Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Poedjangga Baroe.

Poedjangga Baroe (PB) adalah majalah bulanan kebudayaan umum dan kesusastraan yang terbit pertama kali bulan Juli 1933. Pimpinan majalah ini adalah Armijn Pame dan Sutan Takdir Alisjahbana dengan pembantu tetap Sanusi Pane, Dr Mandank, Amir Hamzah dan Ipih A. Hadi. Semboyan majalah inu semula "majalah kesustraan dan bahasa" lalu pada tahun 1935 menjadi "pembawa semangat baru dalam kesusastraan, seni, kebudayaan dan soal masyarakat umum" dan akhirnya pada tahun 1936 menjadi "pembimbing semangat baru yang dinamis untuk membentuk kebudayaan baru, kebudayaan dan persatuan." Setelah terbit bulanan PB, kaum muda beramai-ramai menulis dalam wadah baru yang menampung suara-suara baru dalam kesusastraan. Mereka menulis puisi baru berbentuk soneta, kwartrin, prosa berirama, atau tonil (drama), cerita pendek, kritik sastra, roman baru, esai dan sebagainya. Majalah ini mendapat reaksi keras dari para penulis tua yang tradisional. Hasil menyolok majalah ini adalah...

Partai Islam Indonesia (PARII)

PARII lahir sebagai reaksi terhadap skorsing PSII terhadap Dr Soekiman dan kawan-kawan pada tahun 1932. Cabang-cabang yang tidak menyetujui tindakan PSII itu membentuk panitia yang disebut Persatuan Islam Indonesia dengan dasar Islam, nasionalisme dan swadaya. Panitia ini bekerjasama dengan PSII Merdeka Yogyakarta membentuk Partai Islam Indonesia (PARII) di bawah pimpinan Dr Soekiman dan Wali Alfatah. Selama setahun sejak berdirinya, PARII tidak melakukan kegiatan sampai muncul kembali pada tahun 1938 dengan singkatan baru PII dengan tokohnya antara lain Wiwoho, Dr Soekiman, Ahmad Kasmat, Wali Alfatah, Kiai Mas Mansoer, Kiai Haji Hadikoesoemo, Abdul Kahar Muzakkir, Kiai Haji Faried Ma'roef dan Haji Muhammad Rasjidi. Pendukung utama partai ini adalah kalangan Muhammadiyah (Effendi, 2004: 201).

Perpecahan Dalam PSII

Setelah Aksi Umum yang keras, pada tahun 1932 terjadi perpecahan pada PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia), antara kelompok Tjokroaminoto-A gus Salim dan kelompok Sukiman- Suryopranoto. Kelompok Tjokroaminoto-A gus Salim yang menekankan asas agama mendapat tantangan dari kelompok Sukiman-Suryopr anoto, yang lebih mengutamakan masalah kebangsaan. Konflik ini memuncak dengan dikeluarkannya kelompok Sukiman dari PSII pada akhir tahun 1932. Pada bulan Mei mereka mendirikan PARII (Partai Islam Indonesia). Sampai tahun 1934, Tjokroaminoto dan Agus Salim masih tetap duduk sebagai pemimpin puncak partai, dan PSII masih memiliki 140 cabang di seluruh Indonesia. Setelah Tjokroaminoto meninggal dunia tahun 1934, perpecahan di tubuh PSII makin menjadi-jadi. Abikusno Tjokrosuyoso naik menggantikan Tjokroaminoto dan memegang kekuasaan tertinggi dalam Lajnah Tanfidhyah, sedangkan Agus Salim memegang Dewan Partai. Hubungan pribadi keduanya kurang mesra, sehingga timbul ketegangan antara mereka. Kete...

