Komisi Koets


Di mata Koets orang yang paling dia hargai adalah sosok seperti Wakil Presiden M Hatta dan bekas Perdana Menteri Sjahrir. Koets sama sekali tidak mau bicara tentang Sukarno apalagi Amir Sjarifuddin yang saat itu telah memimpin sebuah koalisi politik sayap kiri.

Pada tanggal 15 September 1946, perundingan Indonesia-Belanda dibuka lagi. Komisi Dr. Koets mengunjungi daerah-daerah yang langsung diperintah oleh Pemerintah Republik Indonesia.   Laporan pertama tentang  keadaan di wilayah-wilayah di Republik diberikan  pada tanggal 2 Oktober. Pada hari yang sama Presiden Sukarno mengesahkan Kabinet Sjahrir III.  Pada tanggal 5 Oktober diadakan peringatan HUT yang pertama Angkatan Perang  Republik Indonesia.

Pada tanggal 22 Oktober , Komisi Koets memberikan laporan yang kedua, menggambarkan kenyataan tentang pengaruh Sukarno di daerah Republik.

Pada tanggal 4 November, Pemerintah Belanda mengeluarkan statemen kepada Staaten Generaal, di mana ditegaskan bahwa Pemerintah Republik dengan Sukarno sebagai Presiden sudah merupakan satu kenyataan. Mempertahankan perbedaan antara Sukarno dan Sjahrir tidaklah akan membawa buah dalam perundingan-perundingan yang sedang dilakukan.

Pada tanggal 10 November , Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta berkunjung ke Linggajati, untuk menghadiri perundingan Indonesia-Belanda dan Perayaan Hari Raya pertama di seluruh Indonesia.

Keesokan harinya diadakan jamuan makan siang di Linggarjati yang diadakan oleh delegasi Indonesia, di mana hadir Presiden Sukarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Komisi Jendral (sebagai delegasi Belanda) dengan Lord Killearn (Supeni, 2001 : 253-354).

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan