Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Daftar Susunan BPUPKI (Dokuritsu Zumbi Coosakai)

Pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan ulang tahun Tenno Heika (Kaisar Jepang), BPUPKI dibentuk. Ketuanya adalah dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, dengan dua orang Ketua Muda yaitu R.P Suroso, Syucokan atau Residen Kedu, dan Ichibangase, Residen Cirebon. R.P. Suroso juga merangkap sebagai kepala kantor tata usaha BPUPKI, dengan dibantu oleh Toyohiko Masuda dan A.G. Pringgodigdo. Berikut ini daftar susunan BPUPKI (29 Mei- 1 Juni 1945). Ketua : Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat Wakil Ketua : Ichibangase Yosio, R.P. Soeroso Agggota : 1.       Ir. Soekarno 2.       Mr. Muh. Yamin 3.       Mr. Dr. R. Koesoema Atmadja 4.       R. Abdoelrahim Pratalykrama 5.       M. Aris 6.       Ki Hajar Dewantara 7.       R.A.A. Wiranatakoesoema 8.       Ir. R. ...

Radjiman Wediodiningrat (1879-1952)

Pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan ulang tahun Tenno Heika (Kaisar Jepang), BPUPKI dibentuk. Ketuanya adalah dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, dengan dua orang Ketua Muda yaitu R.P Suroso, Syucokan atau Residen Kedu, dan Ichibangase, Residen Cirebon. Siapakah Radjiman ? Radjiman lahir di Yogyakarta. Setamat ELS (1893) ia melanjutkan pendidikan dalam bidang kedokteran sampai mencapai gelar “dokter Jawa” (1898). Setelah itu, ia mengabdi sebagai dokter di Banyumas, Purworejo dan Semarang. Belum puas dengan gelar dokter Jawa, ia melanjutkan pendidikan ke STOVIA di Jakarta sampai meraih gelar Indisch Art (dokter pribumi) tahun 1904. Setelah bekerja di Lawang, Jawa Timur, pada tahun 1906 ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dokter Tinggi, Amsterdam, sampai meraih gelar arts (dokter) tahun 1910. Dengan keberhasilan ini, ia mencapai kedudukan yang sejajar dengan para dokter Belanda. Semasa bermukim di Belanda ia diizinkan menyampaikan pidato pada forum Indisch Genootsc...

Pembentukaan BPUPKI (Dokuritsu Zumbi Coosakai).

Dengan janji PM Jepang, Jenderal Kuniaki Koiso di dalam Teikoku Gikai (DPR Jepang) pada tanggal 7 September 1944, untuk memerdekakan To Indo (Hindia Timur) di kelak kemudian hari, serta melihat situasi Perang Dunia II yang begitu suram, pemerintah militer Jepang di Jawa di bawah pimpinan Saiko Shikikan (Panglima Tertingi) Kumakichi Harada pada tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan pembentukan suatu badan untuk menyelidiki usaha -usaha persiapan kemerdekaan yang kemudian menjadi Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau dalam bahasa Jepangnya, Dokuritsu Zumbi Coosakai. Tujuan pembentukan badan tersebut adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting dalam hubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata pemerintahan dan lain-lain, yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka. Struktur badan ini terdiri dari seorang Kaicoo (Ketua), dua Fuku Kaicoo (Ketua Muda), 60 orang Iin (Anggota), termasuk empat orang golongan Cina dan ...

Badan-badan Perjuangan

Selain Heiho dan PETA ada beberapa kelompok pemuda dan militer yang baru seperti Barisan Pelopor dan Barisan Hizbullah berdiri di tahun 1945. 1. Barisan Pelopor  Untuk pertama kalinya Jawa Hokokai diberikan organisasi pemuda sendiri, Barisan Pelopor, yang pada akhir perang konon beranggotakan 80.000 orang, Pada mulanya, Barisan Pelopor akan digunakan untuk menyiarkan propaganda, tetapi pada bulan Mei 1945 organisasi ini mulai mengadakan latihan gerilya. Para pemimpin pemuda perkotaan yang berpendidikan berhubungan dengan tokoh-tokoh Jawa Hokokai yang dipimpin oleh Sukarno (Ricklefs, 2003: 422). 2. Barisah Hizbullah Laskar Bentukan Masyumi Pada bulan Desember 1944, Masyumi diperbolehkan Jepang untuk membuat sayap militer yang diberi nama Barisan Hizbullah (Pasukan Tuhan). Barisah Hizbullah memulai latihannya pada bulan Februari 1945 dan konon memiliki anggota hingga 50.000 orang. Kepemimpinannya  didominasi oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah dan anggota-anggota  faksi PSII yang...

