Pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan


Pemberontakan Darul Islam dilancarkan oleh pasukan-pasukan gerilyawan Sulawesi Selatan yang tidak puas terhadap kebijakan pemerintah pusat.

Pada masa perang mempertahankan kemerdekaan, rakyat Sulawesi Selatan berhasil membentuk batalion Tengkorak 40.000 dan berjasa besar dalam peperangan melawan kekuasaan Belanda di sana. Atas keberhasilan batalion inilah Kahar Muzakar muncul sebagai tokoh pejuang yang terkenal. Atas prestasinya itu ia kemudian ditugaskan membentuk Komando Grup Seberang yang meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara dan Kalimantan. Ia diangkat sebagai komandan dengan pangkat letnan kolonel. Atas perintahnya, pasukan-pasukan gerilya seluruh Sulawesi Selatan dipersatukan dengan nama Kesatuan Gerilya Sulawesi  Selatan(KGSS). KGSS mengajukan tuntutan agar mereka diterima dalam angkatan perang RIS . Permintaan ini ditolak karena adanya program reorganisasi dan rasionalisasi dalam ketentaraan. Mereka yang lulus ujianlah yang diterima sebagai tenrara RIS.

Penolakan ini membuat mereka kecewa. Kekecewaan ini makin menjadi dengan adanya kenyataan bahwa pasukan Andi Aziz dari KNIL dilantik menjadi APRIS pada 30 Maret 1950. 

Kahar Muzakar  Angkat Senjata

KGSS memperkuat diri  dan anggotanya bertambah menjadi 15.000 orang. Kahar Muzakar ditugaskan oleh pemerintah pusat untuk menyelesaikan masalah ini. KGSS mengajukan permintaan supaya dibentuk suatu brigade bekas gerilyawan rakyat Sulawesi Selatan dengan nama Brigade Hasanuddin. Karena  permintaan ini ditolak, KGSS marah dan pada tanggal 2 Juli 1950 mereka menyingkir ke gunung-gunung. Kahar Muzakar ikut menyingkir bersama anak buahnya. Pemerintah mengeluarkan dekrit yang dinamakan Dekrit Kawilarang yang menyatakan bahwa KGSS dibubarkan. Sejak saat itu Kahar Muzakar mengangkat senjata.

Operasi Militer

Operasi-operasi militer dilancarkan oleh APRIS (Angkatan Perang RIS). Pada bulan November 1950, pemerintah memutuskan membentuk Corps Cadangan Nasional sebagai wadah bagi bekas gerilyawan Sulawesi Selatan.  Anggota-anggota KGSS ditempatkan pada kamp-kamp penampungan untuk nantinya dilantik sebagai Corps Cadangan Nasional. Akan tetapi kemudian terjadi perselisihan pendapat yang menyebabkan anggota-anggota KGSS menarik diri dan mengangkat senjata lagi. 

Bubarnya Corps Cadangan Nasional

Pada tanggal 17 Agustus 1951, pemerintah pusat membubarkan Corps Cadangan Nasional. Hal ini mengobarkan perlawanan gerilyawan Sulawesi Selatan . Para anggota KGSS yang menerima pembentukan Corps Cadangan Nasional kembali membelot dan bergabung dengan Kahar Muzakar. 

Republik Islam Indonesia

Pada tanggal 17 Agustus 1953, Kahar Muzakar memproklamasikan berdirinya Negara islam Indonesia di Sulawesi Selatan. Bersamaan dengan itu usaha menghubungi Kartosuwirjo dilakukan. 

Pemberontakan Darul Islam di Sulawesi Selatan berlangsung cukup lama. Pasukan Teritorium VII Sulawesi Selatan tidak mampu memadamkan pemberontakan ini. Bantuan didatangkan dari Divisi Brawijaya, tapi pemberontakan Darul Islam belum juga bisa dipadamkan. Baru setelah Divisi Siliwangi didatangkan, pemberontakan Kahar Muzakar dapat ditumpas. Kahar Muzakar mati tertembak pada tahun 1965 dan keamanan daerah Sulawesi Selatan dapat dikembalikan sepenuhnya (Masyhuri, 2004 : 238-239).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)