Yavadvipa
Kitab Maha Nidessa dari India pertengahan abad ke-3 SM sudah menyebut Jawa. Ramayana karya Valmiki yang ditulis abad ke-4 SM memberi paparan tentang Pulau Jawa yang disebutnya sebagai Yavadviva (bahasa Sanskerta yang artinya Pulau Jelai) yang dikatakan memiliki tujuh kerajaan. Nan zhou i wou chih yang ditulis oleh Wan Zhen (222-280 M) menyebut tentang gunung gunung api di Si-tiao. Yang dimaksud adalau Pulau Jawa, tanah yang subur dan penduduknya memakai pakaian dari kulit kayu. Geographia karya Ptolomeus (astronom Yunani dari Alexandria yang hidup sekitar tahun 100 M) mengisahkan tempat yang disebut Labadiou yang mungkin berasal dari kata Yavadivu (bahasa Prakrit dari Yavadviva). Sumber lain mengatakan Labadiou merupakan tanah yang subur dengan ibukota Argyre yang terletak di bagian barat Jawa.
I Wayan Ardika mengatakan bahwa banyak bukti menunjukkan bahwa orang Jawa telah mencapai tingkat kompleksitas tinggi pada masa prasejarah akhir. Benda benda seni yang rumit dari logam dan batu, altar yang menggunakan undak undakan, serta monolit, mengisyaratkan gaya hidup yang penuh upacara dan politik.
Begitu juga Bali Sumatra Sulawesi.
Begitu juga Bali Sumatra Sulawesi.
Situs situs prasejarah yang ditemukan : Anyer, Pasirangin, Arcadomas, Buni, Pejaten, Bekasi, Leles, Cigugur, Linggarjati, Kuningan, Banyumas, Tanurejo, Kedu, Plawangan, Terjan, Rembang, Rengel, Gunung Abang, Sukoliman, Gondang, Kajar, Playen, Bleberan dan Lamongan.
Kebiasaan membuat punden berundak terus berlanjut hingga abad ke-15 seperti nampak di situs Candi Sukuh dan Candi Ceto di lereng Gunung Lawu.
Komentar
Posting Komentar