Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Maklumat Kesultanan Yogyakarta

Sehari setelah mendengar diproklamasikannya Republik Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersama dengan Sri Paduka Paku Alam VIII mengirim telegram ucapan selamat dan pernyataan dukungan terhadap Republik Indonesia. Tanggal 19 Agustus 1945, Sri Sultan dan Sri Paku Alam mengadakan sidang istimewa di gedung Sono Budoyo. Salah satu keputusan penting yang diperoleh dari sidang tersebut adalah dukungan penuh terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan tunduk pada perintah dari Jakarta, sebagai pusat pemerintahan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, Sri Sultan dan Sri Paku Alam mengirim surat ucapan selamat atas terpilihnya Soekarno dan Moh. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Sri Sultan dan Sri Paku Alam juga menyatakan berdiri di belakang kepemimpinan mereka berdua. Pernyataan tersebut kemudian disusul dengan maklumat resmi berisi pernyataan penggabungan diri Kesultanan Yogyakarta ke dalam pemerintahan Indonesia, tertanggal 5 September 1945. "Kami Ha...

Sri Sultan Hamengkubowono IX Mendukung Proklamasi

Tokoh kerajaan pertama yang mengucapkan selamat atas proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Sri Paku Alam VIII dari Keraton Yogyakarta.Sehari setelah mendengar diproklamasikannya Republik Indonesia, beliau bersama dengan Sri Paduka Paku Alam VIII mengirim telegram ucapan selamat dan pernyataan dukungan terhadap Republik Indonesia. Ucapan selamat ini disampaikan kepada Soekarno dan Hatta pada tanggal 18 Agustus 1945. Tanggal 19 Agustus 1945, Sri Sultan dan Sri Paku Alam mengadakan sidang istimewa di gedung Sono Budoyo. Salah satu keputusan penting yang diperoleh dari sidang tersebut adalah dukungan penuh terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan tunduk pada perintah dari Jakarta, sebagai pusat pemerintahan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, Sri Sultan dan Sri Paku Alam mengirim surat ucapan selamat atas terpilihnya Soekarno dan Moh. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Sri Sultan dan Sri Paku Alam juga menyatakan berdir...

Van Mook

Pada tanggal 1 September 1945, NICA ( Netherlands Indies Civil Administration), nama pemerintahan pelarian Belanda di Australia mendarat di Jakarta. Kepala pemerintahan NICA adalah Menteri H.J. van Mook yang berpangkat Letnan Gubernur Jenderal dan berkedudukan di Brisbane. Pemerintahan ini dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Jepang di Indonesia. Siapakah van Mook ? Hubertus  Johannes  Van Mook dilahirkan di Semarang pada  tanggal 30 Mei 1894. Ia menghabiskan waktu remajanya di Hindia Belanda dan menerima pendidikan dasar di Malang dan sekolah menengah di Surabaya. Kedua orangtuanya datang dari Belanda ke Hindia sebagai pengajar. Van Mook kemudian ke Leiden untuk belajar indologi antara 1916 hingga 1918. Sejak kuliah itulah gagasan tentang negara federal sudah muncul di kepalanya. Di kuliah itu ia mendapat pengaruh Snouck Hurgronje, orientalis terkenal sekaligus penasihat penting pemerintah kolonial Hindia dalam urusan-urusan yang terkait dengan warga bumipute...

NICA Mendarat Di Jakarta

NICA ( Netherlands Indies Civil Administration), nama pemerintahan pelarian Belanda di Australia sebagai penggganti pemerintahan Hindia Belanda yang menyerah tanpa syarat kepada pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942. Kepala pemerintahan NICA adalah Menteri H.J. van Mook yang berpangkat Letnan Gubernur Jenderal dan berkedudukan di Brisbane. Pemerintahan ini dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Jepang di Indonesia, jika tentara sekutu telah melucuti tentara Jepang yang menyerah dan telah selesai mengatur warga negara anggota Sekutu yang ditawan Jepang. Ketika tentara Ingris sebagai wakil Sekutu mendarat di Indonesia pada bulan September 1945, NICA membonceng pasukan Sekutu dengan memakai seragam pasukan tentara Inggris. Setelah tentara Inggris selesai bertugas membebaskan tawanan Jepang dan kemudian meninggalkan Indonesia pada tanggal 30 November 1946, NICA berhadapan langsung dengan pemerintah Republik Indonesia, dan demi tindakan pengamanan Belanda mengadakan dua kali...

