Peristiwa 17 Oktober 1952
Pada tanggal 17 Oktober 1952 terjadi demonstrasi oleh ribuan rakyat di Jakarta, dan penyampaian Pernyataan Pimpinan TNI Angkatan Darat kepada Presiden Sukarno di Istana oleh 16 perwira menengah TNI AD. Isi dari Pernyataan Pimpinan TNI AD tersebut adalah meminta agar Parlemen dibubarkan karena bukan hasil pilihan rakyat, dan menuntut agar segera diadakan Pemilihan Umum.
Mereka datang dengan menggunakan truk-truk militer untuk mengangkut mereka. Sebagian demonstran juga merupakan para anggota TNI AD yang tidak menggunakan seragam.
Peristiwa yang berlangsung pagi hari hari ini merupakan akibat kemelut yang terjadi di kalangan TNI AD, sehubungan dengan pelaksanaan rasionalisasi tentara, serta keterlibatan militer dalam lapangan politik.
Menanggapi tuntutan ini, Presiden Sukarno menyatakan tiga hal pokok :
(1)yang berdemonstrasi hanya rakyat Jakarta, maka ia akan meninjau lebih dahulu aspirasi rakyat di daerah-daerah;
(2) ia akan berunding terlebih dahulu dengan pemerintah , karena ia tidak mau menjadi diktator;
(3) hendaknya ia diberi waktu untuk mengadakan persiapan-persiapan mengenai pemilihan umum.
Presiden Sukarno berpidato di hadapan para demonstran untuk menyampaikan prinsip-prinsipnya itu, menenangkan mereka dan akhirnya para demonstran membubarkan diri.
Petisi Para Perwira TNI AD
Setelah para demonstran bubar, serombongan perwira menengah Angkatan Darat yang dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) , Kolonel A.H. Nasution, menghadap kepada Presiden di Istana. Mereka menyampaikan permohonan kepada Presiden agar :
(1) kepala negara membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara sekarang ini dan membentuk DPR yang baru dalam tempo yang singkat, dengan memperhatikan kepentingan rakyat;
(2) mengistirahatkan anasir-anasir di DPRS yang sekarang ini, yang berkecenderungan negatif terhadap Angkatan Perang, dan mengambil tindakan terhadap pejabat-pejabat Angkatan Perang yang menyalahi kewajiban penyimpanan rahasia-rahasia Angkatan Perang;
(3) melanjutkan pelaksanaan perbaikan pimpinan Angkatan Perang dan penyempurnaan-penyempurnaan pertumbuhan Angkatan Perang ;
(4) menjaga ketertiban umum untuk menghindari kekacauan.
Presiden Sukarno menjawab akan memperhatikan apa yang telah disampaikan dalam tuntutan itu, dengan pesan agar Angkatan Perang dapat menjaga ketentraman umum . Presiden juga mengatakan akan mengadakan konsultasi mengenai hal ini dengan pemerintah dan mengusahakan selekas mungkin diadakannya pemilihan umum (Hisyam, 2004 : 74-76).
Selain di Jakarta tuntutan pembubaran Parlemen juga terjadi di Bandung pada bulan November 1952.
Ada pandangan bahwa peristiwa ini merupakan kudeta yang kedua sejak Indonesia merdeka. Kudeta yang pertama terjadi pada 3 Juli 1946 ketika Persatuan Perjuangan yang beroposisi melakukan penculikan terhadap PM Sjahrir dan anggota kabinet lainnya.
Latar belakang Peristiwa 17 Oktober 1952 ... (bersambung).
Komentar
Posting Komentar