Hegelianisme
Marx dan Engels dipengaruhi oleh Hegel. Apalagi Hegel adalah mahaguru bagi Marx. Hegel berfilsafat dengan metode dialektika. Dialektika adalah perkembangan yang berjalan saling berlawanan, yaitu tesis-antitesis -sintesis. Hegel memberi contoh dalam bentuk negara: diktatur (tesis)-anarki (antitesis)-dem okrasi konstitusional (sintesis). Kesimpulan Hegel "semua yang real bersifat rasional". Seluruh realitas bersifat subjektif dan subjek merupakan penentu realitas. Menurut Hegel, sejarah adalah sebuah proses yang memiliki suatu akhir yang rasional. Sejarah umat manusia berlangsung dalam langkah dialektis. Roh alam semesta merealisasikan diri sendiri dan bekerja ke arah kebebasan penuh. Proses penyadaran diri roh absolut itu sudah selesai dan sejarah telah mencapai sintesis terakhir secara definitif.
Setelah Hegel tiada muncul perselisihan antara pengikutnya terkait soal rasionalitas negara dan dampak religius pemikiran Hegel. Kelompok Hegelian Tua (sayap kanan) mendamaikan agama dengan filsafat sementara Kelompok Hegelian Muda (sayap kiri) bersikap kritis. Sayap Kanan berpandangan bahwa kesatuan Tuhan dan manusia terwujud dalam suatu cara unik dan historis (dalam cerita Injil), sedangkan Sayap Kiri mengingkari nilai historis dan keunikan kisah Injil. Di antara mereka ada Ludwig Feurbach yang awalnya murid Hegel tapi belakangan menolak Hegelianisme. Pikiran pikiran Feurbach ini sangat berpengaruh pada Marxis Muda.
Setelah Hegel tiada muncul perselisihan antara pengikutnya terkait soal rasionalitas negara dan dampak religius pemikiran Hegel. Kelompok Hegelian Tua (sayap kanan) mendamaikan agama dengan filsafat sementara Kelompok Hegelian Muda (sayap kiri) bersikap kritis. Sayap Kanan berpandangan bahwa kesatuan Tuhan dan manusia terwujud dalam suatu cara unik dan historis (dalam cerita Injil), sedangkan Sayap Kiri mengingkari nilai historis dan keunikan kisah Injil. Di antara mereka ada Ludwig Feurbach yang awalnya murid Hegel tapi belakangan menolak Hegelianisme. Pikiran pikiran Feurbach ini sangat berpengaruh pada Marxis Muda.
Setelah tahun 1840 dilakukan pembasmian Hegelianisme di Jerman. Tapi kemudian muncul di Inggris untuk menjawab keadaan Laissez Faire Ratu Victoria. Kemudian muncul di Denmark, Perancis, Itali, Rusia, Polandia, Slavia dan Amerika, mempengaruhi sastra, teologi, pemikiran dan kebangsaan. Bahkan ada pusat studi kreatif pemikiran Hegel di St. Louis dan Cincinati.
Pada abad ke-20, pengaruh Hegelianisme lebih meresap dan menyebar. Hegelianisme berpengaruh secara mendalam pada Marxisme, Pragmatisme dan Eksistensialism e. Kemudian muncullah Neo-Hegelianism e. Setelah Perang Dunia II muncul lebih kuat di Perancis, Jerman dan Amerika. Namun menurun pengaruhnya di Inggris karena serangan terhadap Idealisme oleh Russel dan Moore (Harrisusanto dan Riberu, ENI Vol. 6, 2002:377).
Salah satu pemikir Indonesia yang mempelajari, menerapkan dan mengembangkan pemikiran dialektik adalah Tan Malaka khususnya dalam Madilog. Hegelianisme juga mempengaruhi Sukarno lewat metoda berpikir dialektiknya. Filsuf yang turut memperkenalkan Hegelianisme di Indonesia antara lain Drijarkara dan Franz Magnis Suseno.
Siapakah Hegel.
Friedrich Hegel lahir di Stutgart. Ia belajar bahasa Latin dari ibunya dan belajar tata bahasa hingga usia 18 tahun. Tahun 1788 ia menjadi mahasiswa filsafat dan karya klasik di Universitas Tuebingen dan dalam dua tahun sudah menyandang gelar sarjana. Ia mengambil kursus teologi dan mulai tertarik pada filsafat Kant. Pada tahun 1796 ia pindah ke Frankfurt am Main dan mulai fokus pada ajaran Kristiani dengan mengacu pada Kant bahwa akal budi manusi memiliki keterbatasan, sambil mengembangkan ajarannya sendiri : fenomenologi roh. Pada tahun 1807 ia melahirkan karya besarnya yang pertama Fenomenologi Roh yang memaparkan perkembangan roh manusia dari tahap kesadaran hingga mencapai ilmu pengetahuan absolut, melalui kesadaran diri penalaran dan agama. Hegel menulis buku Ilmu Logika (antara tahun 1812-1826) yang membuahkan gelar profesor baginya. Dalam Ensiklopedi Ilmu-ilmu Filsafat (terbit tahun 1817) ia membeberkan sistem diakektikanya dengan lengkap dan jelas. Ia pun menulis Dasar-dasar Filsafat Hukum pada tahun 1821 (Priyatmoko, 2002:376).
Dari buku Fenomenologi Roh dapat disimpulkan bahwa Hegel bisa dikategorikan sebagai seorang filsuf Idealis.
Komentar
Posting Komentar