Asrama Menteng 31
Pada tulisan terdahahulu saya menyampaikan adanya perbedaan mengenai bagaimana cara untuk memerdekakan negri setelah adanya janji kemerdekaan oleh Jepang yang dikenal dengan “Pernyataan Koisyo” . Perbedaan itu menimbulkan ketegangan hubungan antara golongan tua yang terwakili dalam BPUPKI/PPKI dan golongan muda yang terwakili dalam beberapa kelompok pemuda yang tersebar dalam Asrama Menteng 31, Asrama Indonesia Merdeka dan Asrama Prapatan. Mengenai asrama-asrama itu, kali ini saya sampaikan terlebih dahulu mengenai Asrama Menteng 31.
Asrama Menteng 31.
Nama resminya adalah Asrama Angkatan Baru Indonesia (AABI). AABI (singkatan dari saya) didirikan oleh Histoshi Shimizu, orang Jepang yang yang telah menyusup di kalangan pemuda sebelum penyerbuan Jepang, atas sponsor Departemen Propaganda Jepang (Sendenbu). Asrama ini dimaksudkan sebagai pusat pendidikan politik untuk menggembleng pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang. Akan tetapi secara diam-diam asrama ini digunakan oleh pemuda sebagai markas gerakan menegakkan semangat nasionalisme . Pimpinan asrama dipegang oleh Sukarni dan Chaerul Saleh. AABI sering disebut Asrama Menteng 31, Jakarta.
Anggota AABI berjumlah sekitar 50 orang sampai 60 orang setiap angkatannya. Mereka terutama eks mahasiswa fakultas hukum yang pernah aktif dalam pergerakan nasional pada masa sebelumnya, dan pemuda-pemuda berpendidikan lebih rendah yang pernah mengalami gerakan pemuda tahun 30-an. Mereka itu antara lain Chairul Saleh, Sukarni, A.M. Hanafi, Ismail Widjaja, Aidit, Lukman, dan Sjamsuddin Chan.
Anggota AABI berasal dari berbagai organisasi yang ada sebelumnya seperti Gerindo, Indonesia Muda, Suryawirawan, Partai Indonesia Raya, Suluh Pemuda Indonesia dsb. Di situ mereka memperoleh berbagai ceramah dan kursus tentang politik, ekonomi, tata negara, hukum, sosiologi , bahasa, agama dan sejarah. Penceramahnya antara lain Sukarno, Hatta, Sunario, Yamin, Amir Sjarifuddin, M. Zain Jambek, Ahmad Subardjo, dan guru-guru Jepang seperti Bakki, Makatani dan Hitoshi Shimizu.
Kelompok AABI secara diam-diam menjalin hubungan dengan berbagai pihak seperti Adam Malik, B.M. Diah, dan Harsono Tjokroaminoto yang bekerja di kantor berita Domei. Mereka secara teratur memberi informasi-informasi penting, yang selanjutnya disebarluaskankepada kelompok-kelompok lainnya. Di AABI dibentuk juga seksi-seksi, antara lain seksi pemuda, yang dipimpin oleh Khalid Rasyidi. Seksi ini kemudian membentuk Barisan Banteng, yang berbentuk semi militer.
Karena aktivitas AABI dinilai membahayakan Jepang, pada pertengahan tahun 1943, asrama ini dibubarkan Jepang. Meskipun demikian, asrama ini secara diam-diam tetap digunakan sebagai tempat berkumpul mereka (2004 : 218).
Komentar
Posting Komentar