Ki Hadjar Dewantara dan Konsep Pendidikannya
Ki Hadjar Dewantara (KHD), putra Paku Alam III, dilahirkan di Yogyakarta 2 Mei 1899 dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Tidak menyelesaikan sekolah guru (Kweekschool) ia justru pindah ke STOVIA (School tot Opleiding van Indiche Artsen)di Jakarta tapi tak selesai karena orang tuanya tidak mampu membiayai. Tahun 1912 ia menjadi redaksi De Express yang dipimpin E.F.E. Douwes Dekker di Bandung sambil menjadi anggota BO (Boedi Oetomo), SI (Sarekat Islam) dan mendirikan partai revolusioner Indische Partij bersama Dekker dan Tjipto pada tahun 1912. Karena tulisannya "Als ik een Nederlander was" (Jika aku orang Belanda) ia dkk dibuang ke Belanda. Tapi justru di sanalah ia mendapatkan ijazah gurunya. Selain itu ia pun mendirikan Indonesische Persbureau yang menjadi tempat berkumoul mahasiswa Indonesia di Belanda. Ia juga menjadi redaktur Hindia Putra yang diterbitkan Indische Vereniging yang kemudian menjadi Perhimpunan Indonesia. Tahun 1919 ia kembali ke Indonesia dan menjadi ketua Nationaal Indische Partij, tapi sejak tahun 1921 ia terjun sepenuhnya ke dunia pendidikan dengan menjadi guru karena yakin bahwa pendidikan adalah satu-satunya cara meningkatkan taraf hidup rakyat. Apabila sebelumnya ia mengajar di sekolah Adi Darmo milik kakaknya yakni RM Soerjopranoto, maka pada tahun 1922 ia mendirikan Taman Siswa dengan sistem "among" (asuh) di mana guru adalah sebagai "pamong" (pengasuh). Dalam pergerakannya Taman Siswa mendapat dukungan dari Sarasehan Selasa Kliwon. Prinsip sistem pendidikan among adalah : "Ing ngarso sung tuladha" (Di depan memberi keteladanan) , "Ing madya mangun karsa" (di tengah membangun karsa) dan "Tut wuri handayani" (dari belakang memberdayakan). Di zaman Jepang KHD memimpin Putera (Pusat Tenaga Rakyat) bersama Bung Karno, Bung Hatta dan Kiai H. Mas Mansyur. Mereka berempat disebut Empat Serangkai. Kemudian setelah Indonesia merdeka KHD menjadi Mentri Pengajaran pada kabinet pertama. Ia wafat tahun 1959 dan hari kelahirannya (2 Mei) diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Komentar
Posting Komentar