Parindra

Setelah tahun 1934 gerakan antikolonialism e radikal yang didasarkan pada asas nonkooperasi benar-benar padam. Tetapi metode-metode yang bersifat kooperasi belum sepenuhnya tertutup. Pada bulan Desember 1935 partai-partai yang moderat berfusi. Partai Indonesia Raya (Parindra) yang didirikan pada akhir tahun 1935 ini merupakan hasil fusi dari Budi Utomo, PBI (Pesatuan Bangsa Indonesia), dan beberapa organisasi kecil lainnya, seperti Kaum Betawi, Tirtajasa, Sarekat Sumatra, Kaum Minahasa dan lain lain. Parindra semula menganut asas perjuangan kooperasi dan mengirim wakil-wakilnya dalam Dewan Volksraad. Di bawah kepemimpinan Dr Raden Soetomo, Mohammad Hoesni Thamrin, Mr Soesanto Tirtoprojo, Soekardjo Wirjopranoto dan Woerjaningrat, Parindra menjadi partai yang berpangaruh di dalam Volksraad. Kegiatan sosial organisasi ini antara lain menumbuhkan perkumpulan kerjasama antara petani, mendirikan bank yang memberikan pinjaman dengan bunga ringan kepada petani. Pada tahun 1937 Parindr...

Persatuan Bangsa Indonesia

PBI lahir di Surabaya pada bulan Januari 1931 sebagai hasil reorganisasi Indonesische Studieclub, mengingat makin rumit dan makin meluasnya permasalahan yang ditangani klub belajar yang dipimpin oleh Dr Sutomo itu. Tujuan kerjanya adalah memajukan rakyat dan tanah air atas dasar nasionalisme Indonesia. Pada tahun 1932 PBI telah menambah cabangnya dari 15 menjadi 30 dan memiliki pengaruh cukup besar di kalangan masyarakat. PBI mengusahakan penyediaan lapangan kerja; meningkatkan kerajinan rakyat, perdagangan dan industri, pertanian, koperasi, pendidikan dan peningkatan kesehatan rakyat. PBI menghasilkan lembaga-lembaga  penting seperti poliklinik, Gedung Nasional Indonesia, bank desa, Bank Nasional Indonesia dan sejumlah koperasi. Sewaktu masih berbentuk klub studi, pada tahun 1930 PBI mendirikan Persatuan Koperasi Indonesia dan sebuah kamar dagang bernama Majelis Saudagar. Pada tahun 1932 PBI mendirikan Kahuripan, sebuah badan pelengkap dan pengawas, sebuah kantor penyimpana...

ZEVEN PROVINCIËN

Suatu pemberontakan meletus di atas kapal angkatan laut Zeven Provinciën milik Belanda pada tanggal 5 Februari 1933 ketika kapal tersebut berada di lepas pantai Sumatra. Penyebabnya adalah penurunan gaji semua pegawai pemerintah sebanyak 17% yang diumumkan pada tanggal 1 Januari 1933. Penurunan itu merupakan bagian usaha pemerintah untuk memperkecil jurang antara pendapatan dan pengeluaran ketika depresi ekonomi menyebabkan pendapatan pemerintah menurun secara drastis. Kebijaksanaan ini tidak dapat diterima oleh pegawai pemerintah, baik yang berkebangsaan Eropa, Indonesia maupun Eurasia. Pemberontakan itu dapat diatasi dengan pemboman melalui pesawat udara angkatan laut Belanda. Insiden itu mengakibatkan terkejutnya lapisan tertinggi pemerintah Belanda. Dua hari setelah kerusuhan itu, suatu pawai kesetiaan dilangsungkan di depan istana gubernur jenderal di Jakarta. Pada kesempatan itu Gubernur Jenderal de Jonge mengucapkan pidato mengenai pelajaran yang bisa diambil dari kerusuh...

Lukman

Pada bulan September tahun 1932, pemerintah mengumumkan suatu Wilde Scholen Ordonnantie (Peraturan Sekolah-sekolah  Liar). Wilde Scholen Ordonnantie (Peraturan Sekolah-sekolah  Liar) mengharuskan adanya izin dari pihak penguasa sebelum sebuah sekolah swasta yang tidak mendapat subsidi pemerintah (yang menempatkan suatu sekolah di bawah pengawasan pemerintah) dapat didirikan. Timbullah protes yang bersifat nasional atas campur tangan terhadap sekolah-sekolah  swasta ini. Salah satu pengunjuk rasa adalah seorang anak laki-laki berusia 16 tahun bernama Lukman. Ia pun harus mengikuti ayahnya dibuang ke Digul. MH Lukman adalah orang kedua (setelah Aidit) dalam kepemimpinan PKI, lahir di Tegal 1920, Wakil Ketua DPR-GR tapi hidup miskin. Istrinya sempat menjual celana milik Lukman untuk bisa membeli daging ayam. Tantiana putrinya bersaksi seumur-umur baru sekali makan di restoran. Itupun hanya membeli 3 porsi bakso untuk berlima tanpa tambahan untuk memesan minuman. MH di depan ...

