Akhir Masa Liberal


Pada tahun 1919 pemerintah kolonial meninggalkan paham liberal, karena gubernur jendral van Limburg Stirum menyadari bahwa situasi semakin tidak terkendali. Ia berpaling kepada ISDV. Seperti diketahui, sejak Revolusi Rusia tahun 1917, ISDV telah menjadi organisasi yang semakin komunis. Pada tahun 1917, ISDV menghimpun sebanyak 3000 serdadu dan kelasi ke dalam soviet-soviet (dewan-dewan), terutama di kota pelabuhan Surabaya. Tapi pada tahun 1918 dan 1919 pemerintah membubarkan dewan-dewan tersebut. Sneevlit diasingkan. Orang-orang Belanda pemimpin ISDV lainnya ditahan atau diasingkan.
Pada saat orang-orang Belanda yang radikal menghilang, ISDV dipimpin oleh orang-orang Indonesia. Dengan demikian ISDV dengan cepat mendapatkan basis massanya.
Setelah ISDV, Insulinde juga mendapat pukulan. Douwes Dekker ditahan. Tjipto Mangoenkoesoemodiasingkan dari semua daerah yang berbahasa Jawa. Mereka dianggap terlibat dengan kekacauan di Solo.
Seperti diketahui pada tahun 1919 berlangsung kekacauan di pedesaan Solo yang dipimpin oleh Haji Misbach yang dalam khutbah-khutbahnya mendoktrinkan bahwa Islam dan komunisme adalah hal yang sama.
Pada tahun 1919 seorang kontrolir Belanda terbunuh di Toli-toli (Sulawesi Utara) setelah Abdul Muis berpidato di sana. SI segera menjadi sasaran pemerintah kolonial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan