Pergeseran Ekonomi ke Luar Jawa
Dengan meluasnya kekuasaan Belanda dan pembangunan ekonomi baru di luar Jawa diperlukan sarana transportasi untuk menghubungkan puluhan pulau di daerah jajahan. Pada tahun 1888 didirikan sebuah pelayaran besar yang kemudian beroperasi tahun 1891 dengan nama Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang menangani seluruh keperluan pelayaran pemerintah kolonial di seluruh Indonesia.
Sementara itu di tangan perusahaan-peru sahaan swasta, produksi komoditi daerah tropis meningkat dengan cepat di luar Jawa. Antara tahun 1900-1930, produksi gula hampir empat kali lipat. Produksi teh meningkat sebelas kali lipat. Produksi tembakau berkembang pesat mulai tahun 1860 terutama di pesisir timur Sumatra. Produksi lada, kopra, timah, kopi dan komoditi-komodi ti lainnya semakin meningkat. Sebagian besar dikembangkan di luar Jawa dan yang paling penting adalah minyak bumi dan karet. Kedua komoditas tersebut telah menempatkan Indonesia pada garis depan kepentingan perekonomian dunia pada abad ke-20.
Minyak Bumi.
Kandungan minyak bumi di Langkat, Sumatra Utara, diketahui sejak tahun 1860-an. Pada tahun 1883, Zijlker mendapat persetujuan pemerintah untuk suatu konsesi dari Pangeran Langkat dan dimulailah eksplorasi. Pada tahun 1888 akhirnya minyak mulai mengalir dalam jumlah yang menjanjikan. Pada tahun 1890 Zijlker mendirikan "Koninklijke Nederlandsche Maatschappij tot Exploitatie van Petroleum-bronn en in Nederlandsch-In die" (Perusahaan Kerajaan Belanda Bagi Eksploitasi Sumber-sumber Minyak Bumi di Hindia Belanda) yang lazim disebut sebagai de Koninklijke. Pada tahun 1892 mulai berproduksi dan tahun 1900 mulai mengekspor minyak bumi ke kawasan Asia, mulai dari pelabuhan-pelab uhan Cina sampai India. Pada tahun 1901 de Koninklijke berekspansi ke Kalimantan.
Pada tahun 1920-an ada kira-kira 50 perusahaan minyak yang beroperasi di pesisir timur Sumatra, Jawa (Semarang Rembang Surabaya) dan pesisir timur Kalimantan.
Pada tahun 1897 di London didirikan suatu perusahaan dengan modal Inggris bernama Shell Transport and Trading Company (perusahaan pwngangkutan dan dagang Shell). Pada tahun 1907 Shell dan Koninklijke bergabung dan menjadi perusahaan multinasional minyak yang besar dengan nama Royal Dutch Shell. Pada tahun 1930 Royal Dutch Shell memproduksi 85% dari keseluruhan produksi minyak bumi Indonesia.
Pada tahun 1920-an perusahaan-peru sahaan Amerika telah mendapatkan konsesi-konsesi . Di antaranya adalah Caltex (California Texas Oil Corporation) dan Stanvac (Standard Vacuum Oil Co.).
Pada tahun 1930 Jepang pun ikut bermain dalam busnis minyak Indonesia lewat Borneo Oil Company yang beroperasi di Kutai, Kalimantan Timur.
Pembentukan Royal Dutch Shell pada 1907 mencerminkan internasionalis asi investasi secara umum. Pada tahun 1925, hampir 99% nilai ekspor minyak bumi berasal dari daerah luar Jawa.
Minyak digunakan untuk menyalakan lampu. Pertambangan minyak bersamaan dengan penemuan lampu pijar. Pada saat lampu pijar menggantikan lampu pada tahun 1880 datanglah penggunaan mobil sebagai alat transportasi yang memerlukan minyak bumi sebagai bahan bakar pada tahun 1900.
Sementara itu di tangan perusahaan-peru
Minyak Bumi.
Kandungan minyak bumi di Langkat, Sumatra Utara, diketahui sejak tahun 1860-an. Pada tahun 1883, Zijlker mendapat persetujuan pemerintah untuk suatu konsesi dari Pangeran Langkat dan dimulailah eksplorasi. Pada tahun 1888 akhirnya minyak mulai mengalir dalam jumlah yang menjanjikan. Pada tahun 1890 Zijlker mendirikan "Koninklijke Nederlandsche Maatschappij tot Exploitatie van Petroleum-bronn
Pada tahun 1920-an ada kira-kira 50 perusahaan minyak yang beroperasi di pesisir timur Sumatra, Jawa (Semarang Rembang Surabaya) dan pesisir timur Kalimantan.
Pada tahun 1897 di London didirikan suatu perusahaan dengan modal Inggris bernama Shell Transport and Trading Company (perusahaan pwngangkutan dan dagang Shell). Pada tahun 1907 Shell dan Koninklijke bergabung dan menjadi perusahaan multinasional minyak yang besar dengan nama Royal Dutch Shell. Pada tahun 1930 Royal Dutch Shell memproduksi 85% dari keseluruhan produksi minyak bumi Indonesia.