Suprijadi (1923-1945)

Ketidakpuasan di kalangan anggota Peta menimbulkan berbagai macam pemberontakan dan insiden, seperti pemberontakan Peta di Blitar di bawah pimpinan Supriadi pada tanggal 14 Februari 1945. Detasemen Peta di Blitar menyerang gudang senjata Jepang dan membunuh bebeapa serdadu Jepang. Sebanyak 68 orang prajurit Peta diajukan ke depan mahkamah militer. Delapan orang dihukum mati. Empat orang pejabat senior dipaksa untuk meletakkan jabatan. Suprijadi lahir di Trenggalek, Jawa Timur, dan menjadi piatu sejak kecil. Ayahnya seorang pegawai pamong praja. Ia mendapatkan pendidikan formal yang memadai. Dari sekolah rendah Belanda, ia melanjutkan ke MULO dan AMS.  Setelah mengikuti latihan semi militer kepemudaan di Tangerang pada jaman Jepang, ia menjadi anggota Bo-ei-Gyugun, pasukan Pembela Tanah Air (Peta), dan ditempatkan di Peleton I Kompi III pasukan Peta di Blitar sebagai komandan. Menyaksikan kekejaman tentara Jepang terhadap bangsa Indonesia, hatinya tergerak. Tanggal 14 Februari 1945 ...

Pemberontakan Peta

Jiwa nasionalisme para anggota Peta bangkit ketika mereka berlatih di luar asrama dan melihat dengan mata kepala sendiri rendahnya kondisi hidup bangsanya yang menjadi romusha (pekerja paksa pada masa pemerintahan Jepang). Hal ini menimbulkanrasa ketidakpuasan di kalangan anggota Peta dan menimbulkan berbagai macam pemberontakan dan insiden, seperti pemberontakan Peta di Blitar di bawah pimpinan Supriadi pada tanggal 14 Februari 1945. Detasemen Peta di Blitar menyerang gudang senjata Jepang dan membunuh bebeapa serdadu Jepang.  Sebanyak 68 orang prajurit Peta diajukan ke depan mahkamah militer. Delapan orang dihukum mati. Empat orang pejabat senior dipaksa untuk meletakkan jabatan. Kini Jepang mulai takut bahwa kekuatan militer Indonesia tidak bisa lagi dikendalikan, seperti yang terjadi di Birma – militer Birma berbalik melawan mereka dan bergabung dengan sekutu (Ricklefs, 2003; 423). Dalam usaha memadamkan pemberontakan, Jepang menggunakan cara klasik negara-negara kolonial. Me...

Laksamana Maeda

Meskipun pihak AL Jepang masih menentang setiap usaha untuk memajukan nasionalisme di wilayah kekuasaannya, seorang perwira angkatan laut yang luar biasa yang ditempatkan di Jawa kini mengambil peran aktif. Laksamana Madya Maeda Tadashi bertuga menangani Kantor Penghubung AD-AL di Jakarta. Dia mempunyai pandangan-panda ngan maju mengenai nasionalisme Indonesia. Maeda menjadi orang kepercayaam banyak orang Indonesia terkemuka dari berbagai tingkat usia. Pada bulan Oktober 1944 Maeda mendirikan Asrama Indonesia Merdeka di Jakarta untuk melatih para pemimpiin pemuda yang baru bagi sebuah negara merdeka. Ia juga menemukan cara untuk menyusup ke jaringan-jaring an bawah tanah pemuda yang telah ada. Dia menggunakan dana angkatan laut untuk membiayai perjalanan pidato keliling Sukarno dan Hatta, bahkan mengirim mereka ke Makasar pada bulan April 1945 serta ke Bali dan Banjarmasin pada bulan Juni 1945. Maeda dilahirkan di Kagoshima, Kyushu, Jepang, yang juga tempat kelahiran Laksamana Tog...

Janji Kemerdekaan

Memasuki tahun 1944, tentara Jepang semakin terdesak oleh Sekutu. Pada bulan Juni 1944, pesawat pengebom B-29 yang pertama sampai di Jepang. 47 pengebom B-29 Superfortresse dari Tentara ke-20 AU AS terbang dari Cina untuk mengebom pabrik besi dan baja di Kyushu, Jepang. Dalam Perang Laut Filipina, pesawat tempur AS menenggelamkan kapal Jepang Hiyo dan merusak sebuah kapal perang dan sebuah kapal penjelajah. Tentara ke-15 Jepang diusir dari Imphal dan menyebrang Chindwin untuk kembali ke Birma. Dari 100.000 prajurit, 30.502 orang tewas dan 23.003 luka-luka. Kapal induk AS menyerang pasukan Jepang yang berpangkalan di Iwo Jima dan Chichi Jima. Jepang kehilangan 66 pesawatnya. Pada bulan Juli 1944, Saipan jatuh. Pasukan AS menemukan 8.000 jenazah kebanyakan perempuan dan anak-anak, yang memilih bunuh diri daripada menyerah. Hideki Tojo dipaksa meletakkan jabatan sebagai Perdana Menteri dan Kepala Staf karena dianggap bertanggungjawa b atas perkembangan peperangan, digantikan oleh Jendera...

K.H. Zaenal Mustafa (1901-1944)

Kiai Haji Zaenal Mustafa (terlahir : Hudaemi) mendirikan ponpes Sukamanah, Singaparna, Tasikmalaya pada usia 20 tahun sehingga terkenal sebagai Ajengan Sukamanah. Pada 17 November 1941 ia ditangkap dengan tuduhan menghasut rakyat untuk melawan pemerintah yang sah kemudian ditahan di Tasikmalaya dan keesokan harinya dipindahkan ke Sukamiskin Bandung. Dilepaskan sebentar dan pada Februari 1942 ditangkap lagi dan dipenjarakan di Ciamis. Ia dibebaskan Jepang setelah Belanda menyerah tanpa syarat 8 Maret 1942. Mustafa menolak tawaran kerjasama dengan Jepang yang disertai imbalan jabatan. Ia pun menolak melakukan saikeirei (membungkuk menghormati Tenno Haika) sehingga timbullah ketegangan dengan Jepang. Ia pun bertekad untuk berjihad melawan Jepang sambil menganjurkan kepada pengikutnya untuk bersiap secara fisik. Pengikutnya mulai giat mengadakan latihan pencak silat & menggunakan senjata tajam. Berulang kempetai memintanya datang menghadap dan selalu ditolaknya. Pada 24 Februari 1944...

Perlawanan Kaum Tani

Pada bulan Februari 1944, terjadi perlawanan kaum tani yang pertama di Pulau Jawa—yang  meletus di Priangan—terhadap  kewajiban menyerahkan beras kepada pihak Jepang, dan ditumpas secara kejam. Perlawanan ini dipimpin oleh seorang kiyai NU bersama murid-muridnya,  yang sebenarnya sangat diharapkan dukungannnya oleh Jepang. Pada bulan Mei dan Agustus muncul pemberontakan-pemberontakan selanjutnya yang dipimpin oleh para haji setempat. Sejak itu protes-protes kaum tani menjadi semakin umum.  Pihak Jepang mendekati masyarakat pedesaan dengan mendirikan cabang-cabang Kantor Urusan Agama di seluruh Jawa. Pada bulan Agustus, Kyai Haji Hasjim Asjari diangkat sebagai kepala kantor itu, meskipun dalam praktiknya dijalankan oleh putranya, Wachid Hasjim. Pada kenyataannya, kekuatan revolusioner Islam pedesaan tidak mudah dikuasai. Di kota-kota, terutama di Jakarta dan Bandung, para pemuda yang berpendidikan mulai menggalang jaringan bawah tanah, di bawah pengaruh Sjahrir. Mere...

