoh muda bernama Sukarno yang kuliah di THS dan kemudian mendirikan PNI di Bandung pada tahun 1927.
Komentar
Posting Komentar