Johannes Latuharhary Gubernur Pertama Maluku

Johannes Latuharhary lahir di Maluku Tengah, 6 Juli 1900 dan meninggal dunia di Jakarta pada 8 November 1959 di usia 59 tahun (tribunnewswiki.com, 18 Mei 2020). Setamat HBS di Salemba—sekolah yang sama dengan Agus Salim, Husni Thamrin, dan Douwes Dekker—Johannes Latuharhary alias Nani tidak masuk KNIL atau jadi pegawai negeri sipil kolonial. Bagi keluarga terpandang di Maluku, menurut Henriette Latuharhary alias Mans Muskita, derajat serdadu ada dibawah. Meski sulit dana, Nani berangkat juga ke Belanda. Ia dibantu Ambon Studiefond untuk membiayai kuliah dan ayahnya, Jan Latuharhary, rela jual rumah di kampung agar sang anak bisa berangkat kuliah hukum di Leiden. Jan Latuharhary yang lulusan Kweekschool (Sekolah Guru) di Ambon cukup paham artinya pendidikan tinggi bagi anak. Sebelum di HBS nan elite, ayahnya berjuang agar Nani Latuharhary bisa bersekolah di SD elite macam ELS. Di Leiden, Nani mengambil spesialisasi hukum adat. Di kampus itulah Prof. van Vollenhoven, yang sohor seba...

Gerungan Sam Samuel Jacob Ratulangie Gubernur Pertama Sulawesi

"Si tou timou tumou tou" (Manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia). Ratulangie lahir di Tondano, Sulawesi Utara, 5 November 1890 – putra dari Jozias Ratulangi dan Augustina Gerungan.  Jozias adalah seorang guru di Hoofden School (sekolah menengah untuk anak-anak- anak dari kepala desa di Tondano).  Ia menerima pelatihan guru di Haarlem, Belanda sekitar tahun 1880. Augustina adalah putri dari Jacob Gerungan, Kepala Distrik (Mayoor ) Tondano-Touliang. Setamatnya dari Sekolah Teknik Koningin Wilhelmina School (KWS) jurusan mesin di Jakarta, Ratulangie  bekerja pada pembangunan kereta api di Priangan Selatan. Perlakuan tidak adil pihak perusahaan terhadap dirinya karena statusnya sebagai karyawan bumiputra sangat menyinggung perasaannya. Ia kemudian keluar dari perusahaan  itu dan melanjutkan pendidikan dengan maksud melebihi kemampuan oran gBelanda  dalam penguasaan ilmu pengetahuan. Awal tahun 1912 ia berhasil memper...

Pangeran Muhammad Noor Gubernur Pertama Borneo

Muhammad Noor, lahir 24 Juni 1901, adalah keturunan keluarga kerajaan di Kalimantan Selatan yang merupakan cucu dari cucu Raja Banjar, Sultan Adam Al Watsiq Billah. Ketika duduk di HBS Surabaya dan THS Bandung (kini ITB), Noor berteman dengan Sukarno. Setamat THS, Noor bekerja di Departement Verkeer & Waterstaat (Perhubungan dan Pengairan), sampai Jepang datang ke Indonesia. Pada masa penjajahan, Muhammad Noor pernah menjadi wakil Kalimantan dalam Volksraad pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda menggantikan ayahnya, Pangeran Muhammad Ali. Dia menjadi wakil Kalimantan pada periode 1935-1939 dan masuk dalam Nationale Fractie yang dipimpin M. Husni Thamrin. Ia kemudian menjadi anggota Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) dan kemudian menjadi anggota PPKI. Gubernur Borneo Setelah Indonesia merdeka, ia ditunjuk menjadi Gubernur Propinsi Borneo (Kalimantan) seluruhnya oleh Presiden Sukarno. Karena kala itu Kalimantan masih diduduki Sekutu/NICA Belanda, ia berkedudukan d...

I Gusti Ketut Pudja Gubernur Pertama Sunda Kecil

I Gusti Ketut Pudja Adalah putra dari pasangan I Gusti Nyoman Raka dan Jero Ratna Kusuma yang lahir di Singaraja, Buleleng, pada tanggal 19 Mei 1908. I Gusti Ketut Pudja terlahir dari kalangan bangsawan yang membuatnya tidak begitu sulit untuk mendapatkan pendidikan. Hingga pada tahun 1934 ketia dia berusia 26 tahun berhasil mendapatkan gelar Meester in de Rechten dari Rechts Hoge School di Jakarta. Pudja akhirnya bekerja di sebuah kantor residen Bali dan Lombok di Singaraja. Pada zaman Jepang, ia diangkat oleh Kapten Kanamura dari AD Jepang untuk menjalankan kegiatan pemerintahan karesidenan di Singaraja sebagai redjikan dairi. Setelah AD digantikan oleh AL, ia diangkat sebagai giyosei komon (penasihat umum), cookan (kepala pemerintahan Sunda Kecil) sampai zaman kemerdekaan. Kiprahnya dalam politik nasional mulai terlihat ketika pemerintah Angkatan Darat XVI Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Dengan diketua oleh Ir. Soeka...