Amir Sjarifuddin Dijatuhi Hukuman Mati

Hanya Amir Sjarifuddin yang melakukan kegiatan perlawanan atau gerakan bawah tanah yang aktif. Tak lama sebelum kemenangan Jepang, Amir menerima sejumlah besar uang dari seorang pejabat Belanda guna membentuk gerakan perlawanan anti-Jepang. Polisi militer Jepang menembus organisasi Amir dan pada bulan Januari 1943, ia dan 53 orang lainnya ditangkap. Pada bulan Februari 1944, beberapa orang pembantunya dihukum mati, sedangkan hukuman Amir sendiri diperingan menjadi hukuman seumur hidup karena adanya permintaan dari Sukarno. Pihak Jepang tidak berani melukai perasaan elite intelektual di Jawa yang sedikit sekali jumlahnya dengan menghukum mati salah seorang anggotanya yang terkemuka (Ricklefs, 2013). Mengenal Amir Sjarifuddin Amir Sjarifuddin (1907-1948), tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang kontroversial ini berasal dari keluarga pemeluk Islam, ia beralih menjadi penganut Kristen, tetapi juga menyatakan dirinya sebagai seorang komunis. Amir yang lahir di Medan ini dikenal s...

Delegasi Chuo Sangi-In Berkunjung ke Tokyo

Pada tanggal 15 November 1943 delegasi Chuo Sangi-In yang terdiri atas Ir. Sukarno, Moh. Hatta, dan K.H. Bagoes Hadikoesoema, dengan diantar dua orang Jepang , Miyoshi dan Terada Kuchi, tiba di Tokyo untuk menghadap Tenno Heika yang telah memberi kesempatan bekerja sama dalam pemerintahan pendudukan militer Jepang. Delegasi diberi kesempatan mengunjungi tempat yang dipersiapkan Jepang untuk kepentingan perang, seperti industri baja, amunisi, kapal, dan sebagainya. Pada waktu itu ketua Chuo Sangi-In, Ir. Sukarno, mendapat bintang Ratna Suci Kelas Dua (Kun Nito Zuiko-Sho), Drs. Moh. Hatta dan K.H. Bagoes Hadikoesoemo mendapat bintang Ratna Suci Kelas Tiga (Kun Santo Zuiko-Sho) (Erman, ENI Vol. 4, 2004 : 107). Menurut Ricklefs, alasan mengapa Sukarno dkk terbang ke Tokyo karena Angkatan Darat ke-16 Jepang di Jawa ingin bergerak legih cepat dalam menarik peran serta bangsa Indonesia daripada yang dilakukan Angkatan Darat ke-25 di Sumatra, Angkatan Laut di Indonesia Timur, ataupun Toky...

Chuo Sangi-in (Dewan Penasihat Pusat)

Untuk menggalang dukungan terhadap perang yang semakin memburuk, Jepang memberi kemerdekaan semu pada Burma pada bulan Agustus 1943 dan Filipina pada bulan Oktober 1943. Jawa dianggap belum siap memperoleh kemerdekaan, tetapi beberapa dewan dibentuk untuk memberi kesan adanya partisipasi rakyat. Jumlah orang Indonesia yang menjadi penasihat (sanyo) pemerintahan Jepang semakin banyak. Di Jakarta dibentuk Dewan Penasihat Pusat (Chuo Sangi-in) yang diketuai oleh Sukarno. Dewan-dewan Penasihat Daerah   (Shu Sangi-kai) juga dibentuk.   Sementara di Sumatra, pada akhir tahun 1943, Angkatan Laut Jepang tidak melakukan yang sama di wilayahnya, kecuali hanya memperkenankan adanya beberapa konsultan dalam pemerintahan kotapraja (Ricklefs, 2003 : 417). Chuo Sangi-in atau Dewan Penasihat Pusat, ada yang menyebutnya Dewan Pertimbangan Pusat, berada di bawah pengawasan langsung Saiko Shikikan (Panglima Tertinggi Tentara Keenam-belas). Tugas Dewan adalah mengajukan usul, memberi jaw...