Jalak Harupat

Meski Asian Games baru akan dibuka secara resmi tgl 18-8-18 tetapi kegiatannya sudah dimulai dengan pertandingan sepak bola sejak tgl 10-08-18. Kemarin di Stadion Candrabaga Bekasi skuad sepakbola Palestina mengalahkan Laos 2-1 setelah sempat kebobolan 1-0 di babak pertama. Setelah itu Indonesia mengalahkan Taiwan. Meski disebutkan bahwa Asian Games diselenggarakan di Jakarta dan Palembang nyatanya dilaksanakan juga di Bogor, Bekasi dan Bandung. Meski ditayangkan di teve ada tiga stadion yaitu Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, Stadion Jakabaring Palembang dan Stadion Bandung Lautan Api tapi nyatanya Stadion BLA tidak digunakan. Yang digunakan adalah Stadion Jalak Harupat di Soreang di samping Stadion Pakansari di Cibinong Bogor dan Stadion Candrabaga Bekasi serta Wibawa Mukti di Cikarang Bekasi.

Nama Stadion Jalak Harupat diambil dari Jalak Harupat nama kesayangan yang diberikan pada pahlawan nasional Otto Iskandar Dinata. Otto adalah seorang bangsawan Sunda kelahiran Dayeuhkolot. Otto yang merupakan seorang anggota Volksraad sebelumnya menjadi anggota Budi Utomo kemudian menjadi ketua Paguyuban Pasundan yang masih eksis hingga saat ini dengan mengelola sekolah hingga perguruan tinggi seperti Universitas Pasundan. Otto jugalah yang menawarkan kata Merdeka sebagai salam kebangsaan dan Otto pulalah yang mengusulkan Sukarno dan Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia. Ironisnya Otto hilang diculik saat revolusi. Jenazahnya tak ditemukan hingga kini meski ada yang memperkirakan tewas di sekitar pantai Mauk Tangerang. Semoga almarhum diangkat sebagai syuhada.

Barangkali ada yang bertanya tanya di manakah Dayeuhkolot. Dayeuh kolot (dayeuh = kota, kolot = tua) artinya kota tua. Letaknya di Bandung Selatan tepatnya di pertemuan sungai Cikapundung dan Citarum. Dulu namanya Krapyak. Di situlah ibukota kabupaten Bandung yang pertama sebelum pindah ke kota Bandung. Di Dayeuhkolot terdapat makam para bupati Bandung yang mula mula.

Karena ibu kota Kabupaten Bandung berada di kota Bandung ada rencana memindahkan ibu kota ke Baleendah tepat di sebrang Dayeuhkolot dan hanya dipisah Sungai Citarum. Karena itu muncul istilah "kebo mulih pakandangan" (kerbau pulang ke kandang). Maka dibangunlah Baleendah menjadi ibukota Kabupaten Bandung. Kantor DPRD pun pindah ke Baleendah. Demikian juga dengan Pengadilan Negri dan Kejaksaan. Tapi karena Baleendah dilanda banjir maka sekali lagi ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan. Kali ini ke Soreang tak jauh dari Stadion Jalak Harupat.

Saya pun untuk beberapa waktu berkantor di Baleendah sebelum dijadikan RSUD Al Ihsan. Beberapa kantor pun masih berada di situ seperti Pengadilan Negri, Kejaksaan dan Kantor Depag.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dari Seorang Teman

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)

Museum Sebagai Jendela Kebudayaan