Indonesisch Persbureau Kantor Berita Pertama Bumiputra

Indonesisch Persbureau disingkat IP merupakan kantor berita pertama yang didirikan oleh orang bumiputra. Pendirinya adalah R.M. Soewardi Soerjaningrat kemudian menjadi Ki Hadjar Dewantara (KHD). IP didirikan di Den Haag, Nederland, pada bulan November 1913. Saat itu KHD bersama E.F.E. Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo baru menjalani masa pembuangan.
IP pada mulanya dibuat sebagai sumber mata pencaharian pribadi karena tunjangan yang diberikan pemerintah Belanda kepada keluarga KHD kurang memadai. Dalam perkembangannya IP tidak hanya menjadi penyalur informasi melainkan juga sebagai alat propaganda dan perjuangan pergerakan Indonesia di Nederland.
Sebagai kantor berita IP menerbitkan buletin. Isinya diperoleh dari kiriman surat kabar dan majalah dari Indonesia. Buletin IP dikirimkan antara lain kepada para anggota Senat (Eerste Kamer) dan Parlemen (Tweede Kamer) serta pengurus partai-partai sehingga mereka menyadari apa yang sedang terjadi di Hindia Belanda (Indonesia).
IP bersama-sama perkumpulan mahasiswa Indonesia, Indische Vereniging (Perkumpulan Hindia) pernah menyelenggarakan pertemuan perdebatan antara mahasiswa Indonesia dan Belanda. IP juga pernah mengadakan pameran buku dan penerbitan pers yang memuat masalah-masalah Indonesia. IP bahkan pernah mengadakan pertunjukan kesenian. Indische Vereniging juga menerbitkan media perjuangannya yaitu majalah bulanan Hindia Poetera yang kelak berubah nama menjadi Indonesia Merdeka.
Empat tahun setelah KHD mendirikan IP di Belanda, pada tahun 1917 seorang wartawan Belanda bernama Dominique W. Berretty mendirikan kantor berita pertama di Indonesia bernama Aneta (Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap, Keagenan Umum Berita dan Telegraf).
Menurut Atmakusumah (2004:132), kantor berita pertama yang didirikan oleh orang bumiputra di Indonesia adalah Borpena (Borneo Pers en Nieuws Agentschap, Keagenan Pers dan Berita Borneo) baru ada tahun 1926. Borpen didirikan oleh seorang dari suku Dayak bernama Housman Babu di Banjarmasin. Borpen berubah nama menjadi Kalpena (Kalimantan Pers en Nieuws Agentschap) pada tahun 1928. Pada tahun 1932 Kalpena ditutup karena tidak mampu bersaing dengan Aneta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)