Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Soenting Melajoe

Soenting Melajoe (Hiasan Melayu) adalah surat kabar pertama untuk kaum perempuan di Indonesia yang diterbitkan pada tahun 1911. Surat kabar ini diterbitkan oleh Sutan Maharaja yang mencurigai pengaruh para guru agama di Minangkabau. Ia memimpin sekelompok bangsawan dan pejabat melakukan perlawanan terhadap gerakan Islam modernis. Mereka kemudian mengadakan pembaharuan terhadap adat dan dengan demikian bertentangan dengan banyak pejabat generasi tua. Kelompok pembaharu adat yang mendukung pendidikan dan sosial gaya Belanda ini mendirikan sekolah pertenunan yang pertama bagi perempuan di Padang pada tahun 1909.

Gerakan Islam Modernis di Ranah Minang

Menurut catatan Ricklefs pada tahun 1909 berdiri sekolah modern yang pertama di Padang, bernama Sekolah Adabiyah. Tapi sekolah itu tersingkir dari gerakan pembaharuan Islam saat menerima bantuan pemerintah Hindia Belanda dan seorang pejabat Belanda. Haji Rasul dan kawan-kawannya membuat Sekolah Thawalib di Padangpanjang menjadi model pembaharuan pendidikan modern. Di sekolah penggunaan Bahasa Arab sangat ditekankan supaya para siswa leluasa mempelajari sumber-sumber Islam. Pada tahun 1916 sistem kelas bertingkat dibuka. Pada tahun 1919 sekolah menggunakan meja tulis dan kurikulum yang lebih luas. Buku-buku pelajaran dari Mesir mulai digunakan. Mata pelajaran seperti ilmu bumi dan sejarah ditambahkan pada pelajaran agama. Pada tahun 1915 pendidikan bagi kaum perempuan Islam (muslimat) dimulai dengan didirikannya Sekolah Diniyah di Padangpanjang. Pada tahun 1911 terbit jurnal Islam modernis yang pertama di Indonesia dengan terbitnya surat kabar dwi-mingguan bernama Al Munir (Penerangan) ...

Para Ulama Minangkabau

Syekh Tahir Jalaluddin dan Syekh Ahmad Khatib. Pada tahun 1906 surat kabar Al Imam (Pemimpin Agama) yang berbahasa Melayu mulai terbit di Singapura dengan menyajikan analisis Islam modernis pertama yang benar-benar mendalam mengenai masalah-masalah  sosial, agama dan ekonomi. Salah seorang ulama Minangkabau terlibat di dalamnya. Namanya Syekh Tahir bin Jalalluddin (1869-1947) yang merupakan putra seorang syekh Naqsabandiyah asal Minangkabau yang terkenal. Syekh Tahir Jalaluddin pernah menetap di Mekah selama 12 tahun bersama sepupumya Syekh Ahmad Khatib (1852-1915) yang merupakan imam madzhab Syafi'i di Masjidil Haram Mekah. Banyak pemimpin pembaharuan Indonesia menjadi muridnya. Meski membela mazhab Syafi'i tetapi dia memperkenankan murid-muridnya membaca karya-karya kaum modernis. Dari Mekah Syekh Tahir Jalaluddin meneruskan belajat ke Kairo selama empat tahun, di mana dia dipengaruhi oleh ide-ide Abduh dan menjadi sahabat Rasyid Ridha. Sementara Syekh Ahmad Khatib mendukung ...

Komunitas Muslim Singapura

Pada peralihan abad ke 19-20 banyak jemaah haji Indonesia menempuh perjalanan melalui Singapura dengan tidak ada larangan dari Inggris. Orang Indonesia seringkali menetap lama di Singapura berkenaan dengan perjalanan haji mereka. Lagi pula Singapura menyediakan kapal yang lebih banyak dan lebih murah. Di Singapura terdapat komunitas orang-orang Arab yang kebanyakan berasal dari Hadramaut dan kaum Muslim India yang lahir di sana. Kedua kelompok tersebut seringkali beribukan orang Melayu. Komunitas muslim Singapura itu mempunyai hubungan dengan Timur Tengah. Mereka juga banyak terlibat dalam perdagangan di seluruh pelosok kepulauan Indonesia. Agama Islam mereka tidak begitu dipengaruhi oleh tradisi-tradisi  lokal yang mempengaruhi Islam Indonesia. Mereka juga benar-benar menyadari identitas keagamaannya karena bersaing secara langsung dan bergaul setiap hari dengan orang-orang Cina. Pada akhir abad ke-19 orang-orang muslim Singapura mendirikan percetakan-perc etakan litograf yang men...

Pemikir Islam Timur Tengah

Gagasan pembaruan Islam Indonesia nampaknya memiliki kesamaan dengan gagasan serupa dari para pemikir di Timur Tengah pada abad ke-19 seperti : Jamal ad-Din al-Afghani (1839-1897); Muhammad Rasyid Rida (1865-1935) dan Muhammad Abduh (1849-1905) yang menciptakan suatu gerakan pembaharuan yang disebut modernisme di Kairo. Modernisme mempunyai tujuan ganda : 1). Ingin membebaskan diri dari dominasi keempat mazhab abad pertengahan dan kembali kepada sumber Islam yang asli : Al Quran (perintah Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW) dan Sunah (sabda dan teladan Nabi Muhammad SAW). Dengan demikian tujuan modernisme yang pertama adalah bersemangat pemurnian, bersifat fundamentalis dan berdasar pada sumber-sumber suci. 2). Ijtihad baru ini harus memanfaatkan kemajuan-kemaju an ilmu pengetahuan modern (Barat) yang dapat dipadukan dengan Islam yang murni untuk mengangkat peradaban Islam keluar dari zaman kebodohan, keyakhayulan, dan kemunduran. Karena mendasarkan diri pada kitab ...

Singapura Gerbang Pembaharuan Islam

Kaum muslim Indonesia pada dasarnya adalah Kaum Suni dan penganut mazhab hukum Syafi'i yang didirikan di Timur Tengah pada akhir abad ke-8. Orang-orang yang saleh banyak mendalami mistisisme sufi seperti tarekat-tarekat  Syattariyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiah dan Qadiriyyah-Naqsaba ndiyah. Fakta bahwa ada dominasi Belanda membuat kaum muslim terpelajar beranggapan bahwa itu menandakan kemunduran umat Islam. Karena itu muncul kebutuhan yang sangat besar untuk pembaharuan. Ide pembaruan Islam masuk melalui pintu Singapura seiring perubahan kebijakan Belanda. Awalnya Belanda mencurigai Islam dan membatasi perjalanan haji ke Mekah sampai tahun 1902. Pada tahun itu Snouck Hurgronje berhasil mengubah kebijakan ini. Menurutnya sebagai doktrin keagamaan Islam harus bebas dari campur tangan pemerintah meskipun sebagai kekuatan politik agama ini harus dimusnahkan. Pada peralihan abad ke 19-20 banyak jemaah haji Indonesia menempuh perjalanan melalui Singapura dengan tidak ada larangan dari In...

Serikat Buruh Yang Pertama

Pada tahun 1905 serikat pertama didirikan untuk karyawan perusahaan kereta api negara yang berkebangsaan Eropa. Pada tahun 1910 karyawan-karyaw an Indonesia bergabung dan menjadi anggota mayoritas meskipun tanpa hak suara. Pada tahun 1908 berdiri VSTP "Vereeniging voor Spoor en Tramweg Personeel (Serikat Buruh Kereta Api dan Trem) yang keanggotaannya terbuka untuk karyawan-karyaw an non Eropa sejak awal. Sesudah itu berdirilah serikat para guru di sekolah-sekolah  pemerintah, serikat para petugas pabean, serikat para pegawai pekerjaan umum, serikat pekerja perbendaharaan,  serikat buruh pabrik gula, organisasi kaum tani dan serikat buruh. Tetapi menurut Ricklefs, pada umumnya serikat buruh lemah karena surplus tenaga kerja di satu sisi dan tidak adanya larangan bagi para majikan untuk mematahkan pemogokan-pemog okan. Pada tahun 1918-1921 serikat dagang dalam posisi kuat karena berkurangnya tenaga kerja.

Paguyuban Pasundan

Awalnya organisasi yang didirikan pada tahun 1914 oleh beberapa dokter Sunda ini bersifat sosial, tapi kemudian menjadi partai politik pada tahun 1949 dengan nama Parki. Parki (Partai Kebangsaan Indonesia) mengusahakan Pasundan yang otonom dalam RIS (Republik Indonesia Serikat). Salah seorang tokoh nasionalis dari Paguyuban Pasundan adalah Otto Iskandardinata.  Sejak menjadi pelajar di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Tinggi) di Purworejo ia sudah menjadi anggota Budi Utomo, kemudian menjadi guru di Pekalongan dan dianggap sebagai tokoh masyarakat di sana. Belakangan ia sempat menjadi ketua Paguyuban Pasundan. Ketika kongres Paguyuban Pasundan menerbitkan SK Sipatahoenan pada tahun 1932, Otto ditunjuk sebagai penanggungjawab nya. Sipatahoenan awalnya terbit di Tasikmalaya kemudian dipindah ke Bandung. Otto juga sempat menjadi anggota Volksraad mewakili Paguyuban Pasundan. Paguyuban Pasundan banyak berhikmat di bidang pendidikan dengan mendirikan lembaga pendidikan mulai dari pendid...

Jong Sumatranen Bond

Tergerak oleh adanya Jong Java, organisasi ini didirikan oleh para pemuda Sumatra di Jakarta pada tanggal 9 Desember 1917, antara lain sebagai sarana untuk memperkokoh hubungan antara sesama pelajar Sumatra di Jakarta. Organisasi ini berusaha menghilangkan prasangka etnis di kalangan orang Sumatra dan mengangkat derajat orang Sumatra dengan jalan mengadakan kursus-kursus, ceramah-ceramah  dan propaganda-prop aganda. Organisasi ini juga menerbitkan publikasi yang diberi nama Jong Sumatra. Pada bulan Juli 1919 Jong Sumatranen Bond (JSB) mengadakan kongresnya di Padang. Pada saat itu setidaknya JSB telah memiliki enam cabang di Jawa yaitu Jakarta, Bogor, Serang, Sukabumi, Bandung, Purworejo; dan dua cabang di Sumatra yaitu Padang dan Bukittinggi. Seiring dengan menebalnya rasa nasionalisme dan pemakaian bahasa Melayu di kalangan pemuda, JSB berubah nama menjadi Pemuda Sumatra. Mohammad Hatta sepulangnya dari Sekolah Bisnis Roterdam menjadi sekretaris dan bendahara pengurus pusat ...

Tri Koro Dharmo atau Jong Java

Tri Koro Dharmo yang artinya tiga tujuan mulia, merupakan perkumpulan pemuda pertama pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Perkumpulan ini terbentuk pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta dengan ketua Satiman Wirjosandjojo. Tujuan dibentuknya Tri Koro Dharmo adalah sebagai wadah penggemblengan para pemuda khususnya, guna dipersiapkan menjadi calon pemimpin nasional di samping menarik perhatian masyarakat terhadap kebudayaan Jawa. Anggota Tro Koro Dharmo adalah siswa sekolah menengah asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk meningkatkan jumlah anggota dan untuk menarik pemuda dari kebudayaan Jawa-Raya (Sunda, Jawa, Madura dan Bali) maka pada kongres pertama di Solo pada tahun 1928 Tri Koro Dharmo mengubah nama menjadi Jong Java (Purwoko, 2004:439). Pada kongresnya di tahun 1924 Jong Java mengalami intervensi sari Sarekat Islam. Ketua Umum Jong Java, Samsuridjal, berpidato didampingi Haji Agus Salim, Ketua Sarekat Islam. Samsuridjal mengatakan bahwa dasar Jong Java yang semata-ma...

Bangkitnya Ethno-Nasionalisme

Setelah berdirinya BO (Budi Oetomo) pada awal abad ke-21, para mahasiswa STOVIA (Sekolah Tinggi Kedokteran) mendirikan beberapa organisasi baru : Tri Koro Dharmo pada tahun 1915 yang berubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada tahun 1918; Jong Sumatranen Bond (Perserikatan Pemuda Sumatra)pada tahun 1917; Studerenden Vereeniging Minahasa (Perserikatan Mahasiswa Minahasa)pada tahun 1918; dan Jong Ambon (Pemuda Ambon) pada tahun 1918. Organisasi-oega nisasi lain yang semacam itu terdiri atas Sarekat Ambon pada tahun 1918; Paguyuban Pasundan (Paguyuban Tanah Sunda) pada tahun 1914. Orang-orang Roti dan Savu mendirikan Timorsch Verbond (Persekutuan Orang Timor). Kaum Betawi berdiri tahun 1923; Pakempalan Politik Katolik Jawa (Persatuan Politik Orang Jawa Yang Beragama Katolik) berdiri tahun 1925.

Perlawanan Kaum Samin

Samin Surasentika (1859-1914). Suatu bentuk protes pedesaan mencapai puncaknya pada tahun 1914. Di daerah Blora, Jawa Tengah, Samin Surasentika seorang petani yang buta huruf (meski ada yang meyakini masih keturunan bangsawan) menghimpun pengikut dari kalangan petani yang menolak kekuasaan Belanda khususnya yang terkait dengan peraturan kehutanan di kawasan hutan jati ini. Mereka yang disebut Kaum Samin menganut kepercayaan asli yang disebut elmu Nabi Adam yang nampaknya tidak terkait dengan Islam maupun Hindu-Budha. Elmu Nabi Adam merupakan sekumpulan doktrin etika dan agama yang menitikberatkan  pentingnya kerja pertanian, kekuatan seksual, perlawanan pasif, dan keutamaan keluarga. Elmu Nabi Adam menolak perekonomkan uang, struktur-strukt ur desa yang bersifat non-Samin dan segala bentuk kekuasaan dari luar (Ricklefs). Kaum Samin menolak membayar pajak, melaksanakan kerja paksa atau memanfaatkan sekolah-sekolah  pemerintah. Pada tahun 1907 merasa khawatir akan meletus...

Salah Idenburg

Sarekat Islam (SI) menyatakan diri setia kepada Rezim Belanda. Tetapi ketika SI berkembang di desa-desa, meletuslah tindak kekerasan. Rakyat menganggap SI sebagai alat bela diri dalam melawan struktur kekuasaan lokal dan sebagai lambang solidaritas kelompok yang dipersatukan dan didorong oleh perasaan tidak suka terhadap orang-orang Tionghoa, pejabat-pejabat  priyayi, orang orang non SI dan orang-orang Belanda (Ricklefs 2005: 348). SI benar benar menjadi pemerintahan bayangan dan para pejabat priyayi harus menyesuaikan diri. Aksi boikot terhadap pedagang batik Tionghoa di Surakarta berkembang menjadi aksi saling hina Tionghoa-Indone sia dan tindak kekerasan di seluruh Jawa. Pada tahun 1913-1914 terjadi letupan tindak kekerasan yang sangat hebat di kota-kota dan desa-desa di mana cabang-cabang SI setempat memainkan peranan penting. Pada tahun 1913 Gubernur Jendral Idenburg memberi pengakuan resmi kepada cabang-cabang otonom SI namun tidak mengakui CSI (Centraal Sarekat Islam). ...

H O S

Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto lahir 1882 di Madiun, anak seorang wedana, kakeknya bupati Panorogo dan buyutnya seorang kiai pengasuh pesantren. Lulus OSVIA di Magelang (1902) tapi tak mau jadi pamongpraja melainkan aktif di Syarikat Islam bahkan menjadi ketuanya. Ia pun menjadi anggota Volksraad sebelum kemudian mengambil sikap non koperasi. Setelah itu ia mengupayakan agar semua organisasi mengarah menjadi suatu "bangsa" dan anti kapitalisme. Saat ia menjadi tahanan karena peristiwa Garut, kongres SI memutuskan menyingkirkan anggotanya yang berpaham komunis dan sejak itu SI mengalami kemunduran sampai akhirnya HOS wafat tahun 1934. Kiprahnya di dunia internasional adalah saat ia mengikuti Kongres Organisasi Islam di Mekah thn 1926 yang disponsori raja Ibnu Saud. Murid HOS yang menge-kos di rumahnya di Surabaya,Sukarn o, kelak menjadi menantunya dan setelah Indonesia merdeka menjadi presiden pertama. Versi lain : Bung Karno tinggal di loteng rumah HOS selama bersek...