RMT Ario Soerjo Gubernur Pertama Jawa Timur

Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo (biasa dikenal dengan nama Gubernur Soerjo), lahir di Magetan, Jawa Timur, 9 Juli 1898. Beliau memasuki sekolah HIS (Holland Inlandsch School) di Madiun kemudian dilanjutkan OSVIA Madiun dan lulus mendapatkan diploma lalu melanjutkan sekolah ke Sekolah Pamong Praja (Bestuurschool) dan mendapatkan diploma kelulusannya. Dia sempat pula sekolah Polisi di Jakarta. RMTA Soerjo menikah dengan Raden Ajoe Siti Moestopeni putri dari Raden Mas Ario Hadiwinoto dari Ponorogo dan memiliki seorang putri bernama Raden Adjeng Siti Soeprapti..   Melalui besluit Kepala Departemen van Binnenlandsch Bestuur tanggal 22-8-1917 No. 1442/CII, dia ditunjuk sebagai pangreh praja di residensi Madiun. Kemudian melalui besluit residen Madiun, diangkat menjadi kontrolir Ngawi. Sejak itu beberapa jabatan yang diberikan melalui besluit residen Madiun diterima, seperti : Wedono, Mantri polisi, Assisten Wedono, dan lain-lain. Dari tahun  1938 hingga tahun 1943 ia menjabat Bup...

Raden Pandji Soeroso Gubernur Pertama Jawa Tengah

Raden Pandji Soeroso lahir di Porong, Sidoharjo, Jawa Timur pada 3 November 1893. Berpendidikan Kweeksschool atau Sekolah Guru pada tahun 1916, ia memulai kariernya sebagai pegawai kantor pengairan Probolinggo pada tahun 1913. Ia sempat menjadi pemimpin majalah Perserikatan Sekerja Pegawai Irigasi dan Waterstaat hingga tahun 1942. Pada tahun 1912-1942, ia menjadi ketua Vakcentrale Persatuan Verbond Pegawai Negeri dan Vakcentrale Persatuan Sarekat Pekerja Partikelir. Ia juga menjadi anggota Voksraad dan Badan Pekerja Volksraad Hindia Belanda (1912-1942). Selanjutnya ia menjadi anggota Dewan Provinsi Jawa Timur dan Dewan Kota Probolinggo dan Mojokerto merangkap sebagai Wakil Walikota. Aktif dalam PUTERA  sebagai ketua PUTERA di area Malang pun juga pernah dilakoni Soeroso, yang selanjutnya Soeroso di tunjuk sebagai wakil ketua BPUPKI pada tahun 1945 yang di ketuai oleh K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat. Menurut Handbook Pemerintahan Daerah (2018), Soeroso adalah Gubernur Provinsi Jawa...

Teuku Muhammad Hasan Gubernur Pertama Sumatra

Teuku Muhammad Hasan dilahirkan dengan nama Teuku Sarong pada tanggal 4 April 1906 di Sigli, Aceh. Dia adalah putra Teuku Bintara Peneung Ibrahim dengan Tjut Manyak. Ayahnya, Teuku Bintara Pineung Ibrahim adalah Ulèë Balang di Pidie (Ulèë Balang adalah bangsawan yang memimpin suatu daerah di Aceh). Setelah berumur delapan tahun, Teuku Muhammad Hasan mulai memasuki pendidikan formal, yakni Sekolah Rakyat (Volksschool) di Lampoih Saka pada tahun 1914. Pendidikan dasarnya ini ditempuh selama dua tahun. Pada tahun 1917, T.M.Hasan diterima di sekolah milik Belanda Europeesche Lagere School (ELS) dan diselesaikannya pada tahun 1924. Selepas menyelesaikan studinya di ELS, Hasan melanjutkan sekolah menengah di Koningen Wilhelmina School (KWS) di Batavia yang kemudian dilanjutkan dengan pendidikan di Rechtschoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) Batavia. Pada usia 25 tahun, T.M. Hasan memutuskan untuk bersekolah di Leiden University, Belanda. Selama di Belanda, dia bergabung dengan Perhimpunan I...