Wilde Scholen Ordonanntie

Wilde Scholen Ordonnantie (Peraturan Sekolah-sekolah  Liar). Pada bulan September tahun 1932, pemerintah mengumumkan suatu Wilde Scholen Ordonnantie (Peraturan Sekolah-sekolah  Liar). Wilde Scholen Ordonnantie (Peraturan Sekolah-sekolah  Liar) mengharuskan adanya izin dari pihak penguasa sebelum sebuah sekolah swasta yang tidak mendapat subsidi pemerintah (yang menempatkan suatu sekolah di bawah pengawasan pemerintah) dapat didirikan. Timbullah protes yang bersifat nasional atas campur tangan terhadap sekolah-sekolah  swasta ini, justru tepat pada waktu sistem sekolah pemerintah dibatasi karena alasan alasan keuangan. Ki Hadjar Dewantara dari Taman Siswa memimpin suatu kampanye nasional bersama-sama dengan kelompok-kelomp ok Islam. Setiap organisasi Indonesia yang penting seperti Budi Utomo pun bergabung dengan kaum oposisi. Volksraad mengecam peraturan itu dan pasa tahun 1932 menolak anggaran belanja pendidikan penerintah sebagai protes. Pada tahun 1933, Gubern...

Vaderlandse Club

Sebelum berlanjut pada perjalanan sejarah Indonesia dan tokoh-tokohnya yang luar biasa, saya ingin mengajak pembaca untuk mengetahui reaksi sebagian orang Belanda atas munculnya partai partai nasional. Pada tahun 1929, orang-orang reaksioner Belanda membentuk organisasi yang dinamakan Vaderlandse Club (VC). Organisasi politik ini berhaluan ekstrim kanan atau konservatif. Pendirinya adalah Zentgraaf, yang menganjurkan pemerintah Hindia Belanda agar memperkuat kehidupan nasional Belanda untuk menghadapi tuntutan-tuntut an "gila" dari gerakan nasionalisme Indonesia. Anggotanya terdiri atas golongan Eropa/Belanda yang membela kepentingan kaum pengusaha . Para pengusaha yang umumnya terdiri atas orang-orang Eropa/Belanda memang merasa khawatir dengan meningkatnya gerakan nasional yang ingin memisahkan diri dari negeri Belanda. Menurut mereka, jika ini terjadi, perusahaan perdagangan mereka akan hancur. VC menolak tegas pergerakan nasional yang ingin menggulingkan pemerintah Hin...

Rangkayo Rasuna Said (1920-1965)

Kaum ninik mamak dan pemerintah kolonial mencurigai sepak terjang Permi. Pada tahun 1933 propagandis wanita Permi ditangkap. Fatimah Hatta dan Ratna Sari ditahan. Rasuna Said dan Rasimah Ismail dipenjarakan sembilan bulan di Semarang. Delapan guru Thawalib dilarang mengajar. Iljas Yakub, Muchtar Luthfi dan Jalaluddin Thaib dibuang ke Digul. Jumlah aktivis Permi yang ditangkap berjumlah 55 orang, 10 orang diantaranya perempuan (Hisyam, 2004: ). Maaf karena biografi tokoh tokoh Permi yang lain tidak saya dapatkan, hanya Rangkayo Rasuna Said inilah yang saya sampaikan pada para pembaca. Lema ini saya dapatkan pada ENI Vol. 14 hal 103. Rangkayo dilahirkan di Maninjau. Setelah menyelesaikan sekolah desa di Maninjau, Rasuna Said melanjutkan ke Diniyah School, Padang. Di samping itu, ia belajar di sekolah rumah tangga anak-anak perempuan dan di sekolah Thawalib. Pada masa pergerakan kemerdekaan, Rangkayo bergabung dengan Sarekat Rakyat dan menjabat sekretaris cabang organisasi itu, kemudian i...

