Peristiwa Bojongkokosan 2

Pada 11-13 Maret 1946  terjadi pertempuran sengit di Sukabumi akibat aksi pencegatan terhadap konvoi Inggris oleh TRI pimpinan Letkol Alex Kawilarang. Pertempuran itu melibatkan tiga batalyon TRI, sedang di pihak Inggris didukung kendaraan lapis baja, dan berbagai kesatuan Inggris lainnya. Inggris juga mendatangkan beberapa kekuatan dari Bandung, antara lain kesatuan Brigade I Gurkha dan Pasukan ke-5 kesatuan Raj dari India. Kekuatan Inggris juga didukung oleh pesawat-pesawat tempur Thunderbolt. Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Bojongkokosan 2.


Jalannya Pertempuran.

Sekutu kembali menggunakan jalur Jakarta-Bandung melalui Sukabumi. Mereka menduga jalur ini sudah aman. Akan tetapi pada 10 Maret 1946 Konvoy Tentara Sekutu dari Batalyon Patiala mendapatkan Hadangan. Serangan ini dilakukan pada sore hari oleh Batalyon II Resimen III TKR Sukabumi. Tepat di jalan raya Cipelang. Batalyon Patiala adalah batalyon yang tediri atas tentara sewaan yang berasal dari suku Patiala India. Sementara itu bagian ekor konvoi dihajar oleh Batalyon I. Saat itu TKR sudah berganti dari Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada 7 Januari 1946. Pada 26 Januari 1946 akhirnya Tentara Keselamatan Rakyat pun berganti menjadi Tentara Republik Indonesia atau TRI.

Ketika memasuki kota Sukabumi mereka mendapat serangan lagi. Serangan ini dilakukan Batalyon IV. Kejadian ini mirip dengan serangan tiga bulan sebelumnya. Tampaknya Sekutu tidak mengambil pelajaran. Pada 11 Maret, dari malam hingga subuh, pasukan gabungan Batalyon I, II, dan IV melakukan serangan kepada Batalyon Patiala yang terkepung di tengah kota Sukabumi. Mereka memadukan taktik gerilya dan “kirikumi”. Serangan yang dilakukan secara mendadak kemudian menghilang. Dilakukan secara bergantian oleh berbagai kompi yang dibantu laskar perjuangan dan rakyat.

Pada 12 Maret 1946 Markas Tentara Sekutu di Bogor mengirimkan bantuan. Sekutu mengirimkan pasukan tank Squadron 13 Lancer yang dikawal Pasukan Grenadier. Saat mereka tiba di Cikukulu Sukabumi sore hari, disambut dengan serangan dari Batalyon I dan II. Pasukan penolong ini pun meminta tolong kepada pasukan yang semestinya harus ditolong. Sebagian pasukan Patiala dikirim untuk menolong Pasukan Grenadier. Akan tetapi, di tengah jalan mereka mendapat serangan lagi dari TRI.

Saat bersamaan, Markas Tentara Sekutu di Bandung mengirim Pasukan Rajputana Rifles. Namun Batalyon III yang berkedudukan di Cianjur tidak membiarkan mereka begitu saja. Pasukan Rajnaputana pun harus berjibaku untuk dapat memasuki kota Sukabumi. Sesampainya di kota inipun, mereka harus menghadapi serangan sporadis dari satuan kecil, kompi-kompi dari Batalyon IV.

Setelah 4 satuan Sekutu tidak berdaya, Inggris akhirnya mengirimkan Brigade I dari markasnya di Bandung. Brigade ini dipimpin oleh Brigadier N.D. Wingrove pada 13 Maret 1946. Pasukan ini terdiri atas 400 kendaraan. Termasuk lapis baja dan artileri berat. Pasukan ini bekekuatan 2500 personil, yang terdiri atas tentara Inggris dan sewaan dari India. Brigade I tertahan di Ciranjang dan harus bermalam di daerah ini. Oleh karena mendapat serangan hebat dari Batalyon IV yang dipimpin Kapten Anwar di jembatan Cisokan.

Pada 13 Maret 1946 pukul 20.00 empat kesatuan Tentara Sekutu akhirnya dapat berkumpul di kota Sukabumi. Namun kembali mendapat serangan kirikumi. Dalam keadaan terjepit dan terkepung mereka sulit melakukan balasan. Akhirnya, pada 14 Maret 1946 dini hari, pasukan Brigade I Inggris dapat melanjutkan perjalanan untuk membantu konvoi yang terkepung.

Meskpun sepanjang perjalanan Pasukan Sekutu mendapat serangan dari Batalyon III dan IV, sampailah mereka di Kota Sukabumi. Setelah 5 kesatuan itu dapat berkumpul, merekapun meninggalkan kota Sukabumi menuju Bandung. Sepanjang perjalanan mereka mendapat gangguan dari penembak jitu Batalyon IV dan III Resimen III TRI. Empat hari empat malam adalah saat saat berat. Pasukan berpengalaman dan pemenang dalam Perang Dunia II itu kewalahan. Meski disokong persenjataan lengkap dan pengintai udara RAF.

Ketika kekuatan militer AFNEI (Sekutu) dan Tentara Belanda sudah terhimpun di kota Bandung, meletuslah “Bandung Lautan Api”. Tepatnya pada 24 Maret 1946. Peristiwa ini tersulut percikan Pertempuran Konvoy yang terjadi pada 9–12 Desember dan 10–14 Maret 1946. Peristiwa heroik ini adalah gambaran keberhasilan TKR/TRI dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia  (Yoseph Iskandar dkk, 1997; Doulton, 1951; kebudayaan.kemendikbud.go.id).

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan