Ultimatum MacDonald
Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan. Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat.
Pada tanggal 27 November 1945, pemimpin tentara Inggris di Bandung, Brigjen MacDonald, memberikan ultimatum agar penduduk pribumi di Bandung Utara, yang dibatasi rel kereta api, harus pindah ke selatan. Batas ultimatum adalah pada tanggal 29 November 1945. Apabila sampai batas waktu tersebut, masih ada penduduk pribumi di utara, mereka akan ditangkap dan pejuang yang bersenjata akan ditembak mati.
Alasan MacDonald membagi kota Bandung adalah untuk menjaga keamanan, jangan sampai ada rakyat yang tidak bersalah terbunuh dan teraniaya. Alasan lainnya adalah jangan sampai ada orang-orang yang bermaksud menyerang Inggris dan Belanda (Amar, 1963: 106).
Pada tanggal 28 November 1945, sarang-sarang pejuang di Haurpancuh, Cihargeulis, Sekeloa , Sadangsaip, dan Sadangserang yang terletak di utara PTT digempur habis-habisan. Pada tanggal 29 November 1945, tentara Inggris menyerang pemukiman pejuang dan penduduk biasa dengan membabi buta. NICA pun turut menyerang rumah-rumah penduduk.
Ribuan pengungsi dari utara mengalir ke selatan. Para penduduk di Bandung Selatan menyambut kedatangan mereka, termasuk LASWI (Laskar Wanita Indonesia) yang bertugas menolong para pengungsi. Anggota LASWI disebar di Mardiharjo, Cicadas dan PMI (Edja, 1997).
Komentar
Posting Komentar