Permi (Persatuan Muslimin Indonesia)

Reaksi pimpinan Islam terhadap perkembangan nasionalisme sekuler tersebut pada umumnya bersifat memusuhi. Para pemimpin Islam modernis mencela nasionalisme. Mereka pada dasarnya tidak dapat memahami bagaimana di sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sesuatu selain Islam dapat secara serius diajukan sebagai dasar persatuan. Hanya di Minangkabaulah ada usaha yang serius untuk mempersatukan Islam dan nasionalisme. Mahasiswa-mahas iswa Minangkabau yang berada di Kairo mulai menyangsikan manfaat ide-ide Pan Islamisme. Keraguan ini diperkuat dengan gagalnya konferensi-konf erensi kekhalifahan yang diselenggarakan  di Kairo (Mei 1926) dan Mekah (Juni 1926). Iljas Yakub dan Muchtar Luthfi pulang ke Minangkabau masing masing pada tahun 1929 dan 1931. Mereka mengambil alih pimpinan atas Permi (Persatuan Muslimin Indonesia) yang didirikan bulan Mei 1930 dengan slogan "Islam dan Kebangsaan." (Ricklefs, 2003: 392). *** Permi adalah partai politik yang berdiri tahun 1...

Mohammad Natsir (Datuk Sinaro Panjang)

Reaksi pimpinan Islam terhadap perkembangan nasionalisme sekuler pada umumnya bersifat memusuhi. Orang Minangkabau bernama Mohammad Natsir, tampil pada kurun ini sebagai seorang ahli polemik Islam yang terkemuka. Natsir lahir di ranah Minang tahun 1908. Setelah menamatkan pendidilan di AMS pada tahun 1930, Natsir giat di bidang pendidikan/ perguruan, sambil membantu berbagai majalah serta surat kabar. Ia menggunakan nama pena A. Muchlis pada banyak tulisannya yang ia kirim ke Panji Islam dan Pedoman Masjarakat, dua mingguan Islam terkemuka di Medan pada masa sebelum perang. Sebagai pemuda, Natsir terjun dalam gerakan massa, antara lain bergabung dalam Jong Isamieten Bond dan Persatuan Islam. Ia juga giat dalam Partai Islam Indonesia yang didirikan Dr Soekiman Wirjosandjojo dan Wiwoho Purnohadidjojo.  Ia pun duduk sebagai anggota MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia), yang dalam masa pendudukan Jepang menjadi Majlis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Sejak tahun 1949 Natsir selalu te...

Reaksi Terhadap Nasionalisme Sekuler

Perpecahan dalam nasionalisme sekuler dilambangkan oleh perbedaan pemimpin mereka : di satu pihak muslim abangan Jawa yang romantis dengan naluri-naluri kerakyatan, di pihak lain seorang Minangkabau elite dan sangat intelektual, seorang muslim yang saleh namun tak kurang teguhnya memegang doktrin-doktrin  politik sosialis yang bersifat sekuler. Reaksi pimpinan Islam terhadap perkembangan nasionalisme sekuler tersebut pada umumnya bersifat memusuhi. Orang Minangkabau lainnya, Mohammad Natsir, tampil pada kurun ini sebagai seorang ahli polemik Islam yang terkemuka. Para pemimpin Islam modernis mencela nasionalisme karena paham ini merupakan ide manusia padahal Islam merupakan wahyu dari Tuhan. Paham nasionalisme memecah-belah umat Islam sedunia. Paham ini pun berasal dari Eropa serta menimbulkan perang dan imperialisme bagi Barat. Mereka pada dasarnya tidak dapat memahami bagaimana di sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sesuatu selain Islam dapat secara serius di...

