NICA Mendarat Di Jakarta

NICA ( Netherlands Indies Civil Administration), nama pemerintahan pelarian Belanda di Australia sebagai penggganti pemerintahan Hindia Belanda yang menyerah tanpa syarat kepada pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942. Kepala pemerintahan NICA adalah Menteri H.J. van Mook yang berpangkat Letnan Gubernur Jenderal dan berkedudukan di Brisbane. Pemerintahan ini dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Jepang di Indonesia, jika tentara sekutu telah melucuti tentara Jepang yang menyerah dan telah selesai mengatur warga negara anggota Sekutu yang ditawan Jepang.

Ketika tentara Ingris sebagai wakil Sekutu mendarat di Indonesia pada bulan September 1945, NICA membonceng pasukan Sekutu dengan memakai seragam pasukan tentara Inggris. Setelah tentara Inggris selesai bertugas membebaskan tawanan Jepang dan kemudian meninggalkan Indonesia pada tanggal 30 November 1946, NICA berhadapan langsung dengan pemerintah Republik Indonesia, dan demi tindakan pengamanan Belanda mengadakan dua kali agresi.

NICA secara resmi bubar ketika pemerintahan negara boneka, yang sering disebut Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), terbentuk dengan negara anggota, antara lain, Negara Jawa Tengah, Negara Pasundan,  Negara Jawa Timur, Negara Sumatra Timur, Negara Kalimantan Timur, Negara Sumatra Barat, dan Negara Malino (Indonesia Timur) (Sudiyono, 2004, 128).

Pada 1 September 1945 pekik Merdeka telah disahkan menjadi salam nasional resmi. Sedangkan kata ‘Bung’ menjadi sangat populer seperti sebutan Bung Karno dan Bung Hatta. Pada masa revolusi fisik itu, setiap kita berjumpa dengan kawan akan saling meneriakkan: ‘Merdeka Bung’. Pernah tentara NICA menembak mati seorang pemuda patriot di Kramat Raya, Jakarta Pusat, saat tanpa gentar meneriakkan ‘merdeka’, kata yang sangat dibenci oleh NICA.

Kalau para pemimpin bangsa berpacu dengan waktu untuk melengkapi negara RI yang baru mereka proklamirkan, maka dengan semangat kemerdekaan yang bergelora para pemuda patriot bangsa mulai melancarkan aksi-aksi dan kegiatan-kegiatan untuk menegakkan proklamasi Agustus 1945. Mereka mencetuskan dan melampiaskan gelora perasaannya melalui tulisan-tulisan dan corat-coret di trem-trem kota, di bus-bus, gerbong-gerbong kereta api, di pagar-pagar dan tembok-tembok. “Van Mook what are you doing,” Van Mook ngapain ke sini ? (republika.co.id,  10 November 2018).

Para pemuda  berdatangan Gedong Juang ’45 di Menteng Raya 31, Jakarta Pusat menyatakan siap diberangkatkan ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan berbagai daerah lainnya. Mereka membawa stensilan proklamasi kemerdekaan. Maklum ketika proklamasi 17 Agustus 1945, akibat hubungan komunikasi yang masih sangat sederhana belum banyak diketahui di daerah-daerah. Berkat jasa para pemuda ini, akhirnya Indonesia telah merdeka hanya dalam selang waktu dekat telah diketahui di seluruh Tanah Air.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)