Sastra dan Seni di Awal Abad XX
Pada awal abad ke-20, segala bidang penulisan meluas dengan cepat di Indonesia. Pada tahun 1918 telah terbit sekitar 40 surat kabar sebagian dalam bahasa Indonesia; pada tahun 1925 ada sekitar 200; pada tahun 1928 ada lebih dari 400 harian, mingguan dan bulanan. Muncul pula suatu kesastraan modern yang di dalamnya para pengarang Minangkabau memainkan peranan yang penting. Muhammad Yamin (1903-1964) menerbitkan sajak-sajak pertama yang benar-benar modern. Marah Roesli (1898- ) menerbitkan roman percintaan Sitti Noerbaja. Sanusi Pane (1905-1968) menulis puisi modern dan menganjurkan agar ilham kebudayaan dicari pada masa pra-Islam.
Pada tahun 1920 Balai Pustaka (Commissie / Kantoor voor de Volkslectuur) menjual 100.000 buku dan mencatat 1.000.000 peminjaman.
Pada tahun 1920-1930 muncul bentuk modern lukisan Bali. Pada tahun 1920-an pelukis Jerman Walter Spies dan seniman Belanda Rudolf Bonnet tinggal di Bali dan terjadilah proses saling mempengaruhi antara kesenian Bali dan kesenian Eropa. Seniman Miguel Covartubias dari Mexico juga berperan dalam pertukaran budaya yang saling menguntungkan (Ricklefs, 2003: 382-384).
Pada tahun 1920 Balai Pustaka (Commissie / Kantoor voor de Volkslectuur) menjual 100.000 buku dan mencatat 1.000.000 peminjaman.
Pada tahun 1920-1930 muncul bentuk modern lukisan Bali. Pada tahun 1920-an pelukis Jerman Walter Spies dan seniman Belanda Rudolf Bonnet tinggal di Bali dan terjadilah proses saling mempengaruhi antara kesenian Bali dan kesenian Eropa. Seniman Miguel Covartubias dari Mexico juga berperan dalam pertukaran budaya yang saling menguntungkan (Ricklefs, 2003: 382-384).
Sampai sekarang lukisan-lukisan mereka masih terpajang dan bisa dinikmati di galery dan museum pribadi mereka di Ubud, di Museum Neka (juga di Ubud) atau di museum Bali di Denpasar.
Komentar
Posting Komentar