Pakempalan Kawula Ngayogyakarta

Ada yang nyaris terlewat dalam pencatatan sejarah Indonesia yaitu mengenai keberadaan PKN. Saya dapatkan dari tulisan Ricklefs, A History of Modern Indonesia c. 1200 (2005:389-390). Pada bulan Juni 1930, seorang tokoh kharismatik, seorang pangeran yang sangat tradisional dan kurang berpendidikan dari Yogyakarta, Pangeran Surjodiningrat,  mendirikan PKN (Pakempalan Kawula Ngayogyakarta),  perkumpulan warga Yogyakarta. Perpaduan antara banyaknya keluhan kaum tani selama Depresi dan daya tarik seorang pemimpin berdarah bangsawan telah memberi PKN kekuatan yang tidak dimiliki oleh gerakan-gerakan  terpelajar perkotaan. Pada bulan Mei 1931, PKN mempunyai anggota lebih dari 100.000 orang di Yogyakarta; dan pada bulan Agustus 1939, organisasi itu mempunyai anggota 260.000 orang. Dengan demikian anggotanya di wilayah Yogyakarta sama dengan jumlah anggota Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Karena aktif membela kepentingan kaum tani, maka PKN mulai menjadi semacam pemerintahan baya...

Kongres Al-Islam

Ketika organisasi-orga nisasi kebangsaan membentuk federasi dalam memperjuangkan cita-cita kebangsaannya, Partai Sarekat Islam (PSI) ikut menggabungkan diri. Satu tahun kemudian (1929) PSI berubah menjadi PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia) karena menguatnya cita-cita Indonesia Raya. Dalam susunan organisasi yang baru, organisasi pusat terdiri : 1. Dewan Partai (Majlis Tahkim) yang dibentuk oleh kongres partai dan diketuai Tjokroaminoto bersama Agus Salim dan Surjopranoto; 2. Lajnah Tanfidhyah yang bertanggungjawa b kepada Dewan Partai, bertugas sebagai dewan eksekutif selama masa antara dua kongres, diketuai oleh Sangaji dan dr Sukiman sebagai ketua muda. Pada akhir tahun 1930, PSII keluar dari PPPKI akibat timbulnya pertentangan-pe rtentangan dengan kaum muda nasionalis. PSII menuduh studieclub Surabaya dan golongan nasionalis kurang menghormati agama. Perselisihan dengan golongan nasionalis ini menyebabkan PSII mengambil keputusan akan menghidupkan kembali Central Komite Al-Islam ...

Exorbitante Rechten (Hak Eksorbitan)

Meskipun ada pembatasan ruang gerak Partindo, terkadang Partindo tidak mengindahkannya . Partindo terus mengadakan rapat-rapat umum. Pemerintah kolonial juga memperingatkan Sukarno agar mengurangi kegiatan propaganda menentang pemerintah. Peringatan itu tidak dipedulikan Sukarno. Bahkan beberapa tokoh Partindo melalui majalah Pikiran Rakjat dan Soeloeh Indonesia Moeda melancarkan kritik pedas tentang situasi ekonomi, sosial, dan mengejek tindakan-tindak an imperialisme Belanda. Berbagai tulisan dan karikatur itu menghabiskan kesabaran pemerintah kolonial. PENANGKAPAN SUKARNO Kali ini pemerintah kolonial di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal de Jonge tidak menuntut Sukarno ke pengadilan, melainkan menjalankan hak khusus gubernur jenderal, exorbitante rechten (hak eksorbitan). Hak eksorbitan itu dipunyai gubernur jenderal untuk mencabut izin penerbitan pers tanpa proses pebgadilan, tapi belakangan digunakan juga untuk menangkap dan membuang setiap aktivis gerakan yang dianggap membaha...

Persaingan Partindo vs PNI-Baru

Tokoh-tokoh PNI-Baru, seperti Hatta dan Sjahrir, terkadang terlibat polemik dengan Sukarno dalam membahas suatu masalah. Mereka terkadang mengejek para pemimpin Partindo, seperti Sartono dan Sujudi yang dinilainya sebagai kaum borjuis nasionalis yang menentang kapitalisme Barat tetapi mendukung kapitalisme Indonesia. Kritik yang tajam mereka lancarkan terhadap gerakan swadesi Partindo. Pada bulan April 1932, Hatta melalui tulisan yang dimuat dalam Daulat Rakyat, menyerang tajam sikap Sukarno yang terlalu dibebani oleh keinginan akan persatuan. Ia menolak anggapan bahwa golongan merdeka (PNI-Baru) telah membingungkan rakyat. Ia mengatakan rakyat justru bingung oleh gerakan nasionalis yang tidak lagi mempunyai dasar-dasar yang jelas karena terbius oleh slogan persatuan. Massa yang masih tradisionalis tidak tertarik dengan perdebatan tersebut. Mereka lebih memilih Partindo mengingat partai ini dipimpin oleh orang yang masih punya karisma, yakni Sukarno. Pada saat itu Hindia Belanda mengal...

PNI-Baru di Bawah Hatta

Setelah Hatta memegang kekuasaan dalam PNI Baru sejak 24 Agustus 1932, organisasi itu segera meluaskan kegiatannya. Pada bulan Juni 1932 organisasi itu mempunyai cabang 12 cabang dan pada tahun 1933 memiliki 66 cabang. Partai ini paling kuat di Jawa Barat, dan semakin menurun (baik cabang dan anggotanya) ke arah timur meski memiliki cabang yang kuat di Surabaya. Jumlah anggotanya tidak diketahui dengan pasti. Hanya ada catatan dari Dinas Intelejen Politik Pemerintah, jumlah mereka yang hadir dalam rapat atau diskusi berkisar antara 20-100 orang. Hanya di Jawa Timur jumlah itu mencapai 2.000 orang anggota. Kursus kursus kader didasarkan pada pamflet yang ditulis Hatta pada akhir tahun 1932 yang berjudul Kearah Indonesia Merdeka, yang berisi dasar, taktik dan masyarakat Indonesia yang dicita-citakan.  Di pamflet itu ia menjelaskan adanya tiga macam bangsa : bangsa yang diperintah ningrat, bangsa yang diperintah cendikiawan dan bangsa yang diperintah oleh rakyat. Hatta mengkritik n...

Marhaenisme

Akhirnya Sukarno memilih Partindo (Partai Indonesia). Pada tanggal 1 Agustus 1932 ia secara terbuka mengumumkan bahwa ia menjadi anggota Partindo dan dalam waktu singkat ia kemudian menjadi Ketua Partindo (Ingleson, Margono, Noer, Pringgodigdo, Purwoko, 2004: 200-201). Kongres Partindo pada bulan Juli 1933, di Mataram, menghasilkan rumusan Marhaenisme sebagai berikut : a. Marhaenisme adalah sosio-nasionali sme dan sosio-demokrasi ; b. Marhaen adalah kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat, dan kaum melarat Indonesia yang lain. c. Partindo menggunakan kata Marhaen dan tidak proletar, karena pengertian proletar telah termaktub di dalam kata Marhaen, dan karena perkataan proletar itu bisa juga diartikan bahwa kaum tani dan lain-lain kaum yang melarat tidak termaktub di dalamnya; d. Karena Partindo berkeyakinan bahwa di dalam perjuangan, kaum melarat Indonesia lain-lain itu yang harus menjadi elemen-elemenny a (bagian-bagiann ya), maka Partindo memakai kata Marhaen itu...

Partindo Di Bawah Sukarno

Setelah Sukarno dibebaskan dari penjara Sukamiskin pada pertengahan tahun 1932, ia mendapatkan bahwa PNI (Partai Nasional Indonesia) telah terpecah menjadi dua, yakni Partindo dan PNI-Baru. Ia berusaha menyatukan keduanya namun gagal. Akhirnya Sukarno memilih Partindo (Partai Indonesia). Pada tanggal 1 Agustus 1932 ia secara terbuka mengumumkan bahwa ia menjadi anggota Partindo dan dalam waktu singkat ia kemudian menjadi Ketua Partindo. Gaya orator Sukarno yang cemerlang telah menawan banyak orang. Akan tetapi gaya kepemimpinan Sukarno ini mendapat kritik dari pengurus Partindo yang lebih muda seperti Amir Syarifuddin dan Mohammad Yamin, karena dianggap mengandung kedangkalan intelektual. Usul Sukarno untuk mengembalikan nama Partindo menjadi PNI tidak mendapat dukungan anggota. Meskipun demikian konsep Marhaenisme yang ditawarkan Sukarno diterima partai. Dalam perkembangannya , anggota Partindo makin meningkat. Pada tahun 1933 Partindo telah mempunyai 71 cabang dan sekitar 20.000 angg...

