Dr. Sutomo
Sutomo, dokter, salah seorang pendiri dan Ketua Boedi Oetomo yang pertama (1908), adalah seorang lulusan Sekolah Dokter Jawa (STOVIA) di Jakarta. Ia terdorong memasuki dunia pergerakan nasional karena saat bertugas di Semarang, Tuban dan Medan ia melihat penderitaan rakyat, sama seperti yang dilihatnya di waktu kecil. Pada tahun 1909 ia belajar ke Belanda untuk mendapat gelar dokter (arts), dan ia ikut bergabung dalam Perhimpunan Indonesia. Setelah pulang ia menjadi lektor di sekolah kedokteran di Surabaya dan sorenya membuka praktik. Sutomo yang dilahirkan di Nganjuk (1888) adalah organisator, konseptor dan pemimpin pergerakan nasional yang ulung dan mula-mula. Tidak heran ia menjadi ketua PPPKI (1927) yang diprakarsai Bung Karno. Sebelum itu dia sudah membuat Klub Studi di Surabaya (1924) sementara Bung Karno membuat juga klub studi di Bandung. Pada saat itulah Sutomo menjadi anggota dewan daerah (Gemeenteraad) di Surabaya beberapa periode, namun karena merasa aspirasinya gagal diperjuangkan maka ia pun keluar pada tahun 1925. Kemudian berdua dengan Bung Karno berkolaborasi membuat majalah Suluh Indonesia Muda dengan menyatukan dua majalah mereka masing-masing. Kemudian klub studi yang diasuh Bung Karno menjadi PNI sedang klub studi Sutomo menjadi PBI (1930) yang kemudian menjadi Parindra (1935) dengan menyatukan BO dan PBI. Saat ada krisis ekonomi dunia (malaise)Sutomo membuat perkampungan di Jl Gresik Surabaya untuk membina angkatan kerja yang belum menperoleh pekerjaan. Hal itu dikritik oleh kaum nasionalis radikal karena dianggap sebagai kegiatan tambal sulam, meski begitu mereka tetap menghormati Sutomo. Setelah berorganisasi dan berpolitik selama 30 tahun Sutomo meninggal di Surabaya (1938) karena sakit.
Suatu saat Sutomo pernah membuat pernyataan yang membuat merah telinga kaum nasionalis santri tatkala ia berkata : "di buang ke Digul lebih mulia daripada pergi haji ke Mekah". Wajar jika orang kemudian membencinya, tapi sesungguhnya jika orang bertemu dan bercakap dengannya, orang yang membenci mungkin akan berbalik bersimpati kepadanya karena sesungguhnya Sutomo orang yang memiliki kepribadian kuat dan menarik serta agamis berkat didikan kakekneneknya di waktu kecil ketika ia bersekolah dasar di Bangil. Karena itulah HAMKA mengabadikan kepribadian Sutomo itu dalam bukunya yang berjudul Pribadi.
Suatu saat Sutomo pernah membuat pernyataan yang membuat merah telinga kaum nasionalis santri tatkala ia berkata : "di buang ke Digul lebih mulia daripada pergi haji ke Mekah". Wajar jika orang kemudian membencinya, tapi sesungguhnya jika orang bertemu dan bercakap dengannya, orang yang membenci mungkin akan berbalik bersimpati kepadanya karena sesungguhnya Sutomo orang yang memiliki kepribadian kuat dan menarik serta agamis berkat didikan kakekneneknya di waktu kecil ketika ia bersekolah dasar di Bangil. Karena itulah HAMKA mengabadikan kepribadian Sutomo itu dalam bukunya yang berjudul Pribadi.
Komentar
Posting Komentar