Haji Samanhudi

Samanhudi lahir di Surakarta tahun 1868, ia seorang pedagang batik yang menjawab tantangan merajalelanya pedagang Cina yang mendapat konsesi dari Belanda dengan mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo pada tahun 1911 yang kemudian dibawah Haji Oemar Said Tjokroaminoto menjadi partai politik bernama SI (Sarekat Islam). Setelah Indonesia merdeka Samanhudi mendirikan Barisan Pemberontak Indonesia cabang Solo dan Gerakan Persatuan Pancasila untuk melawan Belanda. Semasa Agresi Belanda II ia membentuk Gerakan Kesatuan Alapalap untuk menyediakan perlengkapan dan pangan bagi tentara. Sempat berbeda pendapat dengan Tjokroaminoto dan berpolemik di media, Samanhudi di masa akhir hidupnya hidup miskin karena perusahaan batiknya mundur dan kemudian bangkrut. Ia wafat di Klaten pada tahun 1956 dalam keadaan berkekurangan. Jenazahnya dimakamkan di Banaran,Grogol,  Sukoharjo. Tahun 1961 Haji Samanhudi dianugrahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Indonesia.

Tirtoadhisoerjo

RM Tirtoadhisoerjo  (1880-1918). Meski SDI (Sarekat Dagang Islam) sering diidentikkan dengan Haji Samanhudi dari Surakarta, sebenarnya Tirtoadhisoerjo  lah pendiri Sarekat Dagang Islam pada tahun 1909 di Jakarta dan tahun 1910 di Bogor, lalu ia mendorong Haji Samanhudi seorang pedagang batik yang berhasil mendirikan SDI di Surakarta pada tahun 1911 sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Cabang-cabang lain segera didirikan. Sementara cabang Surabaya, Tjokroaminoto yang menjadi pemimpin organisasi itu. Baru tahun 1912 SDI berubah nama menjadi Sarekat Islam. Pada tahun 1919 konon SDI telah beranggota 2 juta orang. Anggotanya dibaiat dan kartu anggotanya dianggap sebagai jimat. Tirtoadhisoerjo  sendiri sebenarnya adalah lulusan OSVIA (sekolah pamong praja) yang telah meninggalkan dinas pemerintahan dan menjadi seorang wartawan, sastrawan dan pemimpin gerakan nasional awal abad 20 sehingga Pramudya Ananta Toer mengabadikannya  dalam roman sejarah biografis "Sang P...

S D I

Sarekat Dagang Islam (SDI) adalah sebuah organisasi dagang Islam yang didirikan di Kampung Laweyan Surakarta pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Haji Samanhudi pada saat itu baru berusia 19 tahun namun sudah menjadi seorang juragan batik yang sukses. Tujuan utama pembentukan SDI adalah untuk memperkuat pedagang setempat dalam menghadapi para pedagang Tionghoa yang menjadi agen bahan batik. Oleh karena para pengusaha batik itu pada umumnya memeluk agama Islam maka sarekat dagang itu juga disebut Sarekat Dagang Islam. Islam di sini identik dengan nasional atau Indonesia. Para pengusaha batik saat itu tidak mengenal kata nasional atau Indonesia. Maklum karena pada umumnya mereka hanya pandai membaca huruf Arab dan berbahasa Jawa. Kata Islam lebih mudah dipahami anggota karena mereka beranggapan bahwa orang Tionghoa tidak tergolong orang Islam (Sudiyono, ENI Vol. 14 2004:418). Berdirinya SDI disambut baik oleh para pengusaha batik yang berharap dapat membeli bahan batik lebih murah. Namun...

K a u m a n

Kaum muslim yang disebut juga kaum santri atau putihan (golongan putih) terdiri dari dua kelompok. Ada kaum muslim pedesaan yang mengelompok di sekeliling para guru agama Islam yang disebut Kiyai dan pesantren (tempat tinggal santri). Ada pula kelompok muslim perkotaan yang seringkali berkecimpung di bidang perdagangan. Di Jawa kaum muslim perkotaan tinggal di kauman di sekitar masjid raya. Pada awal abad ke-20, kaum muslim perkotaan ini bersentuhan dengan gagasan pembaharuan dan kemajuan. Mereka sering bersengketa dengan orang-orang Cina setempat karena urusan perdagangan. Hubungan orang-orang Cina dengan masyarakat Jawa menjadi tegang karena meningkatnya kesombongan dan kebangaan yang mereka perlihatkan pada saat bangkitnya Revolusi Cina tahun 1911 (Ricklefs, 2005: 347). Hal inilah yang nantinya menjadi faktor munculnya Sarekat Dagang Islam.

Santri Abangan Priyayi

Sejak lahirnya Budi Utomo, muncul pula suatu kepemimpiman organisasi agama yang membuat Islam di Indonesia memasuki periode pembaharuan yang paling penting dalam sejarahnya. Belakangan penggolongan santri-abangan- priyayi dilakukan oleh Geertz setelah melakukan penelitian di Pare Kediri dan kemudian menuliskannya dalam buku The Religion of Java. Santri dinisbahkan kepada mereka yang menjalankan ritual agama Islam (arkanul Islam) secara ketat seperti shalat puasa zakat haji dan ibadah lainnya. Abangan merupakan kelompok masyarakat yang beragama Islam formal dan nominal yang tidak terlalu ketat dalam menjalankan ibadah. Priyayi merupakan kelompok masyarakat yang berasal dari kelompok bangsawan maupun mereka yang berada dalam pemerintahan. Penggolongan ini merupakan simplifikasi dari kondisi sosiologis rakya Indonesia yang jika dikaitkan dengan politik memang memiliki korelasi. Jika penggolongan dilakukan secara dikotomis sebenarnya ada empat belahan yang bisa dibuat. Santri-abangan, ...

Regentenbond

Regentenbond (Serikat Para Bupati). Pada tahun 1913 para bupati senior di Jawa dan Madura yang memandang rendah asal usul priyayi rendah yang bergabung dalam Budi Utomo dan takut bahwa pengaruh Budi Utomo akan mengancam mereka, mendirikan Regentenbond atau Serikat Para Bupati. Namun organisasi ini tidak memainkan peran apapun. Elite birokrasi Jawa terlalu cemas akan karier mereka dan begitu terpecah belah karena adanya perbedaan sosial antara yang satu dengan lainnya. Organisasi selain Budi Utomo dan Regentenbond segera berdiri. Beberapa di antaranya bersifat keagamaan, kebudayaan dan pendidikan, beberapa bersifat politik atau gabungan keduanya. Kalau Budi Utomo kebanyakan berkarir di dinas pemerintahan maka orang orang pada organisasi yang lebih aktif ini kebanyakan lulusan sekolah Belanda namun berada di luar pemerintahan. Muncul pula suatu kepemimpiman organisasi agama yang membuat Islam di Indonesia memasuki periode pembaharuan yang paling penting dalam sejarahnya (Ricklefs, 2005:3...

Dr. Sutomo

Sutomo, dokter, salah seorang pendiri dan Ketua Boedi Oetomo yang pertama (1908), adalah seorang lulusan Sekolah Dokter Jawa (STOVIA) di Jakarta. Ia terdorong memasuki dunia pergerakan nasional karena saat bertugas di Semarang, Tuban dan Medan ia melihat penderitaan rakyat, sama seperti yang dilihatnya di waktu kecil. Pada tahun 1909 ia belajar ke Belanda untuk mendapat gelar dokter (arts), dan ia ikut bergabung dalam Perhimpunan Indonesia. Setelah pulang ia menjadi lektor di sekolah kedokteran di Surabaya dan sorenya membuka praktik. Sutomo yang dilahirkan di Nganjuk (1888) adalah organisator, konseptor dan pemimpin pergerakan nasional yang ulung dan mula-mula. Tidak heran ia menjadi ketua PPPKI (1927) yang diprakarsai Bung Karno. Sebelum itu dia sudah membuat Klub Studi di Surabaya (1924) sementara Bung Karno membuat juga klub studi di Bandung. Pada saat itulah Sutomo menjadi anggota dewan daerah (Gemeenteraad) di Surabaya beberapa periode, namun karena merasa aspirasinya gagal diper...

Wahidin Sudirohusodo

Wahidin Sudirohusodo (1857-1917). Wahidin Sudirohusodo lahir di Mlati, Sleman. Anak Mbah Kruwis ini lulusan Sekolah Angka Loro di Desa Mlati yang melanjutkan sekolah ke Yogyakarta dan dititipkan pada Tuan Frits Kohle yang memiliki perkebunan nila di selatan Surakarta. Setamat ELS ia meneruskan ke Sekolah Dokter Jawa di Jakarta dan menjadi assistent leraar (asisten dosen) di sekolahnya. Setelah lulus ia kembali ke Yogyakarta dan memberikan pelayanan kesehatan ke desa-desa atas biaya sendiri. Ia melihat penderitaan rakyat atas diberlakukannya  sistem tanam paksa. Ia pun tergerak untuk menolong mereka. Pendidikan menjadi senjatanya untuk melawan penjajah. Pada tahun 1906 ia mengadakan perjalanan keliling Jawa dan mengetuk hati para bupati untuk mengusahakan pendidikan bagi rakyat khususnya yang tidak mampu. Pada tahun 1907 Wahidin menemui mahasiswa STOVIA di Jakarta dan mengajak mereka mengumpulkan dana belajar bagi mahasiswa yang tidak mampu. Atas ajakannya pula para mahasiswa STOVIA...

