Proses Islamisasi Nusantara

 Ada satu teori mengatakan bahwa Islamisasi di India mempermudah Islamisasi di Nusantara. Bedanya Islamisasi di India melaui perang tetapi di Nusantara lebih bersifat sukarela. Teori lain mengatakan bahwa runtuhnya Majapahit dan munculnya Malaka sebagai pesaing Majapahit menjadi kesultanan Islam memudahkan Islamisasi Nusantara (Rao). Bagaimana proses itu terjadi bisa diikuti pada karya Ma Huan berjudul Ying-yai Sheng-lan (1451), Tome Pires dalam laporannya berjudul Suma Oriental maupun beberapa kisah, hikayat maupun babad.
Berikut ini saya sarikan kisahnya :
1. Hikayat Raja-Raja Pasai. Naskah berbahasa Melayu yang disalin di Demak tahun 1814 menceritakan bagaimana Islam masuk ke Samudra. Dikisahkan Merah Silau bermimpi Nabi menampakkan diri kepadanya, secara ghaib memberi pengetahuan dan memberi gelar Sultan Malik as Salih. Setelah bangun Sultan bisa membaca Quran. Pengikutnya menjadi takjub. Kapal utusan dari khalifah di Mekah tiba dan Malik as Salih membaca syahadat maka kapten kapal itu yang bernama Syekh Ismail melantik Malik as Salih sebagai Sultan dengan tanda tanda kerajaan dan jubah kenegaraan dari Mekah.
2. Sejarah Melayu bertarikh 1612 bercerita mengenai masuk Islamnya raja Malaka. Raja ini bermimpi Nabi datang kepadanya, mengajari mengucapkan syahadat, memberi nama Muhammad. Setelah terjaga raja mendapati dirinya telah dikhitan secara ghaib dan mengulang ulang membaca syahadat sehingga keluarganya menganggapnya gila. Kapal dari Mekah tiba dan turunlah Sayid Abdul Aziz bersembahyang di pantai. Penduduk terheran-heran dan raja menjelaskan itu persis seperti dalam mimpinya. Para pejabat istana mengikuti raja memeluk Islam. Raja kemudian menyandang gelar Sultan Muhammad Syah.
3. Babad Tanah Jawi. Naskah ini menisbahkan pengislaman pertama orang Jawa pada kegiatan sembilan wali (wali sanga). Ada sepuluh nama yang disebutkan : Sunan Ngampel Denta, Sunan Kudus, Sunan Muriya, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Siti Jenar, Sunan Gunung Jati dan Sunan Walilanang. Yang kesepuluh adalah Sunan Bayat.
Wali adalah bahasa Arab yang berarti orang suci. Sunan dari bahasa Jawa mungkin dari kata suhunan ( yang dihormati). Beberapa wali adalah non Jawa. Beberapa menuntut ilmu di Malaka. Beberapa berhubungan secara komersial : anak angkat saudagar wanita, ada pegawai saudagar beras wanita, ada pedagang rumput.
Disebutkan bahwa Kalijaga adalah anak Tumenggung Wilatikta yang mengabdi pada Majapahit namun memiliki nama Said. Said kalah main judi dan menjadi perampok di pesisir utara. Sunan Bonang melewati daerah itu dan dihadang oleh Said. Bonang berkata akan lebih baik jika ia merampok orang berikutnya. Berikutnya muncul orang berpakaian serba biru dan memakai sekuntum bunga sepatu berwarna merah di telinganya. Sesungguhnya ia adalah Bonang. Saat Said menyerangnya Bonang merubah diri menjadi empat orang. Said terguncang dengan pengalaman itu sehingga dia meninggalkan jalan sesat dan hidup menjadi petapa. Kemudian dia memakai nama Kalijaga, menjadi wali dan kawin dengan saudara perempuan Sunan Gunungjati.
4. Sejarah Banten. Cerita asal usul Sunan Giri menjadi perhatian Sejarah Banten. Seorang suci asing bernama Molana Usalam datang ke Balambangan. Penguasa Balambangan mempunyai seorang putri yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan. Putri itu sembuh ketika Molana Usalam memberinya buah pinang untuk dikunyah. Putri kemudian dikawinkan dengan Molana Usalam. Namun ketika Molana meminta penguasa Balambangan untuk memeluk Islam penguasa itu menolaknya. Molana pergi meninggalkan Balambangan dan istrinya yang sudah hamil. Ketika putri itu melahirkan bayi laki-laki bayi itu dimasukkan ke dalam sebuah peti dan dibuang ke laut. Peti itu terdampar di Gresik. Bayi itu tumbuh menjadi muslim yang baik dan kelak menjadi Sunan Giri.
5. Ying-yai Sheng-lan (Peninjauan Umum tentang Pantai-pantai Samudra). Ada tiga macam penduduk di Jawa : orang muslim dari barat, orang Cina (beberapa diantaranya Muslim) dan orang Jawa yang menyembah berhala .Sebelum orang pesisir Jawa beragama Islam orang orang istana sudah memeluk Islam.
6. Suma Oriental. Sebagian besar raja raja Sumatra beragama Islam. Sebelah selatan Sumatra sampai pesisir barat masih non muslim. Jawa Barat belum menganut Islam bahkan memusuhinya. Jawa Tengah dan Jawa Timur masih dkuasai raja Hindu-Buda yang berada di Daha. Pesisir Surabaya sudah Islam. Tuban masih setia pada raja Hindu Buda. Beberapa raja Jawa di pesisir adalah orang Islam meski ada yang dari Cina, India, Arab, Melayu. Raja pesisir yang Muslim mengagumi dan mencontoh budaya istana Hindu Buda dan berusaha menyaingi sehingga dengan demikian mereka pun menjadi Jawa. Brunei mempunyai raja yang baru masuk Islam. Kalimantan yang lain masih non muslim, seperti halnya Madura Bali Lombok Sumbawa Flores Solor Timor. Sulawesi juga belum menganut Islam. Islam berkembang di Maluku. Ternate Tidore dan Bacan memiliki raja raja Muslim. Tidore dan Bacan menggunakan gelar raja tetapi Ternate menggunakan gelar sultan. Raja Tidore telah bernama Arab, Al Mansur (Ricklefs).
Perkembangan Islam juga dibantu oleh orang Campa. Pada saat perang Campa-Vietnam (1470-1471) Campa tidak dibantu Cina tetapi dibantu oleh kerajaan Islam Malaka dan Jawa. Kemudian banyak orang Campa bermukim di Malaka, Sumatra dan Jawa.
Reid menambahkan : Muslim memiliki dua keunggulan dibanding Hindu dan Buda yang dulu berkembang, yaitu keunggulan di bidang persenjataan seperti meriam buatan Turki yang digunakan Aceh dan keunggulan di bidang iman kepercayaan. Manakala sebuah kekuatan yang berkemauan teguh percaya pada takdirnya sendiri muncul di Asia Tenggara, baik Muslim maupun Kristen, niscaya dia akan mampu meraih kemenangan meski dengan jumlah pasukan tidak seimbang.
Penyebaran Islam di Nusantara secara kronologis : Quanzhou (1010), Campa (1030), Pasai (1290), Aceh (1400), Barus, Pariaman, Trengganu (1303), Malaka (1410), Gresik (1410), Ternate (1460), Mindanao, Cebu, Demak (1480), Brunei (1500), Manila (1500), Patani (1520), Cirebon (1525), Banten (1525), Ayuthaya (1540), Ambon (1544), Buton (1580), Makasar (1605), Lombok, Sumbawa, Pnompenh (1640).
Kehadiran Islam nyaris bersamaan dengan Kristen : Malaka (1511), Manila (1571), Makasar (1641), Ayuthaya (1662).
Kronologi saya ambil dari Peta yang dibuat Anthony Reid (Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, 2004).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)