ISDV (Indische Sociaal Democratischee Vereniging

 ISDV (Indische Sociaal Democratischee Vereniging)
Pada tahun 1848 Marx dan Engels mencetuskan Manifesto Komunis yang menguraikan bahwa di dunia ini ada dua golongan yaitu yang tertindas (proletar, buruh) dan yang menindas (borjuis). Keduanya selalu terlihat di dalam perjuangan yang tak berkeputusan dan tidak mengenal damai. Kaum buruh hanya mendapat perbaikan nasib jika ia sanggup menghilangkan perbedaan kelas melalui perjuangan kelas yang tidak menafikan kekerasan. Akhirnya Marx berseru : "Kaum proletar seluruh dunia bersatulah". Pikiran ini lazim disebut pikiran yang revolusioner-sosialistis.
Ide Marx sangat berpengaruh di Eropa dan mempengaruhi buruh Eropa. Di Belanda muncul partai buruh Sociaal Democratische Arbeiders Partij (SDAP) atau Partai Buruh Sosial Demokrat. Para anggota SDAP inilah yang pertama kali menaburkan benih-benih Marxisme di Hindia Belanda sebelum Perang Dunia I dengan tokohnya yang terkenal antara lain H.J.F.M Sneevliet.
Di Indonesia Sneevliet mula-mula bekerja sebagai anggota staf redaksi Soerabajaasch Handelsblad. Tidak lama kemudian ia pindah ke Semarang dan menjadi sekretaris pada Semarangsche Handelsvereniging.
Saat itu Semarang adalah pusat VSTP (Vereniging van Spoor en Tramweg Personeel), serikat buruh tertua di Indonesia. Seneevliet membuat VSTP menjadi radikal. Pada tanggal 9 Mei 1914 atas prakarsa Sneevliet, B.J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, P. Bergsma dan Semaun, didirikanlah ISDV (Indische Sociaal Democratischee Vereniging) atau Ikatan Sosial Demokrat Hindia di Semarang. Pada tahun 1915 ISDV menerbitkan majalah Het Vrije Woord dengan dewan redaksi Sneevliet, Bergsma dan Ir. Adolf Baars.
Karena kala itu sosialisme belum populer, para pemimpin ISDV yang berbangsa Belanda mendekati serdadu dan pegawai Belanda, sedang Semaun yang pribumi merembes ke perkumpulan yang berhaluan nasional seperti Insulinde lalu Sarekat Islam. Sneevliet mendekati serdadu Belanda, Brandsteder mendekati angkatan laut dan Ir. Adolf Baars dan van Burik mendekati pegawai negri bangsa Belanda.
Mula-mula ISDV bersekutu dengan Insulinde. Tetapi karena tidak mencapai tujuannya, kerja sama mereka bubar setelah satu tahun. Kemudian ISDV mengalihkan perhatian ke Sarekat Islam yang merupakan kekuatan raksasa di dalam pergerakan nasional karena pada tahun 1916 SI memiliki anggota ratusan ribu orang. Taktik infiltrasi yang dilakukan adalah "block di dalam", dengan itu ISDV berhasil menyusup ke dalam SI. Caranya menjadikan anggota ISDV sebagai anggota SI dan begitu pula sebaliknya. Dalam waktu singkat SI Cabang Semarang sudah berada di bawah pengaruh ISDV.
Sasaran infiltrasi selanjutnya terutama ditujukan pada CSI (Centraal Sarekat Islam) yang pada tahun 1915 berada di Surabaya. Tokoh-tokohnya antara lain H.O.S. Tjokroaminoto, Abdul Muis, H. Gunawan, H. Samanhudi, W. Wondoamiseno, H. Agus Salim, Sosrokardono dan Surjopranoto. Pusat perdebatan politik waktu itu adalah rumah H.O.S. Tjokroaminoto di Paneleh Gang VII Surabaya.
Sejak itu ISDV membawa SI ke haluan kiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)