Abdul Rivai (1871-1933)

Abdul Rivai dilahirkan di Tanah Minang, belajar Sekolah Dokter Jawa di Jakarta dan lulus pada tahun 1894. Ia melanjutkan studi di Belanda dan memperoleh gelar Arts (dokter) pada tahun 1909. Selama belajar di Belanda ia menjadi wartawan, mengajar bahasa Melayu dan menerjemahkan beberapa novel. Ia juga menerbitkan Pewarta Wolanda dan kemudian menerbitkan Bendera Wolanda. Perjuangan Rivai dilancarkan melalui pena. Ia memperjuangkan hak-hak orang pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang layak melalui tulisan-tulisan nya di Algemeen Handelsblad. Kritik Rivai terhadap pemerintah Belanda juga menyangkut perlakuan tidak adil Belanda terhadap anak jajahan terutama dalam bidang pendidikan dan penetapan besar gaji antara pegawai Belanda dan bumiputra. Pada tahun 1911 Rivai kembali ke Indonesia dan bekerja di Rumah Sakit Militer di Cimahi. Setelah itu ia pindah ke Padang dan Semarang. Pada tahun 1918 ia menjadi anggota Volksraad. Bersama dr Rajiman ia pergi ke Belanda menghadiri Kongres Pengajara...

BO

Pada tahun 1907 Dr Wahidin Sudirohusodo berkunjung ke STOVIA dan mendapat sambutan bersemangat dari mahasiswa sekolah tersebut dan diambil keputusan untuk membentuk suatu organisasi pelajar guna memajukan kepentingan priyayi rendah. Pada bulan Mei 1908 diselenggarakan suatu pertemuan yang melahirkan Budi Oetomo yang berarti perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan keluhuran budi. Budi Oetomo diterjemahkan ke dalam Bahasa Belanda oleh organisasi tersebut sebagai het schoone streven (ikhtiar yang indah). Pada pertemuan pertama itu hadir perwakilan mahasiswa dari STOVIA, OSVIA, sekolah-sekolah  guru, sekolah pertanian dan kedokteran hewan. Cabang-cabang Budi Oetomo didirikan pada lembaga-lembaga  pendidikan tersebut. Diketuai Sutomo, pada bulan Juli 1908 Budi Oetomo sudah mempunyai anggota 650 orang. Bahasa Melayu -dan bukan bahasa Jawa- dipilih sebagai bahasa resmi. Mereka yang bukan mahasiswa juga menggabungkan diri sehingga pengaruh mahasiswa mulai berkurang dan orga...

Abad XX

Hindia Belanda mengalami perubahan-perub ahan besar dan yang terpenting adalah munculnya ide-ide baru mengenai organisasi dan definisi mengenai identitas. Gerakan-gerakan  anti penjajahan dan pembaharuan banyak dipelopori Jawa dan Minangkabau. Prakarsa banyak diambil oleh priyayi Jawa baru dan para pejabat yang maju dan memandang pendidikan sebagai kunci bagi kemajuan. Kelompok ini -terutama kaum abangan- oleh Ricklefs dianggap mewakili suatu aliran sosial budaya yang penting. Abangan dinisbahkan pada kaum muslim yang keislamannya formal dan nominal saja. Dengan memperoleh pendidikan barat kaum priyayi dan abangan mendapat kunci untuk melakukan peremajaan kembali kebudayaan, kelas dan masyarakat mereka. Ada dua nama yang pantas dicatat sebagai motor penggerak perubahan, Abdul Rivai dan Wahidin Soedirohoesodo. Pada tahun 1902 Abdul Rivai menerbitkan jurnal Bintang Hindia di Belanda . Rivai orang Minangkabau lulusan Sekolah Dokter Jawa di Weltevreden, bertindak sebagai pemimpinnya. ...

