Tjipto Mangoenkoesoemo
Tjipto Mangoenkoesoemo adalah seorang dokter,politiku s, wartawan dan demokrat sejati. Ia lahir di di Jepara (1886), bapaknya Kepala SD di Ambarawa dan Semarang. Tjipto kuliah di STOVIA dan setelah menjadi dokter bertugas di Banjarmasin dan Demak. Ia keluar dari BO (Boedi Oetomo) karena tidak setuju dengan garis politik BO yang mempertahankan budaya dan bahasa Jawa. Setelah itu ia mendirikan Indische Partij bersama Douwes Dekker dan Ki Hadjar Dewantara. Trio tersebut terkenal denmgan sebutan Tiga Serangkai. Tiga Serangkai ini memiliki pengaruh kuat dalam menguatkan nasionalisme pada umumnya dan nasionalisme Bung Karno pada khusunya, saat ia masih menjadi mahasiswa THS di Bandung. Tjipto juga bisa dianggap sebagai mentor Bung Karno. IP yang didirikan oleh Tiga Serangkai pada tahun 1912 merupakan parpol pertama dan tertua di Hindia Belanda. Setelah IP dibubarkan, Tjipto dan KHD dibuang ke Banda dan Bangka kemudian ke Belanda (1913). Di Belanda Tjipto menerbitkan majalah De Indier. Saat mereka pergi ke Berlin (1914) memenuhi undangan Douwes Dekker, ia dan KHD ditangkap polisi Jerman karena dianggap spion Jepang, pasalnya mereka berdua bercakap-cakap dalam bahasa Jawa. Atas usaha Nyi Hadjar dari Den Haag akhirnya mereka berdua dibebaskan. Kembali ke Indonesia, Tiga Serangkai mendirikan NIP (Nationaal Indische Partij) yang tak lama kemudian bubar. Belakangan Tjipto dituduh terlibat dalam pemberontakan komunis tahun 1926 sehingga ia dibuang ke Banda. Di sana ia kemudian bertemu dengan Hatta dan Sjahrir yang didatangkan dari Boven Digul. Saat PD II Tjipto memihak Sekutu karena Jepang dianggapnya totaliter. Pemihakan Tjipto kepada Sekutu dicela oleh Parindra. Tahun 1940 ia dipindah dari Banda ke Makassar lalu Sukabumi. Saat Jepang datang ia dipindahkan ke Jakarta dan wafat pada tahun 1943. Jenazahnya dibawa dengan kereta api dan dimakamkan di Ambarawa. Ia meninggalkan seorang istri bernama Mien de Vogel (seorang Indo), yang merupakan aktivis IP Solo. Mereka memiliki tiga anak angkat : Pesiati, Ronald dan Paul. Pesiati adalah anak yatim piatu yang ditinggal orangtuanya yang menjadi korban wabah pes di Malang. Pesiati diangkat anak olehnya saat ia menjadi dokter relawan. Adapun Ronald dan Paul diangkat anak setelah ia menikah dengan Mien de Vogel.
Komentar
Posting Komentar