Soetardjo Kartohadikoesoemo Gubernur Pertama Jawa Barat

Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo lahir di Kunduran, Blora, Jawa Tengah, Rabu, 22 Oktober 1892 . Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo adalah putra seorang Assistant-Wedono di onder-distrik Kunduran, yaitu Kiai Ngabehi Kartoredjo. Sedangkan Ibunda Soetardjo, Mas Ajoe Kartoredjo, adalah keturunan keluarga pemerintahan dari Banten. Keluarga Soetardjo adalah keluarga pamong praja. Semua saudara laki-lakinya menjadi pegawai negeri, sedangkan yang perempuan menjadi istri pegawai negeri. Walaupun berasal dari keluarga pegawai pemerintahan yang terpandang, masa kecil Soetardjo banyak dilalui bersama masyarakat desa. Hal itu mengilhaminya di kemudian hari untuk menulis buku tentang desa. Soetardjo mengikuti Sekolah Jawa di Ngawi (1899) dan Sekolah Belanda di Blora (1900). Sumber lain mengatakan ia lulus Sekolah Belanda ELS (Europese Lagere School) di Tuban pada tahun 1906. Di akhir masa sekolahnya, Soetardjo mengikuti dan lulus ujian menjadi pegawai rendah (kleinambtenaarsexamen) pada 1906. Tetapi Soe...

Para Gubernur Indonesia Yang Pertama

Masih di bulan Puasa pada hari Minggu, 19 Agustus 1945, PPKI melakukan Sidang Kedua dengan acara Prioritas Program dan Pembicaraan tentang Susunan Daerah. Sukarno dan Hatta memimpin sidang yang dimulai pada pukul 08.30. Sukarno memberi kesempatan kepada Oto Iskandardinata sebagai Ketua Panitia Kecil menyampaikan laporan komisi mengenai beberapa prioritas program. Pertama, yang berkenaan dengan urusan rakyat. Kedua berhubungan dengan pemerintahan daerah. Ketiga, mengenai pimpinan kepolisian. Keempat, berhubungan dengan tentara kebangsaan. Terkait dengan pemerintahan daerah Okto Iskandar dinata kemudian menyampaikan hasil dari  Panitia Kecil  tentang Keputusan Komisi tentang Pangreh Praja di Jawa, sebagai berikut (1) Tanah Jawa dibagi dalam tiga daerah : Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa timur. Masing-masing dikepalai oleh seorang Mangkubumi  atau Gubernur, yang dibantu oleh Panitia Kebangsaan Daerah (Komite Nasional). Masing-masing daerah dibagi ke dalam beberapa Kadipa...

Pengerek Bendera

Abdul Latief Hendraningrat (1911-1983). Abdul Latief Hendraningrat   dilahirkan diJakarta , 15 Februari 1911 dan   meninggal di Jakarta , 14 Maret 1983 pada umur 72 tahun. Nama lengkapnya Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat. Ia berdarah ningrat Jawa dari pasangan Raden Mas Mochamad Said Hendraningrat dan Raden Ajeng Haerani. Ayah Latief adalah seorang demang atau wedana di wilayah Jatinegara. Sang ibunda wafat ketika Latief baru berumur satu tahun. Ayahnya menikah lagi dengan perempuan asal Garut. Latief kemudian punya tiga adik tiri, yaitu Rukmini, Rukmito Hendraningrat, dan Siti Salamah. Latief masih berkerabat dengan Ishak Tjokrohadisurjo, tokoh pergerakan yang turut mendirikan PNI bersama Sukarno. Ia merupakan cucu dari Djojo Dirono , bupati Lamongan yang memerintah pada tahun 1885-1937. Sebuah sumber mengatakan bahwa ia juga memiliki darah dari Ken Arok , Jaka Tingkir dan Mangkunegara I . Masa Muda Sejak muda, Abdul Latief Hendraningrat sudah turut dalam pe...

Juru Ketik Proklamasi

Saat perumusan naskah proklamasi, manuskrip ditulis oleh Sukarno kemudian diketik oleh Sayuti Melik. Naskah tulisan Sukarno diremas-remas dan dilempar ke keranjang sampah dan kemudian diambil B.M. Diah dan disimpannya dalam note book. Mohammad Ibnu Sayuti Melik (1908-1988). Melik lahir dilahirkan di Sleman 22 November 1908. Orang tuanya bernama Abdul Mu'in alias Partoprawito dan Sumilah. Dalam Biografi Sayuti Melik disebutkan pendidikan beliau di mulai dari Sekolah Ongko Loro (SD) di Srowolan Solo hanya sampai kelas 4 dan kemudian dilanjutkan di Yogyakarta (tirto.id). Sumber lain mengatakan ia menempuh pendidikan di Mambaul Ulum, selanjutnya ke sekolah guru (normal school) di Solo. Sejak itulah ia mulai tertarik pada pergerakan kemerdekaan. Ia melampiaskan antipatinya pada penjajahan melalui berbagai karangan yang ia kirimkan ke berbagai surat kabar dan majalah, dengan nama Si Kecil. Akibatnya ia dikeluarkan dari sekolahnya pada tahun 1924. Melik kemudian pindah ke Sem...