Tokoh-tokoh Nasionalis di Zaman Jepang
Jepang menyadari bahwa satu-satunya cara memobilisasi rakyat Jawa
adalah dengan memanfaatkan tokoh-tokoh terkemuka gerakan nasionalis.
Pada tanggal 9 Juli 1942, Sukarno bergabung dengan Hatta dan Sjahrir.
Sukarno tidak tertarik pada perbedaan-perbedaan teoretis antara fasisme
dan demokrasi dan menganggap Perang Dunia II adalah pertarungan antara
kedua macam imperialisme. Dia bergabung dengan Hatta dalam bekerja sama
dengan pihak Jepang demi tujuan yang
lebih luhur, yaitu kemerdekaan. Sukarno dan Hatta mulai mendesak pihak
Jepang yang masih tetap merasa enggan supaya membentuk suatu organisasi
politik massa di bawah pimpinan mereka.
Sementara itu Sjahrir akan tetap menjauhkan diri dan membentuk suatu
jaringan bawah tanah yang didukung terutama oleh para mantan anggota
PNI-Baru, dan akan berusaha menjalin hubungan dengan pihak Sekutu.
Sjahrir dan Hatta saling berhubungan dengan erat selama perang
berlangsung.
Hanya Amir Sjarifuddin yang melakukan kegiatan perlawanan atau bawah tanah yang aktif. Tak lama sebelum kemenangan Jepang, Amir menerima sejumlah besar uang dari seorang pejabat Belanda guna membentuk gerakan perlawanan anti-Jepang. Polisi militer Jepang menembus organisasi Amir dan pada bulan Januari 1943, ia dan 53 orang lainnya ditangkap (|Ricklefs, 2003 : 412-413)..
Hanya Amir Sjarifuddin yang melakukan kegiatan perlawanan atau bawah tanah yang aktif. Tak lama sebelum kemenangan Jepang, Amir menerima sejumlah besar uang dari seorang pejabat Belanda guna membentuk gerakan perlawanan anti-Jepang. Polisi militer Jepang menembus organisasi Amir dan pada bulan Januari 1943, ia dan 53 orang lainnya ditangkap (|Ricklefs, 2003 : 412-413)..
Komentar
Posting Komentar