Jawa Hokookai (Kebaktian Rakyat Jawa)
Putera tetap berbau nasionalis, oleh Jepang akhirnya Putera dinilai sebagai usaha nasionalisme. Sementara itu Ir. Sukarno setiap ada kesempatan selalu hadir dalam rapat dan selalu berpidato secara demonstratif di muka rakyat. Karena sikapnya yang demikian itu, Sukarno dinilai Jepang dapat membangkitkan rasa kebencian rakyat terhadap pemerintahan Jepang. Karena Jepang menganggap peranan Sukarno berbahaya, maka pada bulan Maret 1943, Putera dibubarkan dan diganti dengan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokookai), dengan kepengurusan yang tidak persis sama dengan kepengurusan Putera (Ricklefs, 2003 :412; Sudiyono, 2004:305, 474).
Organisasi Jawa Hokookai (Kebaktian Rakyat Jawa) dibentuk pemerintah militer Jepang pada tanggal 1 Maret 1944, dengan tujuan untuk memobilisasi sumber daya manusia di Jawa secara maksimal. Jawa Hokookai melambangkan semangat Hakoo Inchiu (persaudaraan universal). Organisasi mempermudah pihak pemerintah Jepang untuk mengontrol kegiatan-kegiatan organisasi rakyat Jawa. Pemimpin tertingginya adalah Gunseikan (Kepala Pemerintah Militer), wakil ketuanya adalah Sumobucho (Direktur Bagian Urusan Umum) dan Ketua Dewan Pusatnya adalah Hayashi Kyujiro. Di bawah ketiga pejabat tersebut, diperbantukan suatu kesekretariatan yang terdiri atas orang-orang Jepang dan Indonesia. Ir. Sukarno diangkat sebagai penasihat.
Dalam struktur organisasi ini terdapat berbagai bagian, seperti BPP
(Badan Pembantu Prajurit), Fujinkai (Perkumpulan Wanita), Keimin Bunka
Shidosho (Pusat Kesenian dan Kebudayaan), dan Tojo Jusankai (Perkumpulan
Latihan Industri Tojo).
Jawa Hokookai tersebar ke shu (karesidenan), kochi (kesultanan), desa-desa, hingga ke kampung-kampung. Cabang-cabang di daerah tersebut digabungkan ke dalam suatu sistem lebih luas, yang disebut tonari gumi (rukun tetangga), yang masing-masing terdiri atas 10 sampai 20 kepala rumah tangga.
Jawa Hokookai tersebar ke shu (karesidenan), kochi (kesultanan), desa-desa, hingga ke kampung-kampung. Cabang-cabang di daerah tersebut digabungkan ke dalam suatu sistem lebih luas, yang disebut tonari gumi (rukun tetangga), yang masing-masing terdiri atas 10 sampai 20 kepala rumah tangga.
Pada
tanggal 28 Juli 1945, Jawa Hokookai akhirnya dilebur ke dalam suatu
gerakan bernama Gerakan Rakyat Baru (Wardhani, ENI Vol. 7, 2004:
362-363).
Komentar
Posting Komentar