Pada tahun 1920-an perusahaan-peru
Pada tahun 1930 Jepang pun ikut bermain dalam busnis minyak Indonesia lewat Borneo Oil Company yang beroperasi di Kutai, Kalimantan Timur.
Pembentukan Royal Dutch Shell pada 1907 mencerminkan internasionalis
Minyak digunakan untuk menyalakan lampu. Pertambangan minyak bersamaan dengan penemuan lampu pijar. Pada saat lampu pijar menggantikan lampu pada tahun 1880 datanglah penggunaan mobil sebagai alat transportasi yang memerlukan minyak bumi sebagai bahan bakar pada tahun 1900.
Karet.
Selain minyak bumi, karet berhubungan erat dengan industri mobil yang baru muncul. Pohon karet ficus elastica awalnya di tanam di Jawa Barat dan pesisir timur Sumatra pada tahun 1864. Tetapi pohon karet impor, hevea brasiliensies, pada tahun 1900 lah yang membawa keberhasilan. Mulai tahun 1906, hevea brasieliensis berkembang pesat di Sumatra. Setelah lima tahun karet diekspor pada tahun 1912. Rencana Pembatasan Karet Stevenson tahun 1922 yang disetujui secara internasional tidak berlaku di Indonesia dan hanya berlaku untuk membatasi produksi di Malaysia, jajahan Inggris. Produksi karetpun meledak. 44% luas tanah perkebunan ditanami karet pada tahun 1930. Indonesia memasok separuh pasokan karet dunia. Depresi pada tahun 1930 membawa krisis besar pada industri karet.
Selain minyak bumi, karet berhubungan erat dengan industri mobil yang baru muncul. Pohon karet ficus elastica awalnya di tanam di Jawa Barat dan pesisir timur Sumatra pada tahun 1864. Tetapi pohon karet impor, hevea brasiliensies, pada tahun 1900 lah yang membawa keberhasilan. Mulai tahun 1906, hevea brasieliensis berkembang pesat di Sumatra. Setelah lima tahun karet diekspor pada tahun 1912. Rencana Pembatasan Karet Stevenson tahun 1922 yang disetujui secara internasional tidak berlaku di Indonesia dan hanya berlaku untuk membatasi produksi di Malaysia, jajahan Inggris. Produksi karetpun meledak. 44% luas tanah perkebunan ditanami karet pada tahun 1930. Indonesia memasok separuh pasokan karet dunia. Depresi pada tahun 1930 membawa krisis besar pada industri karet.
Pengembangan Pertanian.
Pengembangan pertanian hampir sepenuhnya dikuasai modal Belanda. 70% investasi Belanda diinvestasikan di Jawa, 50% nya pada tebu. Sementara di luar Jawa lebih menginternasion al. 40% investasi pertanian pada tahun 1929 adalah non Belanda, 18% di antaranya modal Inggris. Orang Indonesia juga aktif dalam pertanian khususnya di luar Jawa. Pada tahun 1931 pengusaha kecil Indonesia memproduksi 35% hasil karet, 89% tembakau, 57% kopi, 19% teh dan hampir seluruh produksi kelapa, lada dan kapas.
Komoditi ekspor Jawa yang terpenting adalah kopi, teh, gula, karet, ubi kayu dan tembakau. Ekspor kopi Jawa menurun 70% pada tahun 1880-1930. Pada tahun 1930 ekspor kopi luar Jawa menjadi dua kali lipat kopi Jawa, ekspor tembakau luar Jawa empat kali lipat ekspor tembakau Jawa. Jawa hanya unggul pada teh dan gula. Nilai ekspor gula dari Jawa mencapai puncaknya pada tahun 1920, tapi nilainya merosot 75% pada dasawarsa berikutnya karena rendahnya harga. Ekspor teh Jawa semakin meningkat nilainya tapi hanya mencapai separuh nilai ekspor karet daerah luar Jawa. Ekspor ubi kayu hampir seluruhnya dari Jawa tapi pada tahun 1930 nilainya hanya seperdelapan ekspor karet luar Jawa.
Pada tahun 1930 komoditi ekspor ubi kayu, kopi, kopra, karet, gula, teh, tembakau, timah dan minyak bumi mencapai 930,5 juta gulden. 55,3% berasal dari luar Jawa. Jawa menghasilkan 44,7% tetapi lebih dari 60% berupa ekspor gula, sehingga Jawa - terutama Jawa Timur - menjadi penghasil gula terbesar di dunia. Turunnya harga gula dan alih fungsi lahan mengancam komoditi ekspor yang penting ini (Ricklefs, 2005:324, berdasarkan tulisan Campo, Booth, Lindblad, Maddison dan Prince, Elson, Allenn dan Donnithorne, Breman, Gould, Stoler, Pelzer, Burger, Schadee, Paulus, Bezemer, Bakker, dll.).
Komentar
Posting Komentar