Si Panah Beracun

Darsono Si Panah Beracun.
Setelah huruhara tahun 1919 di Surakarta dan Tolitoli para pemimpin Central SI dan ISDV ditangkap dan diadili. ISDV kini berada di tangan Semaun dan Darsono seorang pemuda bangsawan Jawa. Anggotanya hanya 269 tapi sebagian besar adalah orang pribumi. Tahun 1920 ISDV menjadi Perserikatan Komunis Hindia.
Biografi singkat Semaun sudah saya tulis. Kini giliran Darsono.
Darsono (1897- )seorang keturunan bangsawan yang berempati terhadap para petani dikenal sebagai Si Panah Beracun karena tulisannya di koran menggunakan bahasa yang main hantam kromo. Ia misalnya menyebut para kapitalis sebagai Setan Oeang. Ia juga berpendapat bahwa sekolah yang dibuat pemerintah Hindia Belanda hanya menguntungkan Setan Oeang. Darsono pada tahun 1921 diusir ke luar negeri. Ia bersama Ir Baars pergi ke Shanghai bertemu dengan Sneevliet yang menjadi konselor komunis Cina (dengan nama Mehring). Setelah pemogokan serikat buruh KA dan trem (VSTP)ditumpas Semaun dibuang ke Eropa tahun 1923, sebagai penggantinya adalah Darsono menjadi pimpinan PKI. Ketika Sarekat Islam semakin lama semakin tidak aktif maka PKI mulai melancarkan kampanyenya yang terakhir untuk mengambil alih kepemimpinan atas pergerakan rakyat yang nyaris padam . Tindakan kekerasan di wilayah pedalaman Jawa semakin meningkat pada tahun 1924 ketika bermunculan kelompok-kelompok yang menamakan diri "Sarekat Hijau" terutama di Priangan. Kelompok2 tsb merupakan gerombolan2 penjahat, para anggota polisi, para kiai yang mendapat dukungan pemerintah Belanda dan para pejabat priyayi. Pada tahun 1925 sekitar 20.000 anggota sarekat hijau menyerang rapat2 PKI dan SI serta mengancam para anggota mereka. Pengawasan pemerintah semakin diperketat, dan pimpinan PKI yang tersisa sering ditahan. PKI akhirnya terprovokasi dalam pemberontakan. Tahun 1924 mereka merencanakan pemberontakan. Pimpinan PKI dikecam Komintern dan Semaun maupun Tan Malaka yang berada di pengasingan. Suatu usaha untuk menggerakkan gelombang pemogokan besar2an menjadi malapetaka. PKI nyaris terdesak untuk bergerak di bawah tanah ketika polisi membubarkan rapat2nya dan menangkap oknum2 pimpinannya. Pada bulan September 1925 Darsono dkk. nya ditangkap. Darsono diperbolehkan pergi ke Uni Sovyet dengan biaya sendiri. Alimin lari ke Singapura di mana dia bergabung dengan Tan Malaka. Dengan memuncaknya kekacauan PKI kemudian tampil dengan gaya lokal yang tidak berkaitan dengan komunisme teoretis. Di Banten misalnya PKI menjadi Islam yang berlebih-lebihan. Dengan cara ini PKI berkembang dengan liar di Sumatra dan Jawa. Tahun 1925 sekali lagi mereka melancarkan pemberontakan. Tahun 1926 pemerintah menangkapi pimpinan pusatnya. Musso lari ke Singapura. PKI makin terpecah karena pertikaian antara pimpinan mereka dalam pengasingan dengan pengganti mereka di Jawa. Tahun 1927 PKI benar2 ditumpas dan tidak bangkit lagi selama hampir 20 tahun. 13.000 orang ditangkap, 4.500 dijebloskan ke penjara. 1.308 dikirim ke kamp penjara yang mengerikan di Boven Digul. Hingga Perang Dunia II rakyat pedesaan tidak pernah lagi memainkan peranan aktif dalam pergolakan politik.
Saat di Eropa Darsono dicalonkan menjadi anggota Tweede Kamer oleh Partai Komunis Belanda dengan nomor urut 3 di bawah Tan Malaka namun tidak terpilih mungkin karena pidatonya saat di Belanda tahun 1921 yang mengritik pemerintah Belanda. Tidak diketahui apakah Darsono kini masih hidup dan hidup di mana. Informasi mengenai dirinya nyaris gelap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan