Abad XX
Hindia Belanda mengalami perubahan-perub
Prakarsa banyak diambil oleh priyayi Jawa baru dan para pejabat yang maju dan memandang pendidikan sebagai kunci bagi kemajuan. Kelompok ini -terutama kaum abangan- oleh Ricklefs dianggap mewakili suatu aliran sosial budaya yang penting. Abangan dinisbahkan pada kaum muslim yang keislamannya formal dan nominal saja. Dengan memperoleh pendidikan barat kaum priyayi dan abangan mendapat kunci untuk melakukan peremajaan kembali kebudayaan, kelas dan masyarakat mereka.
Ada dua nama yang pantas dicatat sebagai motor penggerak perubahan, Abdul Rivai dan Wahidin Soedirohoesodo.
Pada tahun 1902 Abdul Rivai menerbitkan jurnal Bintang Hindia di Belanda . Rivai orang Minangkabau lulusan Sekolah Dokter Jawa di Weltevreden, bertindak sebagai pemimpinnya. Bintang Hindia diedarkan secara luas di Hindia Belanda dan dibaca amat luas oleh kalangan elite Indonesia sebelum penerbitannya berhenti pada tahun 1906. Gagasan pembebasan bangsa Indonesia lewat pendidikan kaum priyayi didorong sejak awal oleh jurnal ini.
Sementara itu, Wahidin Soedirohoesodo adalah inspirator bagi pembentukan organisasi modern pertama untuk kalangan priyayi Jawa. Ia juga lulusan Sekolah Dokter Jawa dan bekerja sebagai dokter pemerintah di Yogyakarta sampai tahun 1899. Pada tahun 1901 ia menjadi redaktur majalah Retnadhoemilah (Ratna Yang Berkilauan) yang dicetak dalam bahasa Jawa dan Melayu untuk kalangan pembaca priyayi. Meski berpendidikan Barat, Wahidin adalah seorang pemain musik Jawa klasik (gamelan) dan wayang yang berbakat. Dia memandang bahwa kebudayaan Jawa dilandasi terutama oleh ilham Hindu-Budha. Secara tersirat ia berpandangan bahwa salah satu penyebab kemerosotan masyarakat Jawa adalah karena kedatangan agama Islam. Karena itu ia berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Belanda.
Upaya Wahidin menghimpun beasiswa guna memberikan pendidikan Barat kepada golongan priyayi Jawa hanya didukung sedikit pejabat dan bupati yang sebenarnya merasa terancam. Pada tingkatan tertinggi, hanya ada seorang seorang pangeran dari Pakualaman yang mendukungnya.
Belakangan cara pandang Wahidin memunculkan berbagai aliran dalam politik Indonesia.
Komentar
Posting Komentar