Sukarno

Sukarno (1901-1970). Sukarno termasuk salah satu lulusan HBS yang sedikit itu. Ia pun termasuk mahasiswa dan lulusan THS (Technische Hogere School) yang pertama. THS didirikan di Bandung dalam rangka politik etis di Hindia Belanda. Tugas akhirnya di THS mengenai konstruksi jembatan. Ia kemudian mampu menjembatani keanekaragaman pandangan politik dan keyakinan bangsa Indonesia dan menjadi bangsa yang merdeka. Sukarno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901. Ayahnya Raden Sukemi Sosrodihardjo berprofesi sebagai guru sekolah kelas dua. Ibunya bernama Ida Nyoman Rai. Lahir dengan nama Kusno, namanya diganti menjadi Sukarno saat berumur lima tahun karena sakit-sakitan. Nama Sukarno diilhami dari nama Karna dalam pewayangan, tokoh ksatria yang pandai membalas budi. Sukarno sejak kecil menyukai wayang dan mengagumi tokoh bernama Bima yang tegas dan selalu berjuang menegakkan keadilan. Ia mempunyai seorang kakak bernama Sukarmini. Sukemi mendidik Sukarno dengan disiplin keras. Sarinah (pembantu di run...

Husein Djajadiningrat

Husein Djajadiningrat (1886-1960). Pangeran Aria Husein Djajadiningrat lahir tahun 1886 di Serang, Banten. Ia dididik dalam lingkungan orang-orang yang taat beragama Islam. Ayahnya seorang Bupati yang berpandangan maju dan menyekolahkan putra-putranya pada sekolah yang berpendidikan Barat. Setamat HBS pada tahun 1899 ia meneruskan pendidikan ke Belanda atas anjuran Snouck Hurgronye. Ia mengikuti kursus bahasa Latin dan Yunani Kuno tahun 1904-1905 dan diterima pada Universitas Kerajaan di Leiden. Ia lulus pada tahun 1910 dan menjadi Doktor pertama dari Indonesia dengan disertasinya yang berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten. Ketika Universitas Leiden mengadakan sayembara mengarang tentang sejarah Kesultanan Aceh ia melakukan penelitian atas naskah-naskah Melayu-Indonesi a dan memenangkan sayembara itu dengan mendapat medali emas. Pada Mei 1914 sampai April 1915 ia berada di Aceh untuk mempelajari Bahasa Aceh dan membuat kamus Aceh dua jilid berjudul Atjeh-Nederland ...

Haji Agus Salim (1884-1954)

Menjelang perkawinannya di tahun 1903, Kartini menerima surat dari pemerintah Belanda bahwa permohonannya bersekolah di Belanda dikabulkan dan ia diberi bea siswa sebesar 4.800 gulden. Namun Kartini tidak mungkin lagi menggunakan peluang emas tersebut. Ia pun mengusulkan agar pemerintah Belanda mengalihkan bea siswa itu kepada seorang pemuda Minang yang sangat cerdas bernama Agus Salim. Agus Salim menolak bea siswa itu. Setelah beberapa lama bekerja sebagai penerjemah, ia merantau ke Riau, Indragiri dan ke Jedah, Arab Saudi. Agus Salim menguasai sembilan bahasa antara lain : Belanda, Inggris, Jerman, Perancis ,Arab dan Turki. Agus Salim bernama kecil Masyhudul Haq berasal dari Sumatra Barat. Ayahnya, Sutan Muhammad Salim adalah seorang jaksa. Karena itu ia berhak bersekolah di HBS di Jakarta. Setelah itu ia belajar secara mandiri. Saat berada di Arab Saudi, Agus Salim berkenalan dengan banyak tokoh dunia. Ia pun dipengaruhi oleh pandangan ulama besar seperti Muhammad Abduh dan Jamalud...

Woman and Socialism

August Bebel. Woman and Socialism. Woman in the Past CHAPTER II. Conflict between Matriarchate and Patriarchate. 1. – Rise of the Patriarchate. With the increase in population a number of sister gentes arose that again brought forth several daughter gentes. The mother gens was distinguished from these as the phratry. A number of phratries constituted the tribe. So strong was this social organization that it still constituted the unit of military organization in the states of antiquity, when the old gentile constitution had already been abandoned. The tribe was subdivided into several branches, all having a common constitution and in each of which the old gens could be recognized. But as the gentile constitution prohibited intermarriage among remote relatives even on the mother’s side, it undermined its own existence. A social and economic development made the relation of the various gentes to one another more and more complicated, the interdict of marriage between certain groups became...