Wahidin Sudirohusodo
Wahidin Sudirohusodo (1857-1917).
Wahidin Sudirohusodo lahir di Mlati, Sleman. Anak Mbah Kruwis ini lulusan Sekolah Angka Loro di Desa Mlati yang melanjutkan sekolah ke Yogyakarta dan dititipkan pada Tuan Frits Kohle yang memiliki perkebunan nila di selatan Surakarta. Setamat ELS ia meneruskan ke Sekolah Dokter Jawa di Jakarta dan menjadi assistent leraar (asisten dosen) di sekolahnya.
Setelah lulus ia kembali ke Yogyakarta dan memberikan pelayanan kesehatan ke desa-desa atas biaya sendiri. Ia melihat penderitaan rakyat atas diberlakukannya sistem tanam paksa. Ia pun tergerak untuk menolong mereka. Pendidikan menjadi senjatanya untuk melawan penjajah.
Pada tahun 1906 ia mengadakan perjalanan keliling Jawa dan mengetuk hati para bupati untuk mengusahakan pendidikan bagi rakyat khususnya yang tidak mampu.
Pada tahun 1907 Wahidin menemui mahasiswa STOVIA di Jakarta dan mengajak mereka mengumpulkan dana belajar bagi mahasiswa yang tidak mampu. Atas ajakannya pula para mahasiswa STOVIA mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Pada tanggal 3 hingga 5 Oktober di Yogyakarta diselenggarakan Kongres Nasional yang antara lain membentuk studie fonds (dana belajar) dengan ketua R.A.A. Tirtokusumo. Melalui Studie Fonds Wahidin mendorong pemuda yang tidak mampu untuk menempuh pelajaran ke jenjang yang lebih tinggi. Tujuan Wahidin ada dua : memberi pendidikan pada pemuda dan menanamkan kesadaran nasional. Wahidin berusaha agar pendidikan yang berpola Barat juga memberikan pendidikan yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dengan mempertahankan sikap patriotisme di kalangan anak didik.
Pada tanggal 25 Oktober 1913 terbentuklah perkumpulan Darma Wara sebagai kelanjutan studie fonds. Pada tahun 1917 Budi Utomo dengan perantaraan Darma Wara memperoleh bantuan keuangan dari pemerintah Hindia Belanda. Bantuan ini dimanfaatkan sebagai bea siswa bagi para pemuda yang kurang mampu untuk meneruskan pendidikannya di Eropa.
Wahidin wafat pada tanggal 26 Mei 1917 dan dimakamkan di tanah kelahirannya. Makamnya terletak di tepi jalan Yogyakarta - Magelang. Pada tahun 1973 Pemerintah mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional.
Wahidin Sudirohusodo lahir di Mlati, Sleman. Anak Mbah Kruwis ini lulusan Sekolah Angka Loro di Desa Mlati yang melanjutkan sekolah ke Yogyakarta dan dititipkan pada Tuan Frits Kohle yang memiliki perkebunan nila di selatan Surakarta. Setamat ELS ia meneruskan ke Sekolah Dokter Jawa di Jakarta dan menjadi assistent leraar (asisten dosen) di sekolahnya.
Setelah lulus ia kembali ke Yogyakarta dan memberikan pelayanan kesehatan ke desa-desa atas biaya sendiri. Ia melihat penderitaan rakyat atas diberlakukannya
Pada tahun 1906 ia mengadakan perjalanan keliling Jawa dan mengetuk hati para bupati untuk mengusahakan pendidikan bagi rakyat khususnya yang tidak mampu.
Pada tahun 1907 Wahidin menemui mahasiswa STOVIA di Jakarta dan mengajak mereka mengumpulkan dana belajar bagi mahasiswa yang tidak mampu. Atas ajakannya pula para mahasiswa STOVIA mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Pada tanggal 3 hingga 5 Oktober di Yogyakarta diselenggarakan
Pada tanggal 25 Oktober 1913 terbentuklah perkumpulan Darma Wara sebagai kelanjutan studie fonds. Pada tahun 1917 Budi Utomo dengan perantaraan Darma Wara memperoleh bantuan keuangan dari pemerintah Hindia Belanda. Bantuan ini dimanfaatkan sebagai bea siswa bagi para pemuda yang kurang mampu untuk meneruskan pendidikannya di Eropa.
Wahidin wafat pada tanggal 26 Mei 1917 dan dimakamkan di tanah kelahirannya. Makamnya terletak di tepi jalan Yogyakarta - Magelang. Pada tahun 1973 Pemerintah mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional.
Komentar
Posting Komentar