Indonesia dan Perkembangan Internasional
a) Indonesia menjadi anggota PBB
Pada masa Kabinet Natsir Indonesia diterima menjadi anggota PBB, tepatnya pada bulan September 1950.
PBB didirikan berdasarkan Piagam PBB tanggal 24 Oktober 1945. Piagam PBB sebelumnya didahului oleh adanya Atlantic Charter yang ditandatangani 14 Agustus 1941, Declaration of United Nations yang ditandatangani 1 Januari 1945, Proposal Dumarton Oaks tanggal 7 Oktober 1944, Yalta Conference 4 Februari 1945 dan San Fransisco Conference 26 Juni 1945.
Untuk menjalankan organisasinya PBB mempuyai beberapa badan penyangga seperti Sidang Majelis Umum (General Assembly), Sekretariat, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC), Dewan Perwalian (Trusteeship Council) dan Mahkamah Internasional (International Court of Justice).
PBB berhasil mengakhiri Perang Korea yang terjadi pada tahun 1950-1953. Korea Utara yang menyerang Korea Selatan akhirnya dapat didesak mundur oleh Pasukan PBB yang terdiri dari pasukan berbagai negara (Sudibjo, 2004 : 154-156)
b) Perang Korea
Serangan Korea Utara yang komunis atas Korea Selatan yang pro-Barat pada bulan Juni 1950 membuat AS harus semakin waspada. Perang Korea menunjukkan bahwa kekhawatiran atas menyebarluasnya komunisme di Asia bukan lagi sebagai teori politik, melainkan suatu realitas militer. Pemerintah Eisenhower memang berhasil dalam menyelesaikan konflik itu melalui gencatan senjata yang disepakati pada bulan Juli 1953. Namun demikian bagi AS perang tersebut merupakan sebuah peringatan bahwa bila kebijakan antikomunis AS di Asia tidak diperkuat, negara-negara lain bisa ikut ke Blok Komunis, tidak terkecuali Indonesia (Wardaya, 2008 : 100-101).
Perang Korea 1950-1953 menguntungkan Indonesia karena meningkatkan pendapatan ekspor dan bea ekspor pemerintah . Namun ekonomi segera memburuk setelah berakhirnya Perang Korea. Ekspor nasional turun 71%. Penghasilan pemerintah merosot. Pemerintah mengenakan bea tambahan sebesar 100 sampai 200 persen terhadap impor barang mewah dan mengurangi pengeluaran (Ricklefs, 2005 : 485-486).
c) Hubungan diplomatik dengan RRC
Republik Rakyat Cina melupakan permusuhannya dengan negara-negara Asia yang nonkomunis dan netral. Indonesia mengirim duta besarnya yang pertama pada bulan Mei 1953. Pada bulan Desember , pemerintah Ali Sastroamidjojo menandatangani persetujuan dagang dengan Cina-Indonesia yang pertama (2005 : 491).
Robert Blum anggota President Committee for Free Asia melaporkan bahwa dibukanya hubungan diplomatik Indonesia dengan Cina turut membantu meningkatkan jumlah pengikut PKI dari antara warga keturunan Cina di Indonesia. Ada petunjuk bahwa PKI berada di bawah pengawasan Cina. Taktik-taktik SOBSI mencontoh pola yang dijalankan Cina (Wardaya, 2008 : 107).
d) Kekalahan Perancis di Vietnam
Kekalahan Perancis dalam pertempuran Dien Bien Phu pada bulan Mei 1954 berikut penandatanganan Perjanjian Jenewa pada bulan Juli mendorong perubahan besar dalam keterlibatan AS di Vietnam. Pemerintah Eisenhower memutuskan untuk terlibat langsung di Vietnam dan menggantikan Perancis sebagai kekuatan militer asing di negara tersebut. Pemerintah Eisenhower bertekad untuk menghadang laju penyebaran komunisme dari utara dengan mendirikan sebuah pemerintahan nonkomunis di bagian selatan negeri itu. Bagi AS, konflik antara kekuatan komunis dan non komunis di Vietnam dapat dengan mudah meluas ke Indonesia (2008 :101).
Komentar
Posting Komentar