Pendidikan Nasional Indonesia

Anggota yang tidak setuju dengan dibubarkannya PNI oleh Sartono pada tahun 1931, bergabung dalam satu kelompok yang menamakan dirinya Golongan Merdeka (GM) yang tersebar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya Malang dan Palembang. Pada tahun 1931 mereka mendirikan PNI Baru di Yogyakarta di bawah pimpinan sementara, Sukemi. Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru sesuai namanya lebih mementingkan aspek pendidikan. Menurut mereka agitasi saja tidak cukup. Lebih penting dari itu adalah pembinaan anggota-anggota yang terdidik baik dan yang berkesadaran politik. Pada tanggal 20 September 1931 mereka menerbitkan surat kabar yang bernama Daulat Rakyat. Inisiatif datang dari Hatta. Edisi pertama berisi sebuah pernyataan dari Klub Pendidikan Nasional Indonesia di Jakarta, Malang, Surabaya dan Palembang. GM mendasarkan diri pada dua prinsip utama, yaitu Kebangsaan (Nasionalisme) dan Kerakyatan (Demokrasi). Haluan Sosial Revolusioner dinyatakan dalam pembentukan organisasi massa pro...

Mr. Sartono (1900-1968)

Sartono lahir di Wonogiri pada tanggal 5 Agustus 1900 dari turunan bangsawan Jawa. Mula mula ia memasuki pendidikan Hollands Inlandse School (HIS) dan pendidikan HIS ini ia tamatkan pada tahun 1915. Kemudian ia melanjutkan ke Meer Uitgbreid Lager Onderwijs (MULO) ke Algemene Midelbare School (AMS) di Jakarta, kemudian melanjutkan lagi ke sekolah tinggi Recht Hogeschool (RHS) dan tamat pada tahun 1922. Ia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Leiden sampai mendapat gelar Meester in de Rechten (Mr.) pada tahun 1926. Sebelum berangkat ke negeri Belanda meneruskan pendidikannya , ia pernah menjadi ambtenar di Landraad Salatiga selama kurang lebih empat tahun. Ketika ia berada di negeri Belanda, Sartono memasuki gerakan Perhimpunan Indonesia (PI) dan menjadi sekretaris. Pada organisasi inilah pengalamannya ditempa. Namanya mulai dikenal di kalangan mahasiswa Indonesia. Di Indonesia sendiri ia dianggap sebagai salah seorang pemimpin nasional berpendidikan Belanda yang terkemuka, setara...

Swadesi

Pada rapat perdana Partindo tanggal 31 Juli 1931 di Jakarta, Sartono memprosikan prinsip Swadesi, tidak sekedar untuk menyokong industri dalam negeri, tetapi juga sebagai lambang hidupnya kembali rasa kebanggaan nasional. Gerakan yang dilancarkan Partindo ini mendapat simpati rakyat. Swadesi (Swadeshi) awalnya adalah gerakan dalam rangka perjuangan mencapai kemerdekaan di India yang dipelopori oleh Mohandas Karam Chand Gandhi, seorang pemimpin pergerakan nasional India yang masyhur. Gerakan ini didasarkan atas kepercayaan bahwa segala yang ada di dunia ini telah ditetapkan oleh alam. Karena itu setiap warga negara wajib mengakui apa yang telah ditetapkan oleh alam. Tiap bangsa dan negara telah menerima penetapan alam dan kedudukan serta tugas masing-masing untuk tidak mencampuri urusan negara lain. Imperialisme merupakan suatu pelanggaran atas asas tersebut, oleh karena itu harus dilenyapkan. Negara harus berusaha mengembangkan negaranya masing-masing atas dasar kekuatan sendiri yan...