S e m a u n

Di bawah Semaun Sarekat Islam Cabang Semarang mengambil garis anti kapitalis yang kuat. Cabang ini menentang kampanye Indië Weerbaar, menentang gagasan duduk dalam Volksraad dan dengan sengit menyerang kepemimpinan CSI (Central Sarekat Islam).
Semaun (1899-1971)adalah seorang buruh kereta api yang pada tahun 1914 menjadi anggota SI cabang Surabaya. Tahun 1915 ia pindah ke Semarang di mana Sneevliet aktif dalam Serikat Buruh Kereta Api dan Trem (VSTP). Kini Semaun juga bergabung dengan ISDV (Ikatan Sosial Demokrat Hindia). Di bawah pengaruh Semaun SI (Serikat Islam)Semarang yang beranggota lebih dari 20.000 orang mengambil garis anti kapitalis yang kuat. Setelah huruhara tahun 1919 di Surakarta dan Tolitoli para pemimpin Central SI dan ISDV ditangkap dan diadili. ISDV kini berada di tangan Semaun dan Darsono seorang pemuda bangsawan Jawa. Anggotanya hanya 269 tapi sebagian besar adalah orang pribumi. Tahun 1920 ISDV menjadi Perserikatan Komunis Hindia. Setelah adanya "disiplin partai" di tubuh SI tahun 1921, Semaun tersingkir dari SI. Ia kemudian meninggalkan Indonesia menuju Uni Sovyet. Tahun 1922 ia kembali ke tanah air tapi tahun 1923 Semaun dibuang ke Eropa bersama Sneevliet dan Bergsma. Di Belanda mereka bertiga menerbitkan koran Pandu Merah. Ia pun menghadiri Kongres Liga Antiimperialisme dan Kolonialisme di Brussel bersama Mohammad Hatta (1927). Dalam majalah Recht en Vrijheid yang diterbitkan Liga, nama Semaoen tercantum bersama Hatta, Nehru dan Tjipto. Dalam kerangka strategi perjuangan ia membuat kesepakatan dengan Hatta, bahwa kelak kaum nasionalis yang akan memegang pimpinan negara Indonesia merdeka. Karena kesepakatan tersebut, ia dipaksa Komunisme Internasional ( Komintern ) untuk mencabutnya. Sejak itu reputasinya di kalangan kaum komunis terus melorot. Selanjutnya ia menetap di Rusia dan menikah dengan wanita Rusia. Atas campur tangan Adam Malik yang menjadi duta besar di Uni Soviet, Semaoen bisa kembali ke Indonesia tahun 1956. Namun ia tidak bergabung dengan PKI melainkan dengan Partai Murba. Ia pun kemudian menjadi penasihat pribadi Perdana Menteri Djuanda, anggota Badan Penertiban Aparatur Negara dan Dewan Perancang Nasional. Ia pun menjadi dosen mata kuliah Ekonomi di Universitas Padjadjaran . Ia wafat tahun 1971 dan dimakamkan di Gununggangsir, Jombang, dengan menyandang Bintang Mahaputra III.
Semaun menulis novel "Hikajat Kadiroen". Semaoen juga menulis buku ekonomi yang seingat saya berjudul : "Postulat Ekonomi Indonesia ... dst." Di buku tersebut Semaoen bergelar Prof. Dr (Hc).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

B.M. Diah

PSII di Zaman Jepang

UNCI (United Nations Commission on Indonesia)