Tentara Kolonial di Hindia Belanda


Pada tahun 1910 perbatasan negara Indonesia sudah mulai terbentuk oleh angkatan bersenjata kolonial. Tentu setelah banyak menelan korban jiwa, uang, kerusakan, kepaduan sosial, martabat serta kebebasan manusia.
Seluruh orang Eropa yang bertugas di angkatan darat dan angkatan laut kolonial pada waktu itu hanya berjumlah 15.866 orang. Akan tetapi orang Indonesia yang bertempur di pihak mereka berjumlah 26.276 orang. Sebagian besar bertugas dalam angkatan darat, yaitu 25.522 orang. Komposisi tentara kolonial : 68% orang Jawa, 21% orang Ambon, dan sisanya orang Sunda, Madura, Bugis dan Melayu. Apa yang disebut Melayu sebenarnya kebanyakan dari Timor (Ricklefs, 2005: 314).
Di balik rasa benci terhadap sistem politik kolonial ada hal hal positif yang patut dicatat : hapusnya sistem politik feodal, perbudakan, pembakaran janda, perang saudara, pengayauan kepala, kanibalisme dan pembajakan.
Rakyat Indonesia masih terpecah-pecah, maka mereka tidak saja dapat ditaklukkan oleh kekuatan penjajah yang relatif kecil tetapi juga secara aktif ikut serta dalam penaklukan satu sama lain.
Perasaan tentang identitas bersama Indonesia atau tujuan-tujuan bersama belum ada. Sebagian orang di pulau Jawa tidak mengetahui dan tidak memedulikan apa yang terjadi di Aceh kecuali mereka yang bertempur di pihak Belanda untuk menghancurkan kemerdekaannya. Identitas Indonesia belum lagi tumbuh.
Pada awal abad ke-20 kebijakan penjajahan Belanda mengalami perubahan yang paling mendasar dalam sejarahnya. Tapi sebelum itu ada yang tidak boleh dilupakan : masa ekonomi liberal di